31: Never

4.7K 386 25
                                    

“One more time, I promise after that, I’ll let you go.”
—Ariana Grande, One Last Time—

-

Sifra Lee

“Jungkook?”

“Hm?” Ia menyandarkan kepalanya pada tubuhku, tepat didadaku. Ia mengecup dadaku dari balik pakaianku dan ia berbisik, “I miss you.

“Jungkook, kita harus berbicara serius.”

Jungkook menggeleng. “Kalau aku tidak mau, bagaimana?” Tanyanya, dan ia mendongak sebentar untuk menatapku, namun langsung kembali pada posisi semula. Aku membelai rambutnya itu dan menunggunya untuk melepaskanku. “Aku tadi bermimpi bahwa kau datang dan kau mengatakan kau ingin kembali bersamaku, and after that, we make love all night long.”

Aku terkekeh. “Begitu?”

Jungkook menghela napas dan akhirnya ia mendongak, namun tangannya masih dipinggangku. Ia bertanya. “Kau melakukan apa bersama Taehyung?”

“Hah?”

“Aku tahu, Sifra.”

Aku membasahi bibirku. Entah dari mana Jungkook bisa tahu, tapi yang jelas, aku takut ia akan marah padaku. “Jungkook—”

“Kalau kau ingin meminta maaf, maka tidak perlu. Bukan salahmu. Kau bebas melakukan apapun, sesuka hatimu—karena memang kita tidak bersama. Hubungan kita sudah berakhir, bukan?”

I had sex with him.

Jungkook menaikkan alisnya. Sedetik kemudian, ia mengangguk. “Iya, sudah kuduga, kok. Tidak apa-apa. Aku sudah bilang, kau bebas melakukan apapun. Kita tidak bersama.”

Serius? Jungkook berubah seperti ini? Kukira ia akan marah dan mungkin mendatangi rumah Taehyung, lalu memukuli laki-laki itu sampai babak belur. Tapi justru yang kudapatkan adalah Jungkook tidak ada masalah dengan fakta bahwa aku tidur bersama Taehyung.

“Kalau aku bersama dengannya, apa kau juga tidak apa-apa?” Tanyaku.

“Kalau kau memilih Taehyung dibanding diriku, jelas aku akan kecewa. Tapi aku bisa apa? Aku tidak bisa memaksakan, Sifra.”

Aku membelai rambutnya dan kutangkup wajahnya dengan kedua tanganku. Aku tersenyum. Lalu, kukecup keningnya sembari mengatakan, “Jungkook, aku tidak mungkin ada di sini kalau aku memilih Taehyung.”

Ia diam sejenak. Mungkin mencoba untuk mencerna kalimatku barusan.

Kubelai rambutnya lagi dan kali ini, kukecup bibirnya. “My heart, it’s yours. It’s always gonna be yours.

“Serius?”

“Iya.”

“Aku tidak memaksamu untuk kembali padaku, Sif. Tapi—aku tidak mau merasa bahwa kau membuangku dan tidak menganggapku ada, layaknya aku tidak penting dalam hidupmu. Aku mencintaimu, Sifra.”

Aku tersenyum dan kucubit pipinya. “Hei, mengapa kau lucu sekali, sih? Tentu tidak, Jungkook. Dari awal aku bertemu denganmu, aku tahu bahwa kau adalah satu-satunya lelaki yang dapat membuatku merasakan nyaman dan aman. Meski sebenarnya, aku agak kurang yakin karena pekerjaanmu itu.”

BABYSITTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang