•••AFTER MEET YOU•••
Selama dua minggu liburan semester, Arga menghabiskan waktunya untuk belajar di rumah. Sebab banyak hal yang ingin Arga capai di kemudian hari. Ia tidak mau membuang waktu dengan hal yang sia-sia.
Sedangkan Kanya, gadis itu memanfaatkan waktunya untuk belajar ilmu syar'i. Jadwal kajiannya tak lagi di sabtu-minggu saja, melainkan di hari-hari biasa pun Kanya terkadang datang.
Cukup banyak perubahan Kanya selama kurang enam bulan ini. Hidupnya menjadi lebih terarah. Kanya bersyukur, sebab dirinya telah mendapatkan Hidayah. Bukankah hal yang paling tak ternilai harganya ialah hidayah? Sebanyak apa pun harta yang dimiliki seseorang tak mampu membeli hidayah-Nya. Karena hidayah datangnya dari hati yang ikhlas lillahita'ala.
Setelah dua pekan berlalu, kini mereka kembali dengan suasana berbeda. Di temani kicauan burung-burung berterbangan di langit, lagu kebangsaan Indonesia Raya itu dinyanyikan. Semuanya tegak, berhormat. Fokus kepada Sang Merah Putih yang perlahan berkibar di atas tiang bendera.
Terlepas dari upacara bendera, para pengurus OSIS periode lama maupun periode baru berbaris rapih di tepi lapangan. Arga sebagai ketua OSIS menggunakan setelah putih-putih ditambah dengan selendang yang menjadi ciri khas OSIS.
Hal itu membuat siapa saja yang melihatnya akan terkesima dengan Arga.
Tiga puluh menit setelah bendera dinaikan, dan pembacaan UUD 1945, para pengurus OSIS periode baru mengucap janjinya untuk bertanggung jawab terhadap tugasnya. Sedangkan periode lama, mereka bernapas lega, sebab tak lagi memikirkan organisasi. Mungkin akan lebih fokus ke ujian nasional bagi kelas XII.
Di sisi lain, Kanya mengembangkan senyumannya ketika Arga menyampaikan kata sambutan di atas mimbar. Terlihat gagah. Tak hanya itu, kinerjanya sebagai ketua OSIS mampu mencontohkan yang baik untuk masyarakat sekolah.
Buktinya Kanya. Awalnya memang dorongan dari Arga, tetapi sekarang perlahan Kanya sendiri ikhlas menjalani hidupnya.
"Dan yang terkahir pesan saya untuk pengurus periode baru, kalian harus bisa menyeimbangkan antara akademik dan organisasi. Jangan sampai karena organisasi, akademik kalian jadi terganggu. Begitu juga sebaliknya, kita memang harus fokus terhadap akademik, tetapi organisasi yang sudah menjadi tanggung jawab kalian jangan sampai terbengkalai."
Kemudian, ditutup dengan senyuman hangat dan salam kepada semuanya.
Satu hari ini adalah hari bebas untuk siswa-siswi SMA Islam Mandiri. You know-lah, selain mengunjungi kantin, berdiam diri di kelas sambil mendengarkan lagu atau menonton film itu menjadi tempat ternyaman.
Di kelas XII Bahasa 2 mereka membuat mini konser sendiri di kelas masing-masing dengan gitar akustik dan tepukan tangan seadanya. Suasana haru karena sebentar lagi mereka akan berpisah. Entah untuk selamanya atau sementara.
"Terkadang gue ngebayangin nanti setelah lulus, gue jadi orang nggak, ya?" tanya Bara asal.
Wildan membelalak. "Jadi selama ini lo itu apa? Manusia serigala, vampire, mermaid, atau manusia jadi-jadian?"
"Mana saya tau, kan saya ikan."
"Pantes aja, pertanyaan lo nggak masuk akal manusia," celetuk Wildan, membuat Bara melayangkan satu kepalan tangannya.
"Enak aja lo! Maksud gue jadi orang sukses!" protes Bara cepat. Sementara kedua temannya-Wildan dan Arga-terkekeh.
"Nah, gitu kalau ngomong yang jelas!" timpal Wildan lagi.
"Eh, btw, lo beneran mau kuliah di Bandung, Ga?" Kini Bara bertanya berlagak serius kepada Arga.
Arga mengangguk, membenarkan. "InsyaAllah. Doain semoga SNMPTN gue diterima. Kalau nggak ya, ... gue coba jalur mandiri."
"Lo kan yang otaknya paling waras di antara kita, jadi lo pasti diterima." Wildan menepuk-nepuk bahu Arga.
"Aamiin."
Bersamaan dengan Kanya melewati kelas Arga, dia tak sengaja mendengarkan itu semua. Kanya menjadi menunduk lesu. Kanya benar-benar takut berpisah dengan Arga, walau Kanya sendiri tak mengerti dengan perasaanya.
Seandainya Arga memilih kampus di Jakarta, besar kemungkinan mereka akan bertemu, meski secara tak sengaja sekalipun. Sedangkan di Bandung, hanya kecil kemungkinan.
_____________
Kembali ke rumah dengan kabar Abinya sudah tiba, Arga bahagianya bukan main. Jika tidak ada urusan yang mendesak seperti ini, mungkin Abinya akan pulang bulan depan. Itu pun hanya satu minggu di rumah. Satu minggunya lagi bolak-balik ke kantor pusat, Jakarta.
Saat ini, keluarganya lengkap duduk bersantai di ruang tengah sambil bertukar cerita. Ini adalah momen langka yang jarang sekali ada di zaman sekarang.
"Kemarin kamu mau bicara apa, Ga?" tanya Danu beralih topik inti.
"Arga mau kuliah di Bandung, Bi. Tinggal tunggu pengumumannya." Satu tarikan napas mengucapkannya, membuat Arga ragu-ragu tidak izinkan.
"PTN di Jakarta, kan banyak, Ga. Kenapa kamu pilih di Bandung?"
Arga sudah menduga jawabannya akan sama seperti itu. Arga akui memang banyak kampus ternama di Jakarta, tetapi ia hanya ingin masuk ke kampus impiannya sejak masih duduk di bangku SMP.
"Abi nggak setuju, ya?"
Danu mengehela napasnya perlahan. Sekilas menatap Aisyah yang pasrah terhadap keputusan anaknya.
"Orang tua mana sih yang nggak mendukung impian anaknya? Bukannya Abi nggak setuju, nanti Ummi sama siapa?"
"Abi bisa ngajuin untuk pindah ke kantor pusat?" Arga bertanya balik.
"Ya, nggak semudah itu, Arga. Perusahaan harus mempertimbangkan kinerja Abi, baru kalau seandainya sesuai, kemungkinan dipindahkan ke kantor pusat."
Arga maupun Aisyah hanya bisa lapang dada dengan kondisi seperti ini.
"Sebernernya Abi juga memikirkan ini dari jauh-jauh hari. Ummi juga sudah bilang pada Abi waktu itu. Keputusannya adalah ... Abi akan resign."
"Tapi nanti pekerjaan Abi gimana?" Akhirnya Aisyah bersuara. Biar bagaimanapun pekerjaan itu penting untuk kehidupan rumah tangga.
"Kemarin teman lama Abi hubungi Abi, katanya divisi produksi di perusahaanya lagi butuh karyawan. Mungkin Abi akan ambil itu."
Aisyah menghembuskan napasnya lega. Setidaknya sudah ada jalan keluar yang lebih baik.
"Alhamdulillah, semoga ini keputusan yang terbaik," ucap Aisyah.
Sebuah keputusan sederhana itu sangat berharga di tengah keluarga Arga. Membuat jarak yang terbentang tak lagi ada. Sebenarnya, jika Abinya tak menyetujui Arga melanjutkan studinya di Bandung pun, tak apa. Asal mereka meridhokan. Bukankah ridho Allah adalah ridho orang tua juga? Arga tak ingin menjadi anak yang pembangkang.
~Bersambung~
KAMU SEDANG MEMBACA
After Meet You [ REVISI SELESAI ]
Spiritual[Teenfiction - Spiritual] Hidayah itu datang bagi siapa saja yang Allah kehendaki. Seperti seorang gadis manja yang hidupnya suka berfoya-foya, Kanya Alesysia Angwen. Kelakuan gadis itu tidak bisa dikontrol lagi. Alhasil, kedua orang tuanya memaksa...