Chapter 18

272 20 3
                                    

•••AFTER MEET YOU•••

Selama tiga puluh menit Kanya mengitari mall bersama Fanya, kakaknya. Mungkin sudah berbulan-bulan ia tak menginjakan kakinya lagi di sini. Jika tidak ada kepentingan yang mendesak, Kanya saat ini malas sekali mengunjungi mall lagi. Untuk menghilangkan kebiasaan kan harus menghadirkan kebiasaan baru. Jadi, Kanya seberusahan keras tidak kembali ke kebiasaan dulu.

Seandainya Fanya tidak memintanya untuk menemani memilih butik baju pengantin, Kanya enggan berkitar dari lantai satu hingga lantai lima hanya untuk mencari yang 'pas'.

"Kenapa nggak sama calon kakak ipar aja, sih, pilih butiknya, Kak?" Kanya sudah mulai lelah. Setiap butik baju pengantin, tidak ada yang cocok menurut Fanya.

"Dia itu sibuk kalau cuma cari butik doang, bisanya nanti pas fitting baju."

Dua minggu lalu, seorang laki-laki dengan keberaniannya datang menemui Tama untuk mengkhitbah Fanya. Hal itu sontak membuat Fanya maupun Kanya tertegun. Baru saja lima bulan yang lalu sukses meraih gelar sarjananya, Fanya sudah mau menikah.

Sebenarnya tak ada yang sia-sia dengan pendidikan yang Fanya tempuh, walaupun ia tak sempat menggeluti dunia kerja. Toh, setelah dia menikah, akan menjadi madrasah pertama untuk anak-anaknya kelak.

Fanya terfokus pada gaun pengantin yang berada di butik hadapannya. Ia menarik lengan Kanya untuk segera masuk ke dalam butik itu. Kanya hanya bisa membuang napas gusar.

"Bagus, nggak?" Fanya memperlihatkan gaun putih dengan manik-manik di bagian atasnya. Serta jilbab instan berwarna senada.

Kanya mengangguk saja.

"Oke. Butik ini adalah pilihannya!" Fanya tersenyum puas melihat pemandangan gaun pengantin yang ia idam-idamkan.

Selepas menegosiasi terkait masalah harga, desain dan baju untuk keluarga yang akan digunakan, mereka mencari kafe untuk beristirahat sebentar.

Turun ke lantai dua dengan menggunakan lift. Kanya benar-benar terkejut saat pintu lift terbuka. Seseorang yang familiar di kehidupannya dulu, kini tengah berdiri di dalam lift menatapnya juga.

Mau bagaimana lagi? Lift sudah terbuka. Mau tidak mau, Kanya harus secepatnya masuk, atau jika tidak menggunakan eskalator yang jaraknya di setiap sudut. Namun sayangnya, kaki Kanya sudah tak sanggup lagi.

Barangkali Fanya bisa merasakan kecanggungan saat mereka berada di dalam lift. Saling diam menatap ke pintu. Mereka tidak hanya bertiga, dua pengunjung lain pun berada di dalam satu lift yang sama. Namun, itu hanya bertahan turun di lantai empat. Sedangkan Kanya dan Fanya masih menunggu dua lantai lagi.

"Apa kabar, Kanya?" Akhirnya suara itu memecahkan keheningan.

"Alhamdulillah." Kanya menoleh sedikit ke arah laki-laki itu. Kemudian menunduk kembali.

"Apa kabar, Kak Fanya?" Kini dia bertanya pada Fanya.

"Sama. Kabar baik." Fanya tersenyum. "Kamu kok nggak pernah ke rumah lagi, Bryan?"

Bryan melirik ke arah Kanya sebentar sambil tersenyum getir.

"Lagi sibuk sama organisasi sekolah, Kak." Bryan menjawabnya sedikit gugup.

After Meet You [ REVISI SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang