22

45.6K 2.2K 12
                                    

Part 22

0407282019
Happy Reading guys

.

.

.

"Berlin!"panggil Bryan meraih tangan istrinya membuat Berlin menoleh kesal.

Bryan melihat Berlin yang akan memasuki sebuah gedung yang setaunya gedung itu tempat para wanita model papan atas melakukan rapat entah untuk apa.

"Apaan sih? "tanya Berlin dengan nada ketusnya.

" Agnes minta kamu menjenguknya. Kamu jarang menjenguk ya. "

" Aku masih sibuk. Kamu saja yang menemaninya. "Sentak Berlin pada Bryan.

" Aku bentar lagi ada meeting penting. Tolong kesana lah. "pinta Bryan memohon agar Berlin menurutinya.

" Tidak bisa!"bentak Berlin pada Bryan.

Bryan menatap tajam Berlin dan berkata, "Kamu ini ibunya Berlin. Kenapa kamu tega sekali sama anak kita?"

"Karena anak itu--"ucapan Berlin terpotong ketika seorang pria muda datang menghampirinya.

"Cepatlah nona! Acara akan segera dimulai."Perintah seorang pria muda pada Berlin, Berlin mengangguk dan menyuruh pria muda itu pergi.

Berlin berbalik dengan cepat ketika Bryan menerima telepon dari seseorang.

Bryan mematikan telepon itu dan menatap kembali Berlin yang sudah memasuki gedung tersebut membuat Bryan berdecak kesal ditempatnya.

"ARGHHH. "teriak Bryan meluapkan rasa amarah di hatinya. Untungnya disekitar sini nampak sepi kalau tidak bisa jadi Bryan dikira orang gila sama orang-orang sini yang sedang mengamuk.

" Maafkan papah sayang belum bisa membujuk mamahmu datang ke sana. "gumam Bryan sembari melihat wallapaper ponsel miliknya menampilkan foto anaknya yang tersenyum cerah menatap ke arah kamera.

Hari sudah malam kini Bryan menginap ke rumah sakit menemani anaknya setelah rapat penting dikantornya tadi. Bryan menatap langit-langit atap rumah sakit. Bryan butuh ketenangan. Akhir-akhir ini dirinya selalu memikirkan seorang anak kecil terkadang Bryan juga pernah memimpikkannya.

"Adit. "Gumam Bryan.

Ya anak kecil yang selalu menghantui pikirannya yaitu Adit. Bryan selalu merasa jika Adit adalah anak kandungnya. Bryan menggeleng tak mungkin karena Nadya itu mandul, wanita itu benar-benar mandul. Bryan juga sering memikirkan wanita muda cantik nan sabar yaitu Nadya.

Jujur kenapa saat ini Bryan menyesal meninggalkan Nadya, Nadya adalah perempuan yang sangat penyabar, penuh kasih sayang, dan selalu menghormati dirinya dulu. Wanita yang rela tidak melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi demi menuruti keinginannya dulu semasa sudah menikah. Berbeda dengan Berlin. Berlin adalah wanita yang sangat keras kepala, wanita yang lebih mementingkan karirnya daripada keluarga dan lebih parahnya lagi tak pernah merawat anaknya.

Bryan pun tertidur pulas di atas kasur. Bryan mengernyit saat tidur, keringat dingin membasahi wajahnya serta badannya, menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri dan...

Apakah aku ini anak ayah?

Ayah, ayah ayah aku anak ayah kan?

Huaaa hiks hiks ayah tidak mengenalku

Ayah aku anak satu-satunya

Bryan tersentak dalam tidurnya ketika mendengar bisikan dari anak kecil, suaranya pun sangat familiar baginya. Ini bukan pertama kali tetapi sudah sering Bryan mengalaminya saat akan tidur. Bryan bangun dari tidurnya lalu tangannya mengambil gelas bening berisikan air putih dimeja dan meneguknya.

Bryan menghela napasnya berkali-kali untuk meredakan degub jantungnya yang berdebar sangat kencang. Suara tangisan anak kecil laki-laki meneriaki namanya membuat telinga Bryan semakin mendengung kesakitan.

Bryan menutup kedua telinganya dengan tangannya. Memejamkan kedua matanya seperti orang yang sedang ketakutan. Tidur dengan posisi meringkuk seperti bayi itu yang selalu dilakukan Bryan saat tidur pada malam hari terkadang siang pun juga pernah merasakan tubuhnya merinding tak sengaja mendengar seseorang anak kecil laki-laki memanggil dirinya ayah.

...

Tadi siang Dea menelpon salah satu temannya yang menjadi dokter umum. Dea bertanya selain tes DNA melalui darah ternyata Rambut juga bisa.

Dea juga pernah menonton sinetron yang tes DNA melalui rambut. Kini Dea termenung duduk di ruang tamu. Ia berpikir bagaimana caranya mendapat rontokkan rambut dari Tn. Abrissam kalau Adit mah baginya gampang.

Dea berpikir keras tetapi tiba-tiba sebuah ide cemerlang menghinggap diotaknya.

...

"yah yah." gumam Adit dengan kedua matanya terpenjam.

Nadya mengerjapkan kedua matanya menatap Adit yang masih tertidur pulas.

"yah yah. "gumam Adit lagi.

Nadya menghela napasnya pelan lalu ia mengelus kepala Adit dengan pelan. Adit selalu menggumamkan kata 'ayah' membuat Nadya menjadi sedih.

Ia tau jika anaknya juga membutuhkan kasih sayang dari seorang ayah tapi bagaimana lagi, ia sangat takut jika 'lelaki bodoh' itu tau bahwa dirinya memiliki anak laki-laki yang tampan ini diculik entahlah dirinya selalu berpikir negatif.

Ini juga kesalahannya membuat Adit sering menggumamkan kata 'ayah', dirinya masih menyimpan foto suaminya yang ia ambil diam-diam di kamar di dalam tas suaminya walau sedikit usang foto itu masih terlihat jelas wajah Bryan tersenyum lebar seorang diri.

Nadya sering menunjukkan foto Bryan pada Adit dan memanggil foto itu 'ayah' membuat anaknya ikut memanggil ayah. Adit memang cakap dalam menirukan atau mendengar apa yang diucapkan seseorang membuat Nadya harus berhati-hati lagi. Ia mengira jika Adit melupakan kata itu ternyata dirinya salah, Adit bahkan sering menggumamkan kata ayah.

Dan juga

Waktu dirinya hamil seringkali merindukan sang mantan suami, dirinya selalu menggunakan foto itu untuk mengurangi rasa rindunya walau masih saja dirinya merasa kurang.

...

My Baby Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang