Chapter 12

306 26 2
                                    


•••AFTER MEET YOU•••


Keputusan Kanya memantapkan hati untuk berhijrah tak berhenti sampai memutuskan hubungan dengan kekasihnya saja. Gadis itu bahkan lebih sering menghadiri kajian di sore maupun minggu pagi.

Ada yang menarik dari kajian pekan ini. Mengangkat tema Kenapa Enggan Memakai Hijab? yang diperuntukan khusus akhwat. Ia pergi seorang diri, tanpa Maryam atau siapapun yang menemani.

"Di dalam Al-Qur'an dan hadist telah dijelaskan keharusan muslimah untuk berkomitmen dengan hijab, sebagai pelindung dirinya dari pemicu fitnah." Seorang ustadzah berbicara di mimbar.

"Allah memerintahkan Nabi-Nya agar mengajak istri-istri dan anak-anak perempuan beliau serta segenap kaum muslimah untuk mengenakan hijab. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya :

"Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. Q.S. Al-Azhab ayat 59"

"Sebagai wanita muslimah kita harus menjaga iffah (kehormatan diri). Hijab merupakan sarana pelindung dan penjagaan bagi pemakainya. Pakailah hijab sesuai syariat Islam, yaitu menutup sampai dadanya. sebagimana dijelaskan dalam surah An-Nur:31 yaitu,

"...,Dan hendaklah mereka menutup kain kudung ke dadanya,..."

Mendengar penjelasan ustadzah bercadar itu rasanya seperti ditampar habis-habisan, tetapi sasarannya bukan pada wajah, melainkan hati yang tak kunjung sadar. Kanya menyadari selama ini dia tidak pernah menutupi auratnya secara sempurna. Ia berpikir sudah sebesar apa dosa yang dilakukannya pada masa lalunya?

"Ya Allah hanya Engkau yang maha pengampun dan penerima taubat, ampunilah dosa-dosa hamba selama ini ya Allah, hamba menyesal, dan hamba akan bertaubat kepada-Mu ya Rabb." Sepucuk doa yang terpanjatkan oleh gadis itu.

Ada rasa penyesalan yang teramat dalam. Kanya termenung dalam hening. Dia baru menyadari bahwa berhijab itu wajib, bukan hanya fashion yang lagi trend. Dulu, dia sangat risih menggunakannya. Gerah, panas, dan banyak yang dirasakan. Kanya yakin, jika dia mengubah persepsinya tentang hijab itu sendiri,  kemungkinan besar dia tidak akan risih lagi menggunakannya.

Perlahan tapi pasti.

Kanya teringat kata Arga dan Maryam waktu itu, bahwa semua yang kita lakukan itu tergantung niat. Seumpama niatnya karena Allah, maka apapun itu pasti akan mudah.

_____________

Untuk weekend kali ini, Arga menghabiskan waktu hanya untuk rapat, rapat dan rapat. Tidak ada kajian, atau sekadar bersantai. Sebab Arga mempunyai tanggung jawab yang besar sebagai ketua OSIS. Bukankah setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya? Arga sangat khawatir jika kelak di akhirat, ia tidak bisa bertanggung jawab. Akan menjawab apa ia nanti?

Sudah pukul tiga sore, para pengurus OSIS belum juga menyelesaikan kegiatan rapatnya. Arga menjedanya setelah mendengar adzan ashar. Kemudian shalat ashar berjamaah di Masjid terdekat, karena posisi mereka saat ini sedang berada di taman. Ada satu prinsip yang ia pegang sejak dulu, dan selalu ia terapkan. Ketika sedang sibuk dalam kegiatan apapun, jika sudah terdengar suara adzan berkumandang, maka berhentilah. Dan segera mungkin laksanakan shalat terlebih dahulu, baru melanjutkan kegiatan yang terjeda. Itulah yang selalu ia lakukan sampai detik ini. Sebelumnya, Arga mencatat point-point penting yang akan ia sampaikan nanti, supaya tidak ada insiden, "Sampai mana tadi?".

Karena waktu sudah sore, Arga menutup kegiatan rapat itu tepat pada pukul empat. Semuanya berdemo sebab memakan hari tidur mereka. Lagi pula siapa yang mau rapat di luar hari sekolah seperti ini? Jika diberi pilihan, Arga pun lebih baik memilih pergi ke kajian sore atau menemani Umminya di rumah. Namun, apa boleh buat? Laporan untuk peralihan jabatan harus secepatnya diurus. Semisalnya ditunda-tunda, maka akan memakan waktu untuk belajar Ujian Nasional.

Satu per satu dari mereka sudah kembali ke rumah masing-masing. Tersisa hanya Arga, Bagas dan Kenny yang masih membereskan kertas-kertas yang berserakan di rumput.

"Gue sama Bagas cabut, ya, Ga!" ucap Kenny ketika semuanya rampung.

Arga mengangguk sambil tersenyum. "Oke. Gue juga abis ini langsung balik."

Mereka beranjak menggunakan mobil milik Kenny yang harganya hampir menginjak 1M. Berbeda dengan Arga yang menggunakan sepeda motor kesayangannya itu.

Sampai pada pertengahan jalan di gang dekat rumahnya, Arga dihadang oleh mobil berwarna hitam. Ia melepaskan helmnya untuk bisa melihat secara jelas siapa pemilik mobil itu.

"Masih inget lo sama gue?" tanya seseorang itu ketika turun dari mobilnya. Dia memang bukan teman Arga, tetapi Arga cukup mengenalnya beberapa hari lalu.

"Gue Bryan, pacarnya Kanya ... kalo lo lupa," katanya sambil tersenyum kecut ke arah Arga. "Atau lo emang pura-pura lupa?" Kini dia tertawa mengejek.

Arga masih memperhatikan gerak-gerik mencurigakan Bryan. Persiapan badan takut tiba-tiba dia menyerangnya. Arga tersadar mengapa tempo hari Kanya bertanya keadaannya. Ternyata apa yang gadis itu khawatirkan terjadi juga.

"Mantan, bukannya?" Arga benar-benar memancing amarah seseorang yang berada di hadapannya. Bryan sangat tidak terima dengan itu.

Dan, kemudian ...

Bugh!

Bugh!

Suara pukulan berkali-kali terdengar dengan jelas. Baik Bryan, maupun Arga sama-sama menyerang balik. Untuk kali ini Arga tidak bisa tinggal diam. Dia terus membalas pukulan Bryan, hingga tubuh Bryan terpojok pada kap mobilnya.

"Jangan coba-coba ganggu gue. Gue nggak ada urusannya sama hubungan kalian!" Arga berkata tegas. Wajahnya sangat serius.

Bryan tak membalasnya lagi, ia hanya menatap kepergian kendaraan roda dua Arga dengan penuh dendam dan kebencian. Lalu, ia pun melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Di sisi lain, Arga masih mengucap istighfar sepanjang perjalanan yang tersisa. Luka yang kemarin saja belum sepenuhnya sembuh, ini sudah ditambah lebih parah. Bisa-bisa Umminya ceramah tujuh hari tujuh malam. Paling tidak, Umminya tidak boleh tahu jika penyebab utamanya adalah Kanya. Ya, sebetulnya Kanya memang tidak sepenuhnya salah, ia hanya butuh memperbaiki diri. Mantan kekasihnya saja yang belum bisa menerima kenyataan.

Ya begitu, lah. Arga sendiri pusing memikirkan mereka yang tidak ada habisnya.

Dan untuk persoalan ini, menurut Arga, Kanya tidak boleh sampai tahu. Tempo hari lukanya hanya pada satu titik saja, rasa khawatir gadis itu setengah mati. Apalagi sekarang? Yang ada setiap detik Kanya menanyakan kondisinya dan meminta maaf terus-terusan.

~Bersambung~

After Meet You [ REVISI SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang