Lapangan basket outdoor di SMA Cakrawala diubah menjadi lapangan bola voli untuk sore ini. Dua tiang di masing-masing sisi lapangan dipasangi net untuk sparing voli antara SMA Cakrawala dengan salah satu SMA negeri yang ada di Jakarta selatan.
Suara sorak sorai dan teriakan semangat terdengar di lontarkan oleh para anggota voli dari masing-masing sekolah. Penontonnya tak begitu ramai karena ini adalah sparing biasa.
Sagi mengusap peluhnya dan berdiri di tengah, mulai bersiap untuk menerima serangan bola dari lawan. Dia hanya melirik Omar yang berada sedikit di depannya.
"Mar!" Panggil Sagi, Omar lalu menatapnya sebentar. "Fokus!"
"Iye." Omar berdecak dan mengalihkan pandangan dari Laras yang sedang menonton sparing mereka di selasar sekolah bersama dengan beberapa adik kelas lainnya.
Sagi tahu fokus Omar pasti terbelah. Antara ingin team SMA Cakrawala menang sparing dan juga ingin tebar pesona dengan Laras dan juga adik kelas lainnya.
Posisi Omar sebagai spiker membuatnya harus mempunyai kerjasama tim yang baik, khususnya dengan Sagi yang berperan sebagai tosser—pengatur serangan satu tim.
Begitu peluit berbunyi nyaring dan lawan melemparkan awalan servis, kemudian bola melambung ke block tim SMA Cakrawala, Sagi langsung merasa bahwa bola melambung tinggi dan bagus untuk dijadikan umpan.
Membuatnya mengoper bola ke Omar dan untungnya Omar kembali fokus, dia menerima bola itu dengan baik. Omar melompat, memberikan smash yang menukik kencang kebawah dan langsung susah ditangkal oleh tim lawan karena begitu mematikan.
Peluit berbunyi kencang untuk mengakhiri sparing hari ini, disusul teriakan paling keras dari Raden yang tadi sudah bermain di babak satu.
"Gas pol Omar!!!" Teriak Raden sambil memukul-mukulkan botol plastik ke lantai pinggir lapangan, seolah menabuh drum.
Sagi dan Omar melakukan tos selebrasi bersama dengan tim SMA Cakrawala yang menang sparing sore ini.
Omar bahkan langsung menghampiri Laras, yang dengan sigap menyerahkan handuk dan air mineral kepada Omar.
Sedangkan Sagi menunduk, membiarkan Raden mengguyur kepalanya dengan air dari botol minuman yang dia bawa.
"Edan, gerah gue." Sagi mengusap wajahnya sembari mengacak-acak rambutnya yang semakin basah.
"Aduh Omar, enak ya ada yang langsung ngasih handuk sama air." Goda Raden. Omar mengerling sombong, Laras tersipu malu. "Ah, ampun deh Laras. Mau aja di kibulin Omar."
Sagi tertawa renyah. Tahu maksud dari Raden.
"Ngomong macem-macem gue piting lo, Den." Ancam Omar, lalu beralih ke Laras yang menatap Raden penuh tanya. "Jangan dengarkan kambing menggong-gong, Ras."
"Anjing, goblok!" Sahut Raden setengah ngakak. "Sore-nya sama Laras, malemnya sama Tias."
"Tias siapa?" Tanya Laras dengan heran.
Sagi menahan tawa. "Tias anak dua belas ips empat itu kan? Yang semok."
"Semok naujubillah." Tambah Raden sambil mengusap-usap bibir.
"Eh anjrit." Omar kelabakan sendiri, lalu mengusap-usap kepala Laras. "Jangan di dengerin, Ras. Kaum-kaum jomblo iri mereka tuh."
"Ih kamu sama kak Tias juga?!" Laras protes sendiri.
Sagi dan Omar makin tertawa puas. Salah sendiri Omar, sadar dirinya tampan, semua cewek dia embat.
"Gigiii!" Suara melengking yang ceria itu langsung membuat Sagi menoleh, mendengus geli ketika melihat Suri berlari menghampirinya. "Menang nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanderloved
Fiksi Remajawanderloved (n) person still confused about the feelings and still likes adventure about love. Wanita pasti terkenal dengan sikap jaim dan sungkan mengungkapkan perasaannya pada seseorang yang dia suka. Namun hal itu tak berlaku pada Surinala. Seja...