27

39.2K 1.7K 10
                                    

Part 27

Double up

Happy Reading guys

.

.

.

Pagi harinya Dea sudah rapi dengan seragam kerja tak lupa wanita itu memakai jaket karena hawa dingin di pagi hari membuatnya kian menggigil. Dea menggendong Adit dan mencium wajah si mungil itu.

"Kangen Adit, udah lama gak main bareng kayak dulu, "ucap Dea pada Adit yang merengek ingin turun dari gendongan Dea.

" Healah baru aja digendong udah minta turun aja, gak kangen heh?"tanya Dea gemes lalu tangannya mencubit pipi gembul Adit.

"Ndaa, "rengek Adit menghampiri Nadya yang baru saja keluar dari kamar, Nadya langsung menangkap tubuh anaknya yang hampir saja terjungkal di hadapannya dan menggendongnya.

" Lo apain Adit De? "tanya Nadya menghampiri Dea.

" Biasa lah, "balas Dea dengan cengirannya.

Nadya menggelengkan kepalanya lalu menaruh Adit diatas karpet, di sekitar karpet sudah disediakan mainan untuk Adit bermain. Ya mainan dari Arzan.

Dea duduk di meja makan sedangkan Nadya mencuci piring. Dea ingin membantu tapi Nadya mencegahnya karena Dea sudah capek bekerja.

"Nad gue mau ngomong sesuatu yang belum gue ceritain ke lo, "ujar Dea.

" Ya ngomong aja lah, "balas Nadya yang masih mencuci piring kotor serta wajan.

" Emm lo belum gue ceritain, gue kerja di psrusahaan mana kan? "

Nadya menggeleng," Belum De, napa? Lo mau kasih tau tentang perusahaan tempat lo kerja apa gimana? "

" Emm gue kerja di perusahaan ***, "balas Dea tenang tidak bagi Nadya.

Nadya yang sempat menoleh ke arah Dea dengan membawa piring kaca langsung terjatuh ke lantai menyebabkan bunyi pecahan yang sangat keras menganggetkan Adit dan Dea.

" Ndaa huaaa nda atutt. "jerit Adit kaget mendengar bunyi yang sangat keras.

Reflek Nadya berlari ke arah Adit dan tentunya menghindari pecahan piring itu. Jantung Dea ingin copot di tempat itu saking kagetnya. Dea langsung mengambil cikrak dan sapu rumah kemudian membersihkan pecahan piring kaca itu hingga bersih.

Nadya memeluk Adit dan menepuk punggungnya pelan sedangkan Adit menangis karena ketakutan. Adit memang takut dengan suara yang sangat keras apalagi itu menganggetkan baginya. Adit masih enggan untuk turun dari pangkuan bundanya. Kedua tangan mungilnya memeluk bundanya dengan badan yang bergetar bertanda masih menangis.

Nadya hampir menangis melihat anaknya ketakutan seperti ini, Nadya menundukkan wajahnya lalu menciumi wajah mungil Adit yang memerah.

"hah atut nda atut huuuaa. "lirih Adit dengan nada yang sesenggukan.

Dea yang melihat itu membuat perasaanya semakin merasa bersalah dan menghampiri mereka berdua.

" Nad gue minta maaf. Gue gak tau ucapan gue ternyata bikin lo kaget, "Dea merasa bersalah lalu tangannya ikut mengusap kepala Adit.

" Engg-enggak papa De udah gak usah nangis gitu. Udah hampir setengah tujuh, cepet berangkat entar telat, "suruh Nadya pada Dea. Dea mengangguk dan mengusap air matanya karena saking merasa bersalah.

Nadya masih memeluk Adit. Kedua tangannya ia rekatkan pada anaknya, Adit masih menangis bahkan menjerit karena takut.

" Maafkan bunda sayang. "

....

Dea menghampiri Chriss ketika lelaki itu sudah menyelesaikan pekerjaanya sama sepertinya.

" Hey De? "

" Hey, "balas Dea dengan senyum cerahnya.

" Gimana? Nanti jadikan ke rumah sakit? "

" Jadi kok tenang aja. Thank's buat yang kemarin. "

" Ah iya santai aja. "

Dea menghela napasnya lega untungnya Chriss tidak bertanya lebih tentang kemarin apalagi Chriss memiliki sikap yang cuek pada urusan tertentu. Mengapa sampai -sampai ingin potongan rambut Tn. Abrissam? Nah itu yang ia takutkan jika Chriss bertanya seperti itu.

" De udah makan siang? "tanya Chriss yang sudah meletakkan peralatan kebersihan.

" Belum nih. Aku laper, "balas Dea

" Ayo ke kantin. "

" Aku traktir ya, ini sebagai imbalan untuk mu karena mau membantuku, "ujar Dea pada Chriss. Keduanya berjalan beriringan di koridor perusaahan yang menuju ke kantin.

" Siap. "

Sampai di kantin, keduanya pun memesan makanan dan setelahnya melahap makan siangnya masing-masing.

Beberapa jam kemudian sesuai janji kini Dea dan Chriss berada di rumah sakit yang sama dengan tempat dimana Dio dirawat, mereka berdua berjalan menuju ruang tempat tes DNA tersebut.

Setelah sampai, Dea membuka pintu itu disusul Chriss di belakangnya. Dea tersenyum lebar menatap wanita cantik yang sangat ia kenali.

"Hai mbak Eka? Apa kabar? "tanya Dea ramah.

Wanita cantik itu berambut pendek yang sama sepertinya mempersilahkan mereka berdua untuk duduk didepannya.

" Sangat baik De, duduk dulu, "balas Wanita itu bernama Eka disertai senyumannya yang ramah menghiasi wajah cantiknya.

" Ada perlu apa De? "tanya Eka dengan dahinya mengkerut bingung melihat Dea mengeluarkan dua plastik yang didalamnya ada potongan rambut dan di dalam plastik itu terdapat kertas yang bertuliskan 'ayah' dan 'anak' di kedua plastik itu.

" Mbak Ka tolong bantu Dea untuk memastikan apakah ayah dan anak ini sekandung apa bukan, "pinta Dea memohon menatap wajah cantik kakak ipar ponakannya. Chriss hanya diam saja karena tujuannya hanya menemani Dea ke rumah sakit.

" Emm bentar-bentar. "Eka mengambil kedua plastik itu yang berisikan beberapa helai rambut.

"Untuk apa ini De? Jangan main-main akan hal ini karena resikonya juga besar, " ujar Eka dengan menyodorkan lagi kedua plastik kecil itu pada Dea.

"Mbak ini sangat penting, Dea bukan anak kecil lagi untuk main-main. Aku mohon bantu Dea mbak, tolong dengan sangat, " Pinta Dea dengan kedua matanya mulai berkaca-kaca membuat Chriss tak tega melihatnya.

"Mbak saya juga minta tolong bantu Dea mbak, hanya minta tolong untuk memastikan bahwa ini sekandung apa bukan mbak, "pinta Chriss juga menatap memohon pada Eka.

Eka berpikir sejenak dan kepalanya mengangguk pelan.

Dea dan Chriss saling memandang dengan wajah senang dan juga lega.

" Terima kasih mbak Ka, terima kasih, "Dea meraih tangan Eka menjabat tangan Eka..

"Iya sama-sama tapi tolong jangan salah gunakan tes DNA ini dalam hal negatif."

"Enggak mbak, Dea gak sejahat itu kok. "

....

Dea tersenyum lega akhirnya bisa membujuk mbak Eka untuk membantunya.

" Langsung pulang nih De? "tanya Chriss pada Dea yang masih tersenyum senang nan lega.

" Emm aku mau njeguk adikku dulu Chriss kalau kamu mau pulang lebih dulu, silahkan. Gapapa kok. "keduanya berhenti sejenak dan saling pandang.

" Adikmu sakit? Sakit apa De?

"Hmm kalau itu rahasia hehe. "

" Yaelah kamu nih sama temen kok main rahasiaan segala,"canda Chriss.

Dea hanya diam saja.

"Aku ikut ya? Boleh gak nih?

" Hmn boleh aja, yuk! "

...

My Baby Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang