29

44.4K 1.9K 16
                                    

Part 29

Double up

Happy Reading guys
Maaf banyak typonya, tolong bantu benerin ya

.

.

.

Setelah mengantarkan Nera di panti jompo, Bryan segera menuju ke kantor. Satu jam kemudian sampailah Bryan ke sana. Dengan jalan terburu-buru ia masuk kedalam lift bahkan para karyawan yang menyapa Bryan sebagai atasan dihiraukan oleh Bryan.

Bryan pun segera membuka komputernya setelah sampai diruangan kerjanya. Bryan memang mempunyai alat pelacak khusus setelah kesuksesannya membangun usahanya.

Bryan melacak posisi seseorang menggunakan komputer khusus. Terlihat orang itu saat ini berada diluar kota membuat otak Bryan bertanya-tanya.

"Tidak mungkin jika itu Berlin yang melakukannya terus siapa? "

Bryan pernah memberikan Berlin kalung emas pada Berlin sebagai hadiah ulang tahunnya kemarin lalu dan itu juga bukan kalung biasa melainkan itu GPS berbentuk kalung tujuannya adalah untuk mengetahui dimana Berlin berada jika terjadi sesuatu. Kalung itu berbentuk kunci bahkan Agnes pun ia beri juga walau saat itu tak ulang tahun.

Bryan mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang tapi tatapannya fokus pada nomor dokter pribadi anaknya.

Pak ternyata cctv di rumah sakit semua mati dan telah ditemukan dua pengawas cctv saat ini tengah pingsan diruangannya kemungkinan ada seseorang yang sengaja melakukan ini sebelum adanya kejadian tersebut tadi dan inipun polisi masih menyelidiki seseorang yang berhasil menyabotase cctv rumah sakit ini.

Setelah membaca pesan itu membuat Bryan semakin emosi dirinya berteriak marah seraya mengacak rambutnya kesal.

"ARGHHHH. "

Bryan pun mencoba menghubungi Diko tetapi anehnya Diko menolak panggilannya. Bryan heran ini pertama kalinya Diko menolak panggilannya tapi ia segera menelpon Diko dan ya nomer ponsel Diko tidak aktif.

" Brengsek! Kemana Diko?! "

...

Di pagi hari yang cerah Nadya sudah menggendong Adit yang sejak jam tiga pagi tadi sangat rewel karena anak itu tak bisa tidur mungkin hanya tidur beberapa jam saja. Adit terus menangis dan kepala mungilnya itu di senderkan pada dada sang bunda. Nadya mengusap rambut anaknya dengan penuh kasih sayang dan bibirnya bergumam semoga anaknya cepat sembuh.

Nadya juga berpikir jika besok siang dia akan kembali ke kota *** menaiki kereta api. Tiket pun sudah dibeli dari beberapa hari yang lalu dan harga tiket pun juga mahal bagi orang yang tak punya seperti Nadya. Jika Nadya tidak jadi pulang itu akan membuang tiketnya cuma-cuma.

Nadya menimang-nimang anaknya, Adit tertidur digendongannya tapi tidak mau di letakkan di kasur akan bangun lagi jika diletakkan dikasur dan makan pun tidak mau hanya meminum ASI saja.

Nadya kini sedang makan dengan Adit yang masih tertidur dipangkuannya. Orang tua Dea sudah pergi keluar rumah baru saja sedangkan Dea bekerja seperti biasa.

Seketika Nadya tersenyum miris ketika mengingat kejadian satu tahun yang lalu dimana di saat ibunya belum meninggal, ibunya berpesan jika dia harus pindah ke kota yang agak jauh untuk mengubur perasaan pahitnya masa lalu tetapi sesekali dirinya juga harus ke kota ini untuk ziarah ke makam orang tuanya. Disaat hamil besar pula Nadya nekat pindah ke kota lain yang lumayan jauh dan di kota itupula Adit lahir didunia dengan selamat.

Setelah makan Nadya pun menimang Adit yang mulai terbangun lagi. Ketika menatap wajah lesu Adit, entah kenapa perasaan Nadya jadi tak enak tetapi Nadya terus membuang perasaan negatif atau hal-hal buruk dari Adit. Adit adalah malaikat kecilnya dan Nadya berharap kelak Adit akan menjadi lelaki yang tidak seperti ayahnya. Nadya ingin anaknya menjadi orang yang penyabar dan sifatnya semoga seperti dirinya walau wajah anaknya sangat mirip pada Bryan.

My Baby Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang