16

50.5K 2.3K 37
                                    

Part 16

01072019

Happy Reading guys

.

.

.
Siapa yang pernah ngerasain cinta beda agama hayooo?

Tok tok tok

Baru saja Nadya duduk di sofa, ada seseorang mengetuk pintu lagi membuat Nadya menghembuskan nafasnya kasar lalu menggendong si mungil yang tertidur di sofa berjalan menuju pintu dan membuka pintu tersebut takut kalau terjatuh ke bawah.

"Siapa? "tanya Nadya dengan membuka pintu lalu kedua matanya membulat ternyata Arzan didepan pintu ini terlihat jika Arzan membawa dua kantung plastik berukuran besar berwarna hitam dikedua tangannya.

" Arzan! Ayo masuk! "

Nadya pamit sebentar untuk meletakkan si mungil dikamar.

Nadya mempersilahkan Arzan masuk kedalam rumah. Arzan mengikuti Nadya dari belakang dan ikut duduk di sofa samping Nadya.

" Kamu bawain apa? Repot-repot segala. "

" Gak ngrepotin kok, aku senang aja beliin Adit mainan. "

" Lagian aku cuman seminggu disini. "

" Ah iya tapi aku suka aja. Yang kantong plastik satunya coba buka! "suruh Arzan membuat Nadya penasaran isi kantung plastik satunya.

Nadya pun membuka kantung plastik itu dan setelah terbuka ternyata baju tidur perempuan ukuran Nadya dua, kemeja bermotif batik dua, baju santai beberapa dan semua pakaian itu terbungkus plastik berwarna putih.

"Aku tau baju yang sering kamu pakai itu milik Dea yang udah gak kepakai. "

" Ngapain sih kamu bawain aku baju, aku bisa beli sendiri. "

" Yakin bisa? Kalau kamu bisa beli baju, kamu pasti gak bisa mencukupi kebutuhanmu dan Adit. "

" Tolong jangan beri aku baju-baju ini, ini mahal lhoh. "Nadya memperlihatkan merek dari baju-baju yang dibelikan Arzan.

" Itu rezeki, gak boleh nolak Nadya. "Nadya yang tadinya akan mengembalikan barangnya padanya pun diurungkan.

" Tapi--"

"Sssttt udah jangan merasa gak enak. Plissss aku pingin jadi sahabat kamu dan aku tau diri aku gak bisa bersamamu kan? "Arzan berjongkok didepan Nadya dan menangkupkan kedua tangannya pada wajah Nadya menatap wanita itu penuh kasih sayang.

Ya Arzan tau diri jika perbedaan agama tidak bisa menyatu. Keduanya sangat taat pada agamanya masing-masing dan tidak ada niatan untuk berpindah pada agama yang lain.

"Maafkan aku, aku yang salah seharusnya dulu aku menolakmu. "Nadya menangis pelantak tega dengan Arzan.

"Aku yang salah Nadya seharusnya aku gak usah maksa dulu. Aku tau ini salah." Arzan mengusap air mata Nadya yang menetes keluar. Arzan sudah menyiapkan hatinya dari dulu pasti dirinya akan mengalami sakit hati karena Nadya sedari dulu hanya menganggap teman sedangkan Arzan selalu menganggap Nadya kekasih hatinya.

Adit yang keluar dari kamar berjalan tertatih lalu melihat ibunya menangis dihadapan Arzan membuka dirinya merengek. Keduanya kaget ketika melihat Adit merengek kemudian menangis. Segera Nadya berjalan cepat menuju Adit dan menggendongnya.

"Ya ampun kamu kok bisa turun sih padahal kasurnya tinggi lho. "Nadya heran sejak Adit mulai ingin berjalan, Adit selalu senang naik turun kasur membuat Nadya khawatir jika Adit terjatuh.

" Dit akhal nda huuu. "Adit menepuk kedua pipi Nadya bermaksud mengusap air mata buundanya.

" Tidak sayang, bunda kelilipan tadi."Nadya terkekeh melihat Adit menangis, ekspresinya lucu sekali dan membuat dirinya ingin memakan pipi gembul anaknya.

"Ada om Arzan nih. "Adit menoleh melihat Arzab yang melambaikan tangan dan tersenyum lebar duduk disofa. Nadya mengusap air mata Adit yang tumpah tadi karena melihat Nadya menangis.

Itulah alasan Nadya yang tak pernah menangis dan harus menahan rasa sesalnya dibalik senyumannya karena ia tak mau jika Adit ikut menangis, anaknya akan merasa bersalah dan bisa sakit.

"Sini sama om. "Arzan memperlihatkan mainan anak-anak yaitu kereta api membuat Adit meminta turun dari gendongan bundanya dan berjalan tertatih tatih ke arah Arzan walau sesekali jatuh.

Nadya tersenyum melihat anaknya bahagia, ia selalu berdoa agar anaknya bahagia selalu dan sehat. Jika Adit sakit pasti dirinya ikut sakit, jika Adit tak makan pasti dirinya tak ikut makan. Apapun Adit itu adalah utama baru dirinya.

Adit melihat Arzan seksama memasang rel kereta api berbentuk oval. Arzan yang diperhatikan itu lalu mencium kening Adit gemas. Setelah beberapa menit akhirnya jadi rel kereta api membuka Adit melongo dan bertepuk tangan. Arzan meminta mainan kereta api ditangan Adit dan Adit memberinya. Arzan pun memasang kereta api ke relnya.

"Huaa! "teriak Adit semangat, mulutnya yang terbuka membuat air liurnya menetes keluar.

Nadya berjalan keluar dari arah dapur membawa dua minuman untuk Arzan dan dirinya. Nadya yang melihat anaknya heboh sendiri ikut bergabung bersama mereka.

" Wah buat apa nih? "tanya Nadya pada Adit. Adit serius melihat kereta api berjalan sendiri di atas rel di sertai lagu anak-anak.

" Seneng banget ya Adit. "Arzan mencium pipi Adit gemas. Nadya pun ikut menicum pipi Adit juga.

"Oh ya Nad besok pagi jalan jalan yuk!"

"Hmm baiklah tapi jam 10an ya? "

" Oke. "

Arzan mengangkat tubuh Adit dan diletakkan di tengah-tengah rel kereta api tersebut membuat Adit terpekik senang plus bingung. Kepala mungil itu menoleh kekanan dan kekiri lalu bertepuk tangan senang.

" Terima kasih ya Zan udah bikin anakku senang. "

" Sama-sama Nad, aku juga ikut senang melihat anakmu itu senang. "

" Oh ya bagaimana keadaan De--eh adik Dea? "tanya Arzan yang hampir saja keceplosan menyebut nama seseorang yang selalu ada dipikirannya.

Dalam hati Nadya tertawa, ia tau jika Arzan juga menyukai Dea tapi lelaki itu terlalu gengsi pada Dea bahkan berpura-pura cuek.

" Alhamdulillah keadaannya membaik mungkin karena merasakan kehadiran Dea kakaknya yang selalu menemaninya. "

Arzan mengangguk tersenyum dan keduanya sibuk bermain bersama si mungil hingga Adit mengantuk karena hari sudah larut malam.

....

TBC

My Baby Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang