Assalamualaikum..
Kita tidak pernah tahu Allah akan memberi hidayah kepada siapa. Yang kita lakukan cukup mendoakannya.
••• AFTER MEET YOU •••
Apa yang diucapkan Arga kepada Kanya membuat gadis itu selalu mengingat perkataannya. Seolah ia melupakan kejadian di tengah lapangan tadi.
Bukannya percaya diri atau apa, tetapi Kanya merasa bahwa secara tidak langsung Arga memuji kecantikannya. Ada rasa bahagia yang menyelinap di sana. Kanya sendiri tak tahu mengapa jantungnya berdegub lebih cepat. Dan entah sejak kapan. Ingin menepis semuanya, namun ia tak miliki kuasa apapun dengan hatinya sendiri.
Usai bel pulang sekolah, Kanya menanti kehadiran seseorang. Gadis itu mengeluarkan ponsel dari saku bajunya, lalu menekan nama seseorang yang dituju.
"Hallo sayang, kamu di mana?" Kanya mengedarkan pandangannya ke segala arah. Siapa tahu kekasihnya itu sudah sampai.
"Ini udah deket kok, tunggu ya?"
"Oke. Hati-hati, sayang." Lalu, ia segera memutuskan sambungan teleponnya. Dan memasukan ponselnya kembali.
Sambil menunggu kekasihnya, Kanya diam-diam menoleh ke belakang untuk sekadar mencari keberadaan sosok Sang Ketua Osis, namun nyatanya tidak ada dalam penglihatannya.
Dari jarak sekitar 10 meter, Kanya sudah bisa menebak siapa yang membawa ninja berwarna merah itu. Ya, dia adalah Bryan. Sudah hampir satu tahun Kanya menjalin hubungan dengan laki-laki itu.
"Thank you for waiting for me, sayang," ujar Bryan sambil mengacak pucuk rambut Kanya. Gadis itu hanya tersenyum menanggapi.
Tanpa disadari, ada seseorang yang tidak sengaja melintas, melihat keduanya sedang bersama. Seseorang itu hanya menggeleng saja melihat tingkah laku Kanya dan kekasihnya itu.
Kanya segera naik ke jok belakang motor Bryan. Tubuhnya agak dicondongkan ke depan, sebab memang bentuk joknya seperti itu. Untuk perempuan yang memakai rok cukup sulit menaikinya, terlebih Kanya memakai rok panjang.
Mereka menelusuri pusat kota Jakarta. Rambut Kanya yang terurai terhempas oleh angin kencang. Kedua tangannya melingkar erat di pinggang Bryan. Ia menyandarkan wajahnya pada punggung kekasihnya, memejamkan mata menikmati udara yang masuk ke dalam rongga hidung.
Hari ini cukup menguras emosi untuk Kanya. Moodnya jadi kurang baik. Makannya ia mengajak Bryan untuk pergi ke salah satu Mall di Jakarta. Sudah tidak asing lagi jika Kanya seperti itu.
"Kamu kenapa sih dari tadi bete gitu?" tanya Bryan melihat perubahan raut wajah Kanya.
Gadis itu hanya menggeleng lemah. Tak berniat menceritakan kejadian di sekolah, namun Bryan tetap memaksanya. Katanya seperti ini, "Cewek kalau ditanya jawabnya nggak apa-apa, tapi kita kaum cowok dituntut untuk memahami mood cewek yang berubah-ubah. Kamu kalau ada apa-apa ya cerita aja, justru aku seneng kamu mau cerita sama aku. Itu tandanya kamu percaya dan mau membagi suka duka yang kamu alami."
"Jadi kenapa?" Bryan mengulang pertanyaannya lagi.
"Tadi itu ketua Osis di sekolah aku nyebelin banget orangnya, tapi ..."
Bryan mengernyit tak mengerti maksud Kanya.
"Lupain, nggak penting juga." Kanya sama sekali tidakk ingin membahas lebih lanjut tentang Arga. Pikirannya masih terbayang-bayang tentangnya.
Bryan menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi. Ia menghembuskan napasnya kasar. Bryan pikir ada sesuatu di antara Kanya dan ketua Osis itu yang tidak ia ketahui.
Keadaannya kembali hening. Tak ada yang membuka percakapan lebih dulu, hingga Kanya mengajak Bryan untuk pulang. Kanya sudah capek, Bryan malah ikut menyebalkan.
Begitu sampai depan gerbang rumah mewah yang mendominasi warna putih, Bryan segera pamit. Kanya pun hanya mengiyakan saja, biasanya Kanya akan mengajak Bryan untuk mampir sebentar.
"Papi! Mami!" Lengkingan suara 7 oktav membuat seisi rumah keluar dari kamarnya masing-masing.
Tama dan Anita menutup telinganya erat-erat. Tak habis pikir sikap putri bungsunya menjadi seperti ini. Berbeda sekali dengan Fanya, perempuan itu sangat penuh lemah lembut. Terkadang, Tama membanding-bandingkan kedua putrinya itu. Sudah pasti Fanya yang lebih baik dari pada adiknya. Alhasil, mengundang kemarahan Kanya.
"Papi kenapa sih sekolahin Kanya di sekolahan nggak jelas kayak gitu?" tanya Kanya tak ada sopan santunya terhadap orang tua.
"Kemarin kita sudah sepakat, Kanya. Kamu harus ikuti semuanya!" tegas Tama balik.
Kanya melirik ke arah Anita. Memasang wajah sangat memohon. "Mami?" Anita hanya menggeleng tak bisa membantunya. Karena itu semua juga demi kebaikan Kanya.
Sudah tak ada harapan lagi bagi Kanya. Tidak ada yang mendukungnya satu orang pun. Memangnya kesalahan apa sampai membuat semua orang menekannya? Kanya pikir selama ini baik-baik saja.
Gadis itu memutar balik tubuhnya, berjalan cepat menaiki anak tangga satu persatu sambil mengucapkan, "Mami sama Papi sama aja! Nggak pernah ngertiin Kanya. Baru inget, anak kalian kan cuma Kak Fanya. Mungkin Kanya cuma anak pungut!"
Tama benar-benar menahan kemarahannya. Jika saja Anita tidak meredamkan amarahnya, mungkin Tama akan melayangkan tangan ke wajah putri bungsunya. Sebab Anita sangat paham, seandainya hal itu terjadi, maka akan melukai batin Kanya seumur hidup. Perbuatan memang akan selalu teringat dibanding perkataan. Tetapi jangan meremehkan perkataanya juga, itu bisa jadi boomerang untukmu suatu saat nanti.
_____________
Sejauh ini, Arga memang sulit sekali membuka hati. Tidak ada kriteria perempuan idaman secara khusus, hanya saja Arga ingin perempuan yang shalehah, karena itu adalah perhiasan dunia.
Melihat Kanya berperilaku dan berpenampilan seperti itu memang jauh sekali dari kata 'Shalehah'. Don't jugde a book by its cover, istilah itu memang benar, tetapi sebagai muslimah juga perlu diperhatikan penampilannya——maksudnya yang memenuhi kewajiban sebagai muslimah.
Namun, Arga yakin suatu saat Kanya akan menjadi perempuan baik-baik. Gadis itu hanya perlu bimbingan. Kita kan nggak pernah tahu Allah memberikan hidayah pada siapa dan kapan hal itu terjadi.
Pandangannya tertuju pada kalender meja yang terletak di atas meja belajar, ada note kecil yang tertulis pada tanggal 15. Ia teringat kajian salah satu ustadz kondang akan diadakan esok petang. Padahal di jadwal masih ada rapat Osis hingga pukul 5 sore. Terkadang Arga kesulitan membagi waktu, namun itu tak menutup kemungkinan Arga menghadiri kajian ilmu. Sesibuk apapun, harus di sempatkan.
Arga terpikirkan sesuatu. Mungkin ia akan mencoba mengajak gadis itu ke kajian bersama selepas rapat. Itu pun jika mau. Jika tidak, ya sudah.
••• AFTER MEET YOU •••
~~~Bersambung~~~
Jangan lupa vote and comen :)
KAMU SEDANG MEMBACA
After Meet You [ REVISI SELESAI ]
Spiritual[Teenfiction - Spiritual] Hidayah itu datang bagi siapa saja yang Allah kehendaki. Seperti seorang gadis manja yang hidupnya suka berfoya-foya, Kanya Alesysia Angwen. Kelakuan gadis itu tidak bisa dikontrol lagi. Alhasil, kedua orang tuanya memaksa...