9

48.5K 2.5K 14
                                    

25062019

Happy Reading guys
Bantu cari typo ya guys🙏
.

.

.

"Mas Bryan. "lirih Nadya segera bangkit dan berdiri menatap mantan suaminya didepannya. Bryan hanya diam menatap tak ada niatan pun untuk membantu berdiri padahal dirinya sendiri yang salah menabraknya.

" Aku kira kamu sudah mati. "

Bryan menatap sinis ke arah Nadya. Nadya menatap wajah Bryan yang sama seperti dulu selalu memandang dirinya wanita lemah.

" Astagfirullah mas kamu tega mendoakan ku seperti itu. "lirih Nadya tak menyangka ucapan Bryan sanhat menusuk ulu hatinya.

" Percuma hidup juga, kamu gak ada gunanya jadi wanita. Udah mandul ishh. "ejek Bryan memandang hina kearah Nadya membuat Nadya geram lalu tangan kanannya melayang akan menampar tapi seseorang menepis kasar tangannya dan seseorang itu malah menampar pipinya.

Nadya mengusap pipinya yang memerah dan menatap orang yang menamparnya tadi.

" Berani beraninya ya lo mau nampar suami gue! "gertak seorang wanita berparas bule berpakaian terbuka itu menunjuk dengan jari telunjuknya tepat di depan wajah Nadya.

Nadya menatap berani tak lagi takut seperti dulu," Wow suami? Suami hasil merebut dari aku hmm? "

" Heh lo gak ingat ya seharusnya lo yang pantas jadi pelakor! Lo yang ngerebut Bryan dari gue! Gue pacar Bryan dari SMA dan saat lulus malah nikah sama lo! "Berlin, nama wanita itu mengoceh menyalahkan Nadya dan menghina Nadya tanpa malu dikoridor rumah sakit. Banyak pasang mata yang melihatnya aneh.

" Sudah sudah, Honey kita langsung pergi aja. Lagian kamu hanya satu satunya istriku dan dia hanya pajangan saja. "

Bryan menarik pelan tangan Berlin agar segera pergi dari hadapan Nadya. Sebelum pergi Berlin sempat mengucapkan kalimat yang pedas padanya.

" Wanita gak ada gunanya! "

Hati Nadya sakit mendengar perkatan sang mantan suami yang masih ia cintai hingga kini tapi kata kata itu membuat Nadya tersadar agar dirinya harus menjadi pribadi yang baik dan tidak boleh memendam rasa dendam itu adalah nasihat dari sang mendiang dari orang tuanya.

Nadya sangat yakin karma dari yang maha Kuasa itu ada dan hanya tinggal tunggu tanggal mainnya saja.

...

"Lepas! Jangan seret aku kayak gini! "teriak Berlin ketika sudah sampai di tempat parkiran mobil. Bryan melepaskan tangannya yang menyeret Berlin tadi.

" Kamu itu harusnya bisa ngontrol diri Berlin! "

"Maksud kamu apa sih?"

"Aku malu dilihat banyak orang. Kamu ngoceh, teriak teriak dikoridor tadi. Aku malu, mau di taruh mana muka ku ini. "

" Oh jadi kamu bela dia iya? "tanya Berlin sembari menyibak rambut ombrenya.

" Bukan gitu maksud aku. Kamu harus ngerti tempat dong. "

" Halah alasan. Ah aku mau pergi ke pemotretan bentar lagi jadwalku. "ucap Berlin santai sembari melihat jam berwarna keemasan di pergelangan tangannya.

" Kurangi jadwal kamu Berlin! Anak kita lagi sekarat dan kamu malah asik asiknya kerja. "

" Kamu gak ngaca?! Kamu juga sibuk kerja kan? "

" Aku itu harus kerja karena aku sebagai kepala rumah tangga tugasnya menafkahi istri. Kamu itu harusnya merawat anak kita yang sakit Berlin! Tolong kurangilah jadwal pemotretanmu! "

Berlin menghentakkan kedua kakinya kesal mendengar penuturan dari suaminya.

" Gak aku gak mau. Aku tetap pergi! "Berlin berlari kecil menuju mobilnya.

"Berlin Berlin!" teriak Bryan berulang-ulang. Bryan mengacak rambutnya pasrah dengan keadaanya ini lalu dirinya kembali masuk kedalam rumah sakit itu.

...

"Nad lo laper gak? "tanya Dea pada Nadya yang duduk di sofa sibuk dengan ponselnya setelah melakukan video call bersama Ani. Hanya ditinggal sebentar ia sangat merindukan Adit bahkan bekerja pun ia selalu memikirkan Adit.

" Huum. "Nadya mengangguk pelan.

" Yuk kita ke kantin rumah sakit ini. "Dea menggandeng tangan Nadya menuju kantin rumah sakit itu setelah sampai Dea memesan dua piring nasi goreng dan dua gelas es teh manis.

Mereka berdua makan siang dengan hikmat kemudiam mereka mengobrol sebentar setelah makan.

" Oh ya Nad, gue kayaknya mau kerja di kota ini deh." Ujar Dea.

"Yahh trus gue lo tinggal gitu. "

" Soalnya gue udah dapet kerja yah walaupun jadi cleaning servis di perusahaan. Tapi lumayan lah daripada gue kerja jauh dan gak bisa buat lihat keadaan adik gue lagian gue juga bisa cari kerja serabutan."

" Ya udah gapapa santai aja. Oh ya besok antar gue ke tempat pemakaman mama dan papa gue ya. "

" Siap santai aja. "

Dea menatap sekeliling kantin rumah sakit yang tampak ramai namun pandangannya tertuju pada sosok lelaki gagah nan berparas tampan. Dea masih menatap orang itu yang sedang duduk sendiri di meja kantin melahap makanan dengan tenang.

" Muka orang itu kayak pernah lihat tapi dimana ya. "ucap Dea dalam hati. Dea berpikir dengan mimik wajah yang serius membuat Nadya ikut penasaran.

" Lo mikir apa De? "

"Tuh lihat kesana! Gue kayak kenal deh." Dea menujuk seseorang tadi membuat Nadya memutar badannya ke belakang.

Nadya terkejut melihat seseorang yang dimaksud Dea.

"Oh ya, dia wajahnya mirip kayak Adit. Anak lo!" Ucap Dea antusias. Untung saja Dea tak teriak mungkin bisa menjadi tontonan orang di sekitar sini.

"Hmm De yuk balik aja ya gue pengen pulang De. Kangen Adit. "Nadya buru-buru keluar kantin menggeret Dea segera meninggalkan kantin rumah tersebut.

Bryan yang merasa diperhatikan oleh seseorang pun menatap sekitar kantin dan matanya tetuju pada seorang wanita yang ia kenal sedang menggeret wanita lebih muda darinya meninggalkan kantin dengan buru-buru.

...

Tbc

My Baby Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang