9: Fuck Boys

8.7K 676 58
                                    

“You got me high so fast, I want to be with you for everything.”
—BTS, Boy With Luv—

-

Jeon Jungkook

Hal yang begitu menyulitkan didunia ini adalah mengurus seorang anak. Satu anak saja sudah dapat membuat kelelahan, tapi aku diharuskan untuk merawat tiga sekaligus. Anak-anakku semuanya. Sebelum kedatangan Sifra, aku memang menitipkan anak-anakku pada The Baby Daycare Centre. Tapi biaya untuk satu hari bisa setara dengan membayar pengasuh anak. Lebih baik, aku mencari pengasuh anak sekalian, bukan begitu?

Pagi ini, aku mencoba meminta Sifra untuk datang dan mengasuh anakku. Sutradara film sudah menghubungiku dan memintaku untuk segera ke lokasi shooting. Tapi aku tidak bisa. Sifra tidak mau datang kemari. Sifra sepertinya merasa bahwa aku menjijikkan. Dia tidak mau bertemu denganku lagi, sepertinya. Apakah aku harus mencari pengasuh baru? Aduh, siapa? Tidak ada orang yang bisa mengasuh anakku lebih baik daripada Sifra. Dia mengerti dan memahami kriteria anak-anakku semuanya.

Biasanya, sebelum pukul enam, semua anak-anakku sudah mandi dan sudah rapih. Setelahnya, Sifra akan menyuapi mereka makan dan kemudian melepas mereka untuk merangkak kesana dan kemari, mengelilingi ruang tamu. Bahkan Jungwoo sudah mulai mencoba berdiri dan berjalan. Itu hebat. Jarang sekali ada anak bayi usia tujuh bulan sudah mencoba untuk berjalan. Setahuku, perkembangan bayi untuk berjalan itu sekitar usia delapan atau sembilan bulan.

Tapi Jungwoo berhasil membuktikan bahwa perkembangannya lebih cepat dari bayi pada umumnya. Jungyeon juga sudah memiliki gigi, ada tiga. Dan untuk Junghyun, dia sedang mencoba untuk melafalkan kata "Papa". Semua anak-anakku memiliki perkembangan diri dalam mereka. Namun Jungwoo yang paling cepat dan paling aktif. Mungkin karena memang dia yang paling tua, jadi perkembangannya lebih cepat dari adik-adiknya.

Sutradara film terus menghubungiku. Tapi aku memilih untuk mengabaikannya. Aku menghela napas dan menatap ketiga anakku. Kemudian, aku pada akhirnya pergi ke dapur untuk membuatkan susu, menyiapkan makanan untuk mereka bertiga, dan setelahnya aku menyiapkan pakaian mereka.

Andai ada Sifra disini. Pasti aku tidak akan begitu kerepotan sekarang. Aku baru tahu bahwa menjadi pengasuh bayi itu lelah sekali. Harus menyiapkan ini dan itu, keperluan ini dan itu, hal ini dan itu—semuanya harus rinci. Jujur, aku belum pernah yang namanya memandikan bayi. Semenjak anak-anakku lahir dan Aera meninggalkan mereka, aku tidak pernah mengurus mereka. Setiap pagi, aku menaruh mereka di Baby Daycare Centre. Jadi, aku tidak pernah benar-benar mengurus mereka.

Aku mencoba menghubungi Sifra lagi. Ketika panggilanku diangkat, aku langsung menyapanya, “hai . . . Sif—”

Maaf, ini bukan Sifra.”

“Oh, ya? Lantas aku sedang bicara dengan siapa?”

Sahabatnya. Park Jimin.”

Aku tidak tahu mengapa setelah mendengar nama itu, kurasakan darahku mendidih seketika. Jimin? Jadi dia sedang bersama dengan sahabatnya itu? Sahabat lelakinya? Sifra lebih memilih bersama dengan Jimin daripada merawat anakku?

Aku mencoba mengontrol emosiku. “Oh, ya, aku banyak mendengar tentangmu dari Sifra. Jika aku boleh bertanya, dimana Sifra sekarang? Mengapa dia tidak datang ke Busan dan bekerja?”

BABYSITTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang