Oneshoot: Lagi-lagi Junghyun

2.9K 324 29
                                    

Jeon Jungyeon

Kalau sudah mengenal jatuh cinta, semua orang tiba-tiba menjadi bucin. Bahkan idiot. Sama halnya seperti kakakku yang lahirnya berbeda tiga menit dariku—yaitu Kak Jungwoo. Semenjak dia jatuh cinta pada Jung Hana, Kak Jungwoo tidak pernah bermain dengan adik-adiknya lagi. Aku sebal, sekaligus sedih, sih.

Biasanya, Kak Jungwoo bermain dengan aku dan Junghyun saat di sekolah maupun di rumah. Tapi sekarang, Kak Jungwoo lebih banyak menghabiskan waktu bersama Jung Hana di sekolah. Dan saat di rumah, Kak Jungwoo selalu berbicara via telepon bersama Jung Hana.

Menyebalkan sekali Jung Hana. Tapi dia cantik. Bagaimana, dong?

Junghyun menghampiriku dengan membawa sekotak camilan yang dibelinya dengan Mama dan Hanbyul. Dia naik ke atas ranjangku dan menawarkan padaku, “Kak Jungyeon mau? Ambil saja. Tapi jangan banyak-banyak, karena isinya hanya sedikit.”

“Tidak usah.”

“Kak Jungyeon kenapa? Wajahnya suntuk sekali.”

Aku menggelengkan kepalaku. “Tidak apa-apa, kok.” Ujarku. “Di mana Hanbyul?”

“Bersama Mama, mengerjakan tugasnya.” Kata Junghyun, “kak, aku bosan. Kita main, yuk? Main apa, ya? Sembunyi-sembunyi, bagaimana?”

“Tidak, deh.”

“Menonton video, bagaimana?”

“Tidak juga.”

“Menonton video Papa, kak.”

Aku menoleh pada Junghyun, “tidak mau.” Kataku. “Junghyun, kasihan Papa, tahu. Papa sampai sekarang tidak diperbolehkan Mama tidur di kamar. Semuanya karena dirimu yang menonton video Papa. Kenapa, Junghyun?”

“Kenapa semua orang menyalahkan aku? Seharusnya, yang disalahkan itu Kak Jungwoo, Kak Jungyeon, Hanbyul, Mama dan Papa. Kalian yang salah!”

“Kok aku?”

“Kak Jungyeon sibuk bermain Overwatch. Kak Jungwoo pergi dengan Jung Hana. Mama sibuk memasak di dapur. Papa bekerja. Hanbyul mengerjakan tugasnya. Kalian tidak ada yang mau main denganku, makanya aku bosan. Jadi, aku menonton video Papa.”

Harus kuakui, memang aku yang salah. Aku yang tidak mau bermain dengan Junghyun, oleh karena itu, dia jadi menonton video Papa.

Kasihan Papa. Mama marah besar pada Papa, padahal Papa tidak tahu apa pun kejadian di rumah.

Pintu kamarku terbuka. Papa masuk.

Papa tidak bekerja. Papa mengambil cuti selama satu pekan, karena Papa tidak ingin meninggalkan Mama dalam keadaan marah seperti ini.

Papa duduk di ranjang, “kita pergi, yuk? Bermain di taman atau bermain sepeda? Papa tahu kalian bosan. Jadi, ayo kita ke taman.”

“Tidak mau. Di taman ada Kak Jungwoo dan Jung Hana,” jawabku.

“Lho, kenapa? Lebih ramai, lebih enak. Nanti kita bisa bermain bersama dengan Kak Jungwoo dan Jung Hana juga.”

Secara bersamaan, aku dan Junghyun menjawab. “TIDAK.”

Papa menghela napas. “Ya sudah, kalian maunya bermain apa agar kalian tidak bosan lagi? Tapi Papa mohon, jangan menonton video Papa lagi, ya? Nanti Mama semakin marah.”

Junghyun mendecak. “Kenapa tidak boleh, Pa? Aku sudah besar!”

“Boleh menonton video porno, tapi jangan video Papa. Yang lain saja.” Ujar Papa.

“Tapi kan Junghyun tidak kenal siapa pemerannya. Kalau menonton video Papa, aku sudah tahu, oh ini Papa, Papa hebat di ranjang ternyata.”

Papa memukul keningnya sendiri. Kasihan Papa, punya anak idiot seperti Jeon Junghyun. Astaga.

Aku menoleh pada Junghyun, “kenapa kau suka menonton video porno, sih? Apa enaknya?”

“Tidak tahu. Coba kakak tanya Papa. Apa enaknya menjadi bintang porno?”

Sulit. Ini sulit.

Junghyun itu—entah dia idiot atau polos—aku tidak tahu. Pasalnya, dari kami berempat, yaitu Kak Jungwoo, aku, Junghyun dan Hanbyul, hanya Junghyun saja yang masih seperti anak-anak.

Aku bingung, dulu Mama Aera mengidam apa ya saat sedang hamil Junghyun?

Eh tunggu—tapi kan, aku dan Junghyun, juga Kak Jungwoo dihamili secara bersamaan oleh Mama Aera. Aduh, entahlah, aku pusing.

Papa bilang, “bantu Papa, ya? Agar Papa dimaafkan oleh Mama. Papa rindu tidur di kamar. Papa mau peluk Mama. Papa tidak mau tidur di kamar Hanbyul lagi,”

Meski Mama menyuruh Papa tidur di ruang tamu, tapi Papa tidak mendengarkan. Justru Papa tidur di kamar Hanbyul.

“Bantu apa, Pa?” tanyaku.

“Bantu agar Mama mau memaafkan Papa. Video itu sudah lama sekali—bahkan sebelum Papa mengenal Mama.”

“Ya sudah, Papa jelaskan saja pada Mama.” Kata Junghyun.

Aku mengangguk. “Iya, jelaskan saja.”

“Bagaimana mau menjelaskan? Mama saja tidak mau bicara dengan Papa. Setiap Papa mendekat, Mama menghindar.”

“Kalau begitu, Papa tanya Om Jimin saja.” Usul Junghyun. “Om Jimin dan Tante Seolhyun tidak pernah bertengkar.”

Papa menggeleng. “Tidak, deh. Papa tidak mau Om Jimin tahu permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga keluarga Papa.”

“Lantas, Papa akan melakukan apa?”

Saat Papa ingin menjawab, tiba-tiba Mama sudah berteriak. “JUNGYEON, JUNGHYUN, AYO MAKAN SIANG.”

Aku, Papa dan Junghyun keluar untuk menemui Mama di meja makan bersama dengan Hanbyul.

Kami bertiga duduk di kursi, namun Mama bilang, “aku hanya memanggil Jungyeon dan Junghyun.” Kata Mama. “Memangnya aku memanggil Jungkook? Tidak, kan?”

“Sifra, jangan seperti ini di hadapan anak-anak.”

“Ambil makananmu, lalu makan di ruang tamu atau di gudang, atau di mana pun—aku tidak peduli!”

“Sifra—”

“Mama, jangan begitu pada Papa. Kasihan Papa,” ujar Hanbyul. “Sebagai manusia, kita harus saling memaafkan.”

Mama menoleh pada Hanbyul. Papa juga.

Lalu, Papa berkata, “dengarkan apa kata Hanbyul, Sifra. Maafkan aku. Aku bahkan tidak tahu kalau ternyata situs itu masih bisa diakses. Aku akan segera menghubungi pihak agensi itu dan meminta mereka menghapusnya.”

“Ih, Papa, jangan! Kalau dihapus, nanti Junghyun menonton videonya bagaimana?”

“JUNGHYUN!”











































a/n: Sedikit informasi. Para pembacaku, aku ingin meminta tolong pada kalian untuk tidak memakai nama karakter dalam semua ceritaku untuk dijadikan role play, entah di Instagram, Twitter, Wattpad—apa pun platform sosial medianya.

Aku sudah menemukan akunnya, dan jujur, aku tidak suka. Karena apa? Karena mereka membuat akun itu tanpa persetujuan aku, namun mengatasnamakan role play dari ceritaku.

Mohon kerja samanya, guys.

Dan satu lagi, tolong jangan di boom vote ya ceritaku. Serius, aku tidak suka. Maaf kalau aku berkata seperti ini. I just want y'all to understand.

BABYSITTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang