[Kediaman keluarga Jeon Jungkook.
Busan, 12 tahun kemudian]Sifra Jeon
Pukul dua siang, bel rumah berbunyi. Aku segera membuka pintu gerbang, karena aku tahu siapa yang datang. Yap, keempat anakku berdiri di sana. Mereka baru saja turun dari bus sekolah yang mengantar mereka pulang.
Mereka berhambur memelukku. Semuanya—kecuali Jungwoo.
Hanbyul berkata, “mama, tadi, di sekolah, ada pertunjukkan hebat dari guruku. Ibu guru ternyata bisa melakukan sulap, Ma! Hebat, bukan?”
Hanbyul masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, sedangkan kakak-kakaknya telah memasuki jenjang tahun kedua di sekolah menengah atas. Tak terasa, waktu berjalan begitu cepat, sehingga aku tidak sadar bahwa usiaku hampir mendekati 40 tahun.
Kini, giliran Junghyun yang bercerita. “Di sekolahku, akan ada penginapan bersama. Ya, seperti berjalan-jalan ke Gunung Hallasan dan menginap di villa yang tersedia di sana. Iya, kan, Kak Jungyeon?”
Jungyeon mengangguk. Sementara Jungwoo hanya menyilangkan tangan di dadanya, lalu ia bilang, “kalian masih mau bicara di luar? Ya sudah. Kalau begitu, aku masuk ke dalam terlebih dahulu.”
Aku bingung. Kenapa Jungwoo bersikap dingin seperti itu, ya? Tidak biasanya.
Aku bertanya pada Junghyun dan Jungyeon mengenai apa yang terjadi pada si kakak tertua dari kembar tiga. Mereka satu sekolah dan satu kelas, jadi pasti mereka tahu apa yang terjadi.
Sebelum itu, aku membawa mereka semua masuk ke dalam rumah, lalu aku mengunci pintu gerbang.
Anak-anakku segera membersihkan tubuh mereka, lalu mengganti pakaian mereka. Setelahnya, mereka makan—karena memang katanya, mereka tidak sempat makan siang. Uang jajan mereka utuh, dan mereka menyimpannya untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Well, anak-anakku memang memiliki sifat yang bagus—yang patut dicontoh. Mulai dari Jungwoo, Jungyeon dan Junghyun, semuanya begitu. Makanya, Hanbyul juga ikut mencontoh perilaku baik dari kakaknya.
Seusai makan, aku mengajak anak-anakku untuk membuat pekerjaan rumah mereka hingga selesai. Tapi, Jungwoo bilang, dia akan mengerjakan tugasnya sendiri di kamarnya. Dia tidak mau bergabung denganku dan adik-adiknya.
Karena penasaran, aku bertanya lagi pada Jungyeon dan Junghyun, “apakah kalian tahu apa yang terjadi pada Kak Jungwoo?” aku membiasakan anak-anakku untuk memanggil sopan kepada yang lebih tua. “Sepertinya, suasana hatinya buruk sekali.”
Junghyun mengangguk. “Iya. Dia habis ditolak cinta, Ma.”
“Hah?”
Jungyeon menimpali. “Mama tidak tahu memangnya?” aku menggeleng. “Jadi, Kak Jungwoo itu suka pada seorang perempuan di sekolah. Kelasnya berbeda dariku, Kak Jungwoo dan Junghyun. Namanya Jung Hana. Dia ada di kelas 2-1. Entah sejak kapan Kak Jungwoo menyukainya, tapi tadi, di kantin, Kak Jungwoo meminta Hana untuk menjadi kekasihnya, dan Hana menolak. Dan, itu berakibat dengan sikap Kak Jungwoo yang dingin seperti sekarang.”
Ah, ternyata begitu.
Diam-diam, anakku sudah mulai merasakan jatuh cinta rupanya. Tentu saja. Usia mereka terbilang cukup dewasa. Enam belas tahun. Percintaan masa remaja itu hal biasa. Tapi, aku tidak tahu bahwa ditolak cinta bisa berakibat seperti itu untuk Jungwoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABYSITTER
Fiksi PenggemarMenjadi babysitter bukanlah hal yang mudah. Terlebih lagi menjadi babysitter untuk tiga bayi kembar milik pria tampan seperti Jeon Jungkook. It was all fun, until one of them started to fall in love. STARTED: June 24th, 2019. FINISHED: September 26t...