Oneshoot: Pulang Bersama

3K 282 26
                                    

Jeon Jungwoo

Hari ini ada rapat orang tua di sekolahku. Seharusnya yang datang itu Mama. Tapi karena Mama sedang sakit, jadi Mama harus banyak istirahat.

Papa yang datang ke sekolah.

Sebetulnya, aku benci sekali kalau Papa datang ke sekolah. Mau tahu kenapa? Karena Papa akan menjadi incaran semua guru wanita di sekolahku. Termasuk para ibu teman-temanku. Papaku memang tampan, aku tahu itu. Tapi kan Papa sudah menikah. Harusnya mereka sadar diri.

Yoo Handa, ibu dari Yoo Jaemin—teman satu kelasku—mendekati Papa dan berdiri di sebelahnya. “Ah, sudah lama sekali, ya, kita tidak bertemu, Papa Jeon. Bagaimana keadaanmu?”

Aku menoleh kepada dua saudara kembarku, yaitu Jungyeon dan Junghyun. Secara bersamaan, kami bertiga memutar bola mata kami. Menyebalkan. Aku tidak suka kalau Papa digoda ibu-ibu lainnya.

“Saya baik-baik saja, ibu Yoo Jaemin.”

“Ah, jangan begitu. Panggil saja Yoo Handa-ssi.”

“Oh, baiklah, Yoo Handa-ssi.”

Mereka pun berbincang selagi menunggu rapat orang tua dimulai. Papa terlalu asyik mengobrol dengan ibunya Yoo Jaemin. Lalu, para ibu-ibu lainnya ikut menghampiri dan mengobrol bersama. Astaga. Papaku tidak akan bisa keluar dari sana kalau seperti ini.

Jungyeon mendecak, “kenapa kita harus punya Papa tampan seperti Papa, ya, Kak Jungwoo?” tanyanya.

“Aku juga bingung.” Jawabku.

Junghyun menimpali, “ya sudah, kita pukul saja wajah Papa. Nanti Papa berubah jadi jelek. Bagaimana, kak?”

“Ahah, aku—” aku mengusap tengkukku. “Untuk ide yang satu itu, aku tidak setuju.” Kataku. “Seharusnya, Mama yang datang ke rapat orang tua.”

“Tapi Mama sedang sakit.” Kata Jungyeon.

“Siapa suruh Mama sakit?” Junghyun lagi-lagi menimpali.

Dari kami bertiga, kuakui bahwa Junghyun itu yang paling idiot. Bukan maksudku ingin berkata kasar, tapi segala sesuatu yang dikatakannya itu benar-benar bodoh.

Aku menghela napas. “Kasihan Papa, tidak bisa keluar dari kandang macan.”

“Iya. Aku yakin, kak, pasti Papa bosan menimpali ucapan ibu-ibu menyebalkan itu.”

Aku dan Jungyeon menoleh pada Junghyun. Pasti dia akan menimpali lagi.

“Kata siapa Papa bosan? Lihat, wajah Papa gembira! Itu berarti, Papa suka berada bersama banyak wanita. Ah, aku harus foto. Lalu, aku kasih tahu Mama.”

“JANGAN!” bersama dengan Jungyeon, aku teriak.

Junghyun menaikkan alisnya. “Kenapa? Mama harus tahu bahwa Papa sudah punya teman baru, yaitu ibu-ibu di sekolah. Itu bagus, bukan?”

“Jangan, Junghyun. Nanti Papa dan Mama bertengkar.”

“Kenapa harus bertengkar? Kan Papa hanya berbincang dengan mereka saja.”

Jungyeon menggelengkan kepalanya dan berbisik padaku. “Sudahlah, kak, aku lelah menimpali ucapan Junghyun.” Katanya. “Biarkan saja dia mau berkata apa, aku tidak peduli.”

“Oke.”

“Kak Jungwoo—itu Jung Hana!” seru Junghyun tiba-tiba.

Aku terkejut, namun aku menoleh dan mencari di mana Jung Hana. Tahunya, dia sedang berjalan di koridor dengan membawa banyak buku.

BABYSITTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang