••• AFTER MEET YOU •••Selama hampir 3 tahun menginjakan kaki di SMA Islam Mandiri, gosip miring tentang Arga bisa dikatakan tidak pernah terdengar sekalipun. Namun, hari ini Arga seolah menjadi pusat perbincangan para siswi. Sebab wajahnya yang tampak berbeda dari biasanya. Luka memar itu tampak jelas sekali di wajahnya. Bagaimana tidak, warna kulit laki-laki itu bagaikan susu, sedangkan memar berwarna keunguan.
Namanya juga ketua Osis idaman. Iya, idaman para siswi SMA Islam Mandiri. Semenjak bel istirahat, Arga sengaja memilih untuk berdiam diri di kelas. Lebih tepatnya, untuk menghindari gadis itu.
Bukannya tidak suka, lagi pula Arga sendiri yang sudah menarik gadis itu ke dalam strateginya. Strategi untuk berubah. Namun, dengan Kanya masih menjalin hubungan dengan kekasihnya, itu sama saja mengajak peperangan kembali.
"Kemarin kata salah satu siswa, lo ditonjok sama pacarnya Kanya, iya?"
Arga masih bergeming. Ia tak berniat menjawab pertanyaan dari temannya.
"Kok bisa sih?" pikir Wildan heran, "maksud gue, emangnya lo lagi ngapain sama Kanya sampai bisa kejadian itu?"
Lagi-lagi Arga hanya menghembuskan napasnya panjang.
"Selain dibuat memar, lo nggak sampai dibuat bisu, kan?" sidir keras Bara.
"Enggak." Akhirnya laki-laki itu angkat bicara, walau hanya satu kata singkat, padat dan jelas.
"Apa lo ada hubungan khusus sama Kanya?"
Arga menggeleng cepat. Menolak mentah-mentah atas tuduhan tidak benar itu. Kedua temannya lantas mengernyit.
"Gue juga nggak tahu permasalahan Kanya sama pacarnya apa, tapi tiba-tiba dia dateng terus jadi gini," ujar Arga sambil menunjuk luka itu.
Wildan berdiri tegak. Ia juga mengajak Bara untuk ikutan berdiri. "Apa kita harus menyerang balik, komandan?"
"Kalau kalian nyerang dia, itu berarti kalian sama aja kayak dia."
Perkataan Arga membuat Wildan maupun Bara kembali duduk. Arga benar, jika kejahatan dibalas dengan kejahatan, maka kapan kebaikan akan menang?
Ketiganya sama-sama berpikir sejenak. Sibuk dalam pikirannya masing-masing. Mencari cara agar kekasihnya Kanya tak membuat ulah di lingkungan sekolah. Jika saja sampai pihak sekolah tahu, maka Arga maupun Kanya akan ditindaklanjuti. Mengingat jabatan Arga sebagai ketua Osis, sanksinya akan berat seumpama ketahuan. Bersyukurnya tidak ada yang membuka mulut perihal itu.
"Kalian nggak ke kantin?" tanya Arga. Keduanya menggeleng pelan saling beradu tatapan.
"Lo sendiri kenapa?"
"Nggak pengin."
"Bilang aja lo mau ngehindarin Kanya, kan?" Tebak Wildan. Bara pun setuju dengan itu.
Bagaikan anak panah tepat sasaran. Arga tak pandai berbohong dengan mereka. Sepertinya mereka mudah sekali menebak apa yang ada dalam pikirannya.
Mau tak mau, Arga mengikuti Bara dan Wildan untuk beristirahat di kantin daripada di kelas. Lagi pula tidak ada salahnya juga.
_____________
Seperti biasa, tempat paling tepat untuk menyendiri bagi seorang Kanya Aleysia Angwen adalah taman belakang sekolah. Tempat itu sudah menemaninya sejak pertama kali MOS. Selain jarang dilewati, ia juga ingin mencuci mata melalui pemandangan taman. Sebab ia sangat bosan menatap buku-buku pelajaran yang kurang menarik menurutnya.
Memasang airpods di telinga, serta menyadarkan tubuh di sudut dinding benar-benar menjadi posisi paling nyaman. Kanya lebih baik menghabiskan waktu di sana, daripada di kantin dengan segala kebisingan.
Sebelum matanya terpejam, Kanya melihat seseorang berjalan ke arah perpustakan. Ia lantas berdiri dan menghampiri orang itu.
"Kak Arga!" panggil Kanya sedikit keras.
Arga masih terus berjalan. Setelah dari kantin, memang ia berniat mencari referensi untuk tugasnya di perpustakaan.
"Nanti sore ada kajian lagi ya? Gue lihat jadwalnya dari instagram," kata Kanya sambil menghalangi jalan Arga.
Posisi gadis itu berada di tengah-tengah. Arga agak kesulitan seumpama ingin melewatinya. Akhirnya laki-laki itu mengangguk pasrah.
"Gue ikut, ya?"
"Boleh, kan?"
"Bolehlah masa nggak boleh?"
"Iya, gitu."
Benar saja, Kanya berbicara tanpa henti. Sampai-sampai Arga ingin menyumpal mulut gadis itu dengan daun yang berada di sampingnya.
"Iya. Kamu sama Maryam kayak kemarin."
Spontan Kanya bertepuk tangan kegirangan. Entah perasaan apa kali ini ia sampai bisa bahagia, padahal ke tempat yang sebelumnya paling tidak disukai.
"Tapi kayaknya, saya absen dulu atau nanti nyusul mungkin. Soalnya ada rapat untuk peralihan jabatan," kata Arga beralasan. Senyum Kanya mengendur tak seceria tadi.
"Temanya bagus buat kamu, usahakan datang." Perkataan Arga membuat gadis itu membuka ponselnya, lalu melihat instagram jadwal kajian tersebut. Tadi, ia hanya sempat melihat jamnya saja, tidak fokus pada tema.
"Kasih sayang yang menyesatkan." Kanya membaca tema kajian itu. Ia mengernyit tidak mengerti apa maksudnya.
"Kalau perlu dicatat materinya biar nggak lupa," saran Arga. Setiap menghadiri kajian ilmu seperti itu, Arga memang selalu mencatat setiap materi yang disampaikan. Gunanya ya untuk bisa mengulang kembali di suatu waktu.
"Dan, jangan duduk di pojok biar kamu nggak ketiduran nanti." Arga berkata demikian sebab dirinya beberapa kali memergoki gadis itu tertidur bersandar di sudut ruangan.
Bola mata Kanya terbelalak mendengarnya. "Nggaklah!" protesnya cepat.
Kanya mengangguk-angguk sambil memicingkan matanya ke arah Arga intens. "Oh, selama ini lo perhatiin gue diem-diem ya?"
Dugaan Kanya sepertinya tidak sepenuhnya salah. Lagi pula, Arga sampai tahu betul kebiasaan gadis itu. Bukankah sama saja perhatian dalam diam?
"Siapa? Saya?" Arga menunjuk dirinya sendiri, kemudian menggeleng. "Percaya diri banget kamu," lanjutnya membela diri.
"Orang-orang intelijen itu nggak mungkin menunjukan dirinya sendiri. Sama kayak lo, diem-diem tapi selalu perhatiin."
Arga tak menghiraukan perkataan gadis itu. Dalam hatinya sedikit membenarkan. Mungkin tanpa sadar, Arga sudah sejauh itu memperhatikan Kanya. Seharusnya ini tidak terjadi jika sejak awal ia tak peduli dengan gadis blasteran itu.
"Right?"
Arga tersenyum tipis. "It's just your feeling."
Kemudian, ia berlalu dari hadapan Kanya setelah mendapatkan renggangan jalan.
Jarak keduanya mungkin baru terpisah beberapa meter saja, namun Kanya sudah mengirim pesan pada laki-laki itu. Walaupun nomor Kanya belum sempat disave, namun pesan sebelumnya tertera perkenalan namanya di sana.
Dalam hati Arga, mengapa tadi tidak sekalian? Atau memang dia sengaja? Entahlah itu hanya dugaan Arga saja. Lalu, ia mendengus.
Kak, selesai rapatnya sore nggak?
Sampai subuh.
Arga sengaja tak menjawab sungguhan pertanyaan Kanya. Kemudian ia teringat sesuatu.
Jangan sampai kejadian seperti kemarin. Saya nggak ada hubungannya sama kalian.
Ashiap
Setelah membaca pesan dari gadis itu, Arga hanya membacanya saja. Padahal Kanya sangat menunggu balasan.
~Bersambung~
KAMU SEDANG MEMBACA
After Meet You [ REVISI SELESAI ]
Spiritual[Teenfiction - Spiritual] Hidayah itu datang bagi siapa saja yang Allah kehendaki. Seperti seorang gadis manja yang hidupnya suka berfoya-foya, Kanya Alesysia Angwen. Kelakuan gadis itu tidak bisa dikontrol lagi. Alhasil, kedua orang tuanya memaksa...