Mulai : 08062019
End : 11072019
CERITA TAMAT DAN LENGKAP (GRATIS)
Nadya Alyssa Az-zahra
Seorang wanita cantik masih muda memiliki seorang anak yang bahkan tidak diketahui oleh suaminya dan mertuanya. Suami yang tidak mencintainya, sering menghina...
Degup jantung Nadya berdetak lebih kencang dari biasanya, kedua mata Nadya membulat dan mulutnya terbuka, kedua tangannya itu bergetar bahkan Adit saat ini rewel meminta susu dan menarik kerah leher baju dirinya.
"Sssttttt Adit ya nanti ya. "Nadya menimang Adit dan menepuk pantat si mungil itu.
" Paman Bryan. "panggil Ivy membuyarkan tatapan Bryan pada Nadya yang sedang menggendong seorang anak.
Nadya mengambil selendang kain dan menggendong Adit menggunakan kain selendang itu. Tradisional tapi tetap nyaman dipakai.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(selendang kain lebih nyaman dipakai menurut ibu author hehe dan itu sebagai contoh ya)
" Iya Ivy. "balas Bryan lembut menatap Ivy.
Nadya pun cepat menyampirkan selendang yang terurai ke kepala Adit tapi Adit berusaha memberontak akan menangis dan ya tak lama Adit menangis kencang disertai gumaman ingin meminta susu membuat Bryan dan Ivy yag sedang asyik mengobrol menatap ke arah Nadya.
Nadya langsung melambaikan Ivy agar menghampirinya, Ivy menurut saja dan mengambil boneka yang dibungkus plastik kemasan ditangan Nadya tak lupa mengucapkan terima kasih.
Bryan masih terpaku dengan penampilan Nadya yang menurutnya sederhana sama seperti dulu. Wanita itu memang menyukai kaos atau kemeja dan celana jens panjang beda seperti Berlin yang suka memakai dress mewah. Bryan menggelengkan kepalanya karena sadar membandingkan penampilan Nadya dan Berlin sampai tak sadar jika Nadya menggandeng Ivy keluar dari toko boneka tersebut.
Hati Bryan ingin mengikuti kemana mereka pergi sedangkan mulutnya ingin mengatakan tidak usah mengikutinya dan karena penasaran ketika melihat seorang anak kecil digendongan mantan istrinya tadi membuat dirinya mengikuti wanita itu, untung saja jarak perginya tidak begitu jauh dan bisa ia ikuti.
"Aishhh seperti mau menculik anak kecil. "gumam Bryan.
Ternyata mereka berjalan menuju tempat duduk dekat toilet perempuan. Bryan melihat jika Nadya menurunkan seorang anak kecil dalam gendongan itu dan memberinya sebotol susu berwarna putih. Nadya berbicara pada Ivy yang diangguki oleh Ivy.
Disisi lain...
"Ivy tolong jagain Adit ya, tante mau buang air kecil sebentar kalau Adit tante bawa, tante gak bisa. "ujar Nadya pada Ivy.
" Kalau Adit tertidur kamu peluk aja ya terus kepalanya diusap pelan pelan. "
Nadya pun segera bergegas ke kamar mandi karena sudah tak kuat untuk menahan buang air kecil.
Dari kejauhan Bryan yang melihat Nadya memasuki toilet langsung segera menghampiri Ivy yang asyik sama bonekanya dengan salah satu tangannya memegang pundak Adit yang sedang menyedot botol susunya.
"Lhoh paman Bryan kesini? Mau ke toilet ya? "tanya Ivy bingung.
" Emm enggak paman mau ah iya nanya ke Ivy karena lupa tadi belum nanya." sesekali kedua mata Bryan melirik seorang anak kecil berusia satu tahunan duduk manis sibuk menyedot botol susu disamping Ivy.
"Oh gitu tanya apa paman? "
" Paman nanya, adek kecil ini namanya siapa Ivy? "tanya Bryan seketika Bryan jadi gemas sendiri melihat anak itu yang sesekali matanya terpenjam dan setelah sadar mata itu terbuka seperti menahan ngantuknya.
" Ini namanya Adit."balas Ivy yang langsung memeluk Adit agar tidak terjatuh karena Adit sudah tertidur pulas sepertinya Ivy kesusahan karena tubuh Adit itu yang gempal.
Bryan pun membantu Ivy dan kini Adit berada dipangkuannya, kedua mata Adit terpenjam dengan mulut yang masih menyedot botol susu tapi yang membuat hati Bryan berdesir kala melihat Adit tertidur mencari pinggangnya. Sama. Itu yang dipikiran Bryan, waktu kecil Bryan yang mengantuk selalu mencari pinggang ibunya untuk dipeluk karena menurutnya itu sangat nyaman sekali.
"Adit tidurnya pulas banget. "Ivy mengambil botol susu yang sudah habis lalu dimasukkan dalam tas berukuran sedang milik Nadya.
" Paman coba deh usap kepala Adit nanti biar tambah nyaman aja. "
Bryan menuruti ucapan Ivy dan mengelus kepala Adit sangat lembut. Mulut Adit kecapan karena merasakan masih ada sisa susu dimulutnya. Yang dirasakan Bryan saat ini hatinya menghangat berbeda jika dia menggendong Agnes-anaknya.
Hati nularinya ingin mencium wajah tampan Adit yang sama sepertinya waktu kecil tapi ia menggeleng tak mungkin jika Adit anaknya karena anaknya hanya Agnes malaikat kecilnya yang kini tengah berjuang melawan penyakit mematikan.
"Apa mungkin ini anakku bersama Nadya? Ah tidak mungkin, wanita itu mandul dan tidak mungkin dia memliki anak dariku. "lirih Bryan pelan bahkan Ivy yang disampingnya pun tidak mendengar ucapannya.
" Ivy--"Nadya yang keluar dari kamar mandi pun syok melihat Bryan yang sedang menggendong anaknya. Bryan dan Ivy menoleh dengan wajah yang berbeda.
"Tante Ivy ngantuk, ayok pulang! "seru Ivy yang kini menyerahkan tas slempang miliknya pada Nadya.
Sedangkan wajah Bryan berubah nanar kala melihat Nadya segera memindahkan Adit pada gendongannya wanita itu.
" Sstttt. "Nadya memakai selendang seperti tadi dan tak lupa menutupi wajah Adit, ia menimang Adit dengan telaten.
Bryan yang melihat itu langsung berdiri menghadap Nadya.
"Kasian sekali kamu ini, ingin memiliki anak dan kini pekerjaanmu sekarang menjadi baby sister." ujar Bryan tanpa berpikir panjang memandang remeh ke arah Nadya.
Nadya sudah menduga Bryan akan berkata seperti itu. Tapi dia diam saja bukan merasa takut tapi Nadya malas membalas ucapan Bryan toh ucapan Bryan tidak benar bahkan lelaki bodoh itu tak percaya jika Adit anaknya padahal tadi sudah sempat memangku anaknya sendiri. Anak kandungnya.
Nadya masih menimang Adit agar tenang digendongannya mengabaikan Bryan yang sedang mengoceh tak jelas dihadapannya.
"Ah aku sekarang sudah bahagia bersama Berlin dan anakku. Dan yahh mungkin kamu jadi iri sekarang. "sindir Bryan santai.
"Tante." panggil Ivy seperti mengodenya karena dilihat Ivy sudah mengantuk saat ini. Nadya pun menggandeng tangan Ivy dan berjalan meninggalkan Bryan ditempat itu.
"Sial! Mulai berani ya kamu! "gertak Bryan tak terima ditinggalkam begitu saja oleh mantan istrinya.
Entahlah apa yang diucap pada Nadya itu semua tak benar. Bryan merasa tak pernah mendapat kebahagian, kehangatan dalam keluarga kecilnya bersama Berlin saat ini.