•••AFTER MEET YOU•••
Sesuatu yang benar-benar tidak terduga hari itu adalah mengetahui bahwa perempuan yang akan dijodohkan ternyata Kayla. Teman Kanya, sekaligus adik kelasnya sendiri.
Arga memang cukup mengenal Kayla walaupun hanya sekilas. Tak bisa dipungkiri, empat perkara yang dijadikan standar untuk menikahi seorang wanita ada dalam Kayla.
Pertama hartanya, sudah pasti abinya Kayla adalah seorang pengusaha sukses. Kedua adalah nasabnya, jelas keluarganya sangat terpandang. Ketiga kecantikannya, so, Kayla bukan hanya cantik tetapi juga menyejukan jika dipandang. Dan yang terakhir adalah agamanya.
Bisa dikatakan Kayla adalah paket lengkap untuk dijadikan sebagai istri. Tapi, Arga sama sekali tidak ada hati dengannya. Ya, walaupun cinta datang seiring berjalannya waktu, setidaknya harus ada rasa lebih cenderung kepadanya.
"Bagaimana keputusannya, Arga?" Pertanyaan yang terlontar dari abinya memecahkan lamunannya. Arga mengusap wajahnya sambil membuang napas gusar. Ini keputusan yang berat baginya.
Aisyah lagi-lagi mengelus punggung putranya. Dia selalu memberikan dukungan apa pun yang dipilih nantinya.
"Abi, menurut Ummi, beri Arga waktu seminggu untuk istikharah. Mungkin Arga bimbang saat ini," saran Aisyah.
"Baik. Setelah itu kamu harus membuat keputusan!" tegas Danu. Kemudian, dia beranjak dari ruang tamu. Tersisa hanya Arga dan Umminya.
Aisyah paham betul bagaimana perasaan Arga saat ini. Biar bagaimanapun, seorang ibu mempunyai ikatan yang kuat terhadap anaknya. Maka dari itu, Aisyah tidak pernah memaksakan apa pun terkait perjodohan yang direncanakan oleh suaminya.
"Jangan gegabah, Arga. Ingat, menikah itu seumur hidup! Kamu nggak boleh asal memilih. Pasangan kamu nantinya harus benar-benar bisa diajak beribadah bersama, bukan cuma membangun rumah tangga biasa."
"Apalagi menikah muda. Lawan dulu ego kamu, kalau perlu tuntaskan semua. Jangan sampai setelah kamu menikah, masih ada ego yang akan berdampak besar nantinya," lanjut Aisyah menasehati putra semata wayangnya.
Arga menelaah setiap kata yang diucapkan oleh Umminya. Laki-laki itu sungguh dilema.
"Apa pandangan Ummi tentang Kanya?" Akhirnya Arga memberanikan diri untuk bertanya hal itu.
Aisyah tampak berpikir sebentar, kemudian dia tersenyum seraya menjawab, "menurut Ummi, Kanya itu baik, anaknya sopan, dan cantik lagi."
"Tunggu!" Seketika kedua bola mata Aisyah terbelalak. "Jangan bilang kamu mau poligami?"
"Astaghfirullah, Ummi! Walaupun poligami diperbolehkan dalam Islam, tapi InsyaAllah Arga nggak ngelakuin itu."
"Lagi pula alasan Rasulullah berpoligami sama alasan kaum adam zaman sekarang itu jauh berbeda, kan, Mi? Ummi bisa lihat sendiri, berani poligami tapi nggak bisa adil, ujung-ujungnya cerai. Karena mereka hanya berlandasan hawa nafsu bukan ibadah seperti yang dilakukan Rasulullah," sambung Arga menerawang. Bukan Arga mengharamkan berpoligami, tapi apa yang dilihatnya memang kebanyakan seperti itu.
"Ummi dan perempuan di luar sana, nggak akan ada yang rela dipoligami," kata Aisyah dengan nada yang sedikit berubah sendu.
Arga mengerti perasaan halus Umminya. Biar bagaimanapun, dulu rumah tangga mereka sempat renggang sebab long-distance marriage. So, sudah pasti Aisyah sungguh takut jika suaminya menemukan dambaan perempuan lain di sana. Sebenarnya kunci hubungan jarak jauh hanya saling percaya dan tetap jaga komunikasi. Namun, dua hal itu terkadang sulit dilakukan.
"Arga minta pendapat tentang Kanya ke Ummi karena dia adalah alasan kenapa Arga mau membatalkan perjodohan itu, Mi." Dengan satu tarikan napas, akhirnya Arga mengeluarkan semua yang menjadi beban pikirannya belakangan ini.
"Istikharah dulu, ya, Ga? Biar Ummi yang bicara sama Abi nanti." Sebelum Aisyah beranjak dari ruang tamu, ia mengusap lembut kepala putranya.
_____________
Di setiap sepertiga malam terkahir yang hampir satu minggu dilakukan, Arga sudah memohon petunjuk untuk memantapkan hati yang terbaik. Memilih seseorang yang akan setia menjadi pendamping dirinya dan kelak menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya bukan hal sepele. Ada banyak hal yang harus dipikirkan matang-matang.
Arga memang masih duduk di bangku kuliah, tetapi jika Allah merestui untuk menikah di semester lima ini, Arga tidak masalah. Dia sudah merintis sebuah usaha minuman yang sedang diincar oleh para anak muda di Bandung. Setidaknya, setelah menikah nanti, Arga tidak melulu bergantung pada kedua orang tuanya.
"Arga ..." panggil Aisyah tiba-tiba. Arga menoleh, dia tersadar dari lamunannya.
"Coba undang Kanya dan Kayla ke rumah. Ummi mau bicara sama mereka," kata Aisyah yang berada di ambang pintu kamar Arga.
"Semacam seleksi calon mantu?" Arga terkekeh. Kemudian, mengambil ponsel dan menghubungi dua perempuan sedang yang menjadi topik pembicaraan di tengah keluarganya.
Kayla Safira
Tapi kalau Kanya tahu soal ini gimana, Kak?Kanya Aleysia
Siap, Kak.Dua notifikasi dari orang yang berbeda masuk secara bersamaan. Dengan hati-hati Arga membalas pesan Kayla terlebih dahulu, karena menanyakan hal yang penting. Sehabis itu, barulah membalas pesan Kanya.
_____________
Tepat pukul sebelas, Kanya dan Kayla sudah berada di rumah Arga, sesuai apa yang diminta umminya. Mereka sedang menyiapkan makan siang di dapur, sedangkan Arga berada di ruang tengah bersama abinya.
"Kanya, mau lanjut kuliah di mana?" tanya Aisyah.
"Di Jakarta aja, Mi." Kanya menjawab sambil mengaduk-aduk sup, tetapi pandangannya sesekali ke arah Aisyah.
"Kalau Kayla di mana?" Pertanyaan itu bergantian kepada Kayla.
"Belum tahu, Mi. Kayla baru cari-cari kampus yang bagus sesuai jurusan yang Kayla mau," jawabnya.
Kanya menoleh ke arah Kayla dengan tatapan bingung. "Bukannya waktu itu kamu daftar ke Kairo, ya, Kay?"
"Kairo?" Aisyah mengulanginya. Dari raut wajahnya tampak terkejut sekali. Pembicaraan sewaktu pertemuan pertama kemarin, Kayla tidak cerita apa pun perihal rencana pendidikannya.
Kayla menatap Aisyah ragu. "Ada sesuatu yang mungkin Abi nggak akan izinin aku kuliah jauh." Lalu, dia menunduk.
Berhubung sup dan lauk lainnya sudah matang, Aisyah berhenti menanyakan lebih lanjut. Kayla lebih dulu membawa wadah nasi ke meja makan. Ternyata Arga dan Danu sudah menunggu di sana. Bahkan Kayla tertahan karena pertanyaan dari Danu untuk Arga yang berkaitan dengannya.
"Gimana sama perjodohan kalian?"
Keduanya masih bungkam. Baik Arga maupun Kayla hanya saling beradu tatapan, tidak ada sepatah kata pun yang keluar.
"Tunggu apalagi? Kalian itu udah sama-sama cocok. Walaupun Kayla baru lulus SMA, tapi Abi yakin dia bisa jadi istri yang baik buat kamu Arga."
Tepat pada kalimat terakhir, Kanya tahu-tahu sudah berdiri di dekat meja makan. Kanya mendengar semuanya dengan jelas. Indra pendengarnya masih berfungsi dengan normal, jadi dia tidak mungkin salah dengar atau sedang berhalusinasi.
"Kalian ... mau nikah?" Suara gemetar yang keluar dari bibir Kanya itu membuat mereka menoleh ke belakang serentak.
~Bersambung~
Tim happy ending apa sad ending nih?
Oh iya, jangan lupa rekomendasi juga cerita ini ke yang lainnya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
After Meet You [ REVISI SELESAI ]
Spiritual[Teenfiction - Spiritual] Hidayah itu datang bagi siapa saja yang Allah kehendaki. Seperti seorang gadis manja yang hidupnya suka berfoya-foya, Kanya Alesysia Angwen. Kelakuan gadis itu tidak bisa dikontrol lagi. Alhasil, kedua orang tuanya memaksa...