•••AFTER MEET YOU•••
Beberapa bulan kemudian, tepat saat pengambilan rapor semester 1 untuk Kanya dan semester 5 untuk Arga. Tanpa sengaja keluarga mereka bertemu. Lebih tepatnya hanya para ibu dari mereka saja.
Mungkin ini adalah pertemuan pertama mereka secara bersamaan. Sampai-sampai Kanya sangat menjaga image-nya di depan Aisyah. Gadis itu memang sudah berubah. Beberapa bulan terkahir ini, sangat cepat sekali Kanya membenah diri. Bukan hanya penampilan yang berubah syar'i saja, tetapi Kanya juga sedang berusaha menjaga sikap dan perilakunya. Ia ingin berkata lemah lembut layaknya wanita shalehah. Maka dari itu, Kanya mengganti sebutan lo-gue dengan aku-kamu. Bukannya tidak boleh muslimah bahasa lo-gue, hanya saja Kanya sendiri ingin merubahnya.
Terlebih pertemanannya dengan Kayla maupun Nabila sangat memengaruhi perubahan Kanya mulai dari hal-hal kecil. Benar kata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, seseorang itu tergantung agama temannya, maka lihatlah siapa yang menjadi temannya.
Itulah mengapa kita harus menjaga circle pertemanan. Tinggalkan hal yang sia-sia, datangkan hal yang bermakna.
Sejak tadi, Kanya memilih diam dan mendengarkan pembicaraan para ibu saja—Aisyah dan Anita. Sesekali mengangguk dan tersenyum menanggapi. Arga pun sama. Keduanya hanya menyeruput minuman yang di pesan semenjak duduk di kantin.
"Setelah lulus Arga mau melanjutkan kuliah di mana?" tanya Anita.
"InsyaAllah kuliah di Bandung, Tante."
Jawaban yang Arga berikan membuat ketiganya tertegun. Termasuk Kanya. Ia sempat memasang raut wajah bertanya-tanya. Namun, tak diungkapkan dengan kata-kata.
Aisyah pun perlahan mengendurkan senyumannya. Inilah yang ia khawatirkan, berjauhan dengan putra semata wayangnya. Namun, keputusan Arga ingin kuliah di kampus impiannya membuat Aisyah tak bisa melarangnya. Yang bisa ia lakukan hanyalah mendukung Arga dan selalu mendoakannya.
"Kenapa di Bandung? Kampus di Jakarta kan banyak." Akhirnya Kanya bertanya setelah bergelut dengan hati dan pikirannya sendiri.
Arga menautkan kedua alisnya. "Ya, memang, tapi kampus impian saya ada di sana," jawab Arga santai. Ia masih tak mengerti maksud dari pertanyaan Kanya.
Gadis itu menjadi tak seceria tadi. Wajahnya terlihat gelisah, sedih bercampur menjadi satu. Harapannya untuk terus bersama Arga seketika hancur begitu saja. Entah mengapa, Kanya takut jika Arga sudah di Bandung nanti, ia tak akan bisa bertemu lagi.
"Sejauh apapun, kalau jodoh pasti akan dipertemukan kembali," kata Anita seolah tahu apa yang ada dalam pikirian putrinya.
Arga tersenyum tipis. Dia baru menyadari hal itu. Arga pun memang merasakan hal yang sama. Tetapi, impiannya jauh lebih berarti untuk masa depannya. Setelah itu, baru ... melamar Kanya? Entahlah ....
Pembicaraan mereka diakhiri tiga puluh menit sebelum adzan dzuhur. Anita mengajak Aisyah untuk ikut bersama mobilnya, berhubung satu arah. Tidak terlalu canggung rasanya untuk Kanya berkomunikasi dengan Aisyah. Mereka seperti sudah berkenal lama.
Sedangkan Arga, masih ada yang harus diselesaikan terkait peralihan jabatan ke periode selanjutnya. Dia masih stay di sekolah sampai sore.
_____________
"Ummi boleh tanya, Kanya?" Aisyah tiba-tiba bersuara ketika dalam perjalanan.
Kanya mengangguk sambil memilirik ke spion tengah. Kemudian, tatapannya kembali fokus ke jalan. "Boleh, Tante."
"Kamu ini sepertinya deket, ya sama Arga?" Bersyukurnya Kanya tidak menginjak rem dadakan. Secara kondisinya mobil mereka sedang berada di jalan raya.
"Nggak usah sungkang buat jujur, Kanya." Aisyah kiranya tahu perubahan sikap Kanya saat ia menyebutkan nama putranya.
Kanya tersenyum sipu. Selama enam bulan belakangan ini, Kanya akui memang sudah dekat dengan Arga. Walaupun tidak dikatakan sebagai pendekatan pada umumnya.
"Ummi doakan yang terbaik untuk kalian."
Yap! Tanda lampu hijau. Kali ini Kanya mengangkat kedua sudut bibirnya bahagia sekali. Setidaknya masih ada harapan di kemudian hari.
Kanya menoleh ke samping, ke arah Maminya. Anita pun tersenyum sambil mengangguk tanda menyetujui. Bagaimana ke depannya, Kanya tidak tahu. Ia hanya berdoa semoga doa ibu terijabah.
Perjalanan mereka berlanjut dengan beberapa percakapan setelahnya. Begitu sampai di rumah Aisyah, wanita paruh baya itu langsung pamit dan berterima kasih kepada Kanya maupun Anita. Kemudian, kendaraan roda empat Kanya melaju meninggalkan kediaman Aisyah.
_____________
Dalam kegiatannya sejak tadi, Arga sesekali termenung memikirkan sesuatu yang mengganjal. Ia sepertinya lupa memberitahu Abinya perihal perkuliahannya di Bandung. Itulah hal terberat bagi Arga, jikalau Abinya tidak setuju.
Berhubung warna langit sudah mulai orange. Arga memutuskan untuk menyudahi rapat itu dengan salam. Lebih baik, Arga melanjutkannya esok, atau saat mendekati masuk semester baru. Toh, mereka juga membutuhkan waktu liburan.
Dengan perasaan masih gelisah, Arga berniat menghubungi ponsel Abinya. Apapun keputusannya, Arga menerimanya dengan lapang dada meski ia harus mengubur impiannya.
Arga beranjak menuju tempat parkir sambil memasang airpods ke telinganya.
"Assalamualaikum," ucap Arga ketika sudah terhubung ke nomor Abinya.
"Wa'alaikumussalam, apa kabar, Ga?"
"Alhamdulillah baik, Bi. Abi sendiri gimana? Sehat?" tanya Arga, langkahnya masih terus menyusuri lorong parkir hingga berhenti tepat di depan sepeda motornya.
"Alhamdulillah. Ada apa, Arga?"
Arga menghembuskan napasnya perlahan. Tenggorokannya seolah tercekat ingin mengatakan.
"Abi kapan pulang?" Akhirnya Arga bertanya. "Ada yang pengin Arga bicarakan soal kuliah, Bi."
"InsyaAllah, dua minggu lagi Abi pulang."
Mendengar itu seketika mood Arga kian membaik. Lengkungan kedua sudut bibirnya terangkat begitu saja. Selain ingin membicarakan perihal studinya, Arga memang sangat rindu dengan sosok ayah. Mungkin sudah tiga bulan lamanya mereka tidak bertemu. Pekerjaan Danu—Abinya—di Kalimantan yang mengharuskan mereka berjarak.
Setelah mengucap salam mengakhiri pembicaraa via telepon, Arga segera beranjak dengan sepeda motornya. Mencoba mensyukuri apa yang sudah menjadi garis takdirnya.
~Bersambung~
Karena part ini sedikit, langsung update 2 part sekaligus :)
KAMU SEDANG MEMBACA
After Meet You [ REVISI SELESAI ]
Spiritual[Teenfiction - Spiritual] Hidayah itu datang bagi siapa saja yang Allah kehendaki. Seperti seorang gadis manja yang hidupnya suka berfoya-foya, Kanya Alesysia Angwen. Kelakuan gadis itu tidak bisa dikontrol lagi. Alhasil, kedua orang tuanya memaksa...