Chapter 22

256 20 3
                                    

•••AFTER MEET YOU•••

"Aira Adriana, kan?" Arga mengerjapkan matanya berulang kali untuk memastikan ini nyata.

Perempuan bernama Aira itu mengangguk sambil tersenyum lebar. Akhirnya, Aira memindahkan mangkuk baksonya ke meja Arga.

"Hey, anak kecil! Kamu lagi ngapain di sini?" Arga bertanya dengan nada sedikit meledek. Tubuh Aira yang mungil memang unik sendiri di mata Arga. Padahal usia perempuan itu sebaya dengannya, hanya selisih tiga bulan.

"Lagi makanlah! Apalagi?" kata Aira sambil melirik ke arah baksonya yang hampir habis.

Arga tertawa kecil. "Kalau itu nggak perlu dikasih tahu."

Aira menghembuskan napasnya gusar. Kemudian, menatap Arga sedikit kecewa. "Kamu lupa, ya? Semenjak aku pindah SMP kan ke Bandung ... di sini ..."

Perempuan itu adalah tetangga sekaligus teman masa kecil Arga. Mereka tumbuh bersama-sama hingga saat memasuki Sekolah Menengah Pertama, Aira terpaksa mengikuti pekerjaan ayahnya di Bandung.

Klasik memang. Tapi itu menyebalkan untuk anak remaja tanggung yang tengah merasakan cinta pertamanya. Ya, walaupun hanya sekadar puppy love.

Pertemuan tidak sengaja itu membuat Arga dan Aira berbincang banyak hal. Seperti Aira yang menanyakan kondisi Abi dan Ummi Arga, mengapa laki-laki itu bisa di Bandung, dan berbagai pertanyaan yang ada di dalam pikiran Aira.

Begitu juga dengan Arga. Menanyakan kembali kondisi bunda dan ayahnya Aira. Karena dulunya mereka bertetangga, jadi kedua keluarga memang sudah kenal dekat.

"Kapan-kapan kamu main atuh ke rumah Bunda?" ajak Aira denga logat Sunda-nya. Ia membuka pembicaraan lagi setelah mereka menghabiskan baksonya.

"InsyaAllah, lain kesempatan."

Aira mengangguk paham. Masih dengan Euforia yang sama. Di mata Aira, Arga adalah kakak yang selalu menjaganya. Begitu juga sebaliknya. Tetapi, Aira tak bisa mengelak bahwa ada rasa lebih dari menganggapnya sebagai seorang kakak. Dan rasa itu tumbuh saat Aira bertemu lagi dengannya. Apalagi di usia mereka yang sama-sama sudah menginjak dewasa.

Memang tak ada yang bisa memilih kepada siapa hati berlabuh. Aira pun sama. Seandainya bisa, ia ingin bukan Arga orangnya. Sebab jika semuanya terbongkar, besar kemungkinan akan menghancurkan hubungan pertemanan yang mereka jalin sejak kecil.

"Saya duluan, ya, Ra?" Arga bangkit dari duduknya, lalu menggeser sedikit ke belakang kursinya.

"Kamu naik apa?" tanya Aira.

Arga melirik ke arah sepeda motornya yang terparkir di luar. Sedangkan Aira menggeleng-geleng seolah tak percaya.

"Naik motor? Kamu nggak capek, Ar?"

"Kalau ditanya capek atau nggak, ya pasti capek. Tapi itu lebih seru."

Aira hanya terheran-heran saja. Padahal Aira tahu kedua orang tua Arga pasti mampu membelikan mobil, namun sejak kecil Arga memang suka hidup sederhana.

"Hati-hati!" ucap Aira sambil tersenyum manis.

Mereka berpisah di depan Rumah Makan Linggarjati. Arga dengan sepeda motornya, sedangkan Aira dengan Honda Jazz-nya.

After Meet You [ REVISI SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang