•◉ EPISODE 7 ◉•

117 20 1
                                    

Akhirnya karena perkelahian tadi aku jadi terkena hukuman bersama Jaesung. Kami diharuskan membersihkan aula hanya berdua saja sepulang sekolah! Bayangkan saja, aula sebesar itu! Ingin marah tapi aku tidak bisa marah pada guru bernama Mark tersebut. Ingin marah pada Jaesung tapi kalau begitu bisa-bisa hukuman kami akan ditambahkan. Oh sungguh mengesalkan sekali. Selebriti sepertiku harus membersihkan aula sekolah!?

"Hei, cepatlah bersihkan jendela itu! Lama sekali kau bekerja..." ujar Jaesung yang baru saja selesai mengepel lantai.

"Ini semua karenamu bodoh, kita jadi di hukum seperti ini," jawabku ketus.

"Karenaku katamu? Bukankah kau yang lebih dulu memukulku? Dasar bocah nakal bisanya main fisik saja."

Aku mendengus kesal mendengar kalimatnya tersebut. Bocah nakal? Bukankah seharusnya kata-kata itu aku yang mengucapkannya untuk dia?

Kuletakkan kain lap yang kugenggam di salah satu sisi lantai. Aku menatap Jaesung kesal. Ia balas menatapku dengan kebingungan. Bisa-bisanya dia menyalahkanku setelah dia yang pertama kali mem-bully-ku dan mempermalukanku? Belum pernah ada yang melakukan kedua hal tersebut padaku sebelum dia.

"Apa?" tanyanya seakan menantangku untuk melakukan pertengkaran lagi. Tapi aku tau jika aku memulai lagi kami benar-benar tak akan bisa pulang malam ini.

"Kau tau? Sebenarnya yang kulakukan tadi belum seberapa. Aku berharap bisa memukulmu lebih banyak lagi berkali-kali. Sampai hidungmu meneteskan darah," jawabku kesal.

Aku pun terduduk di salah satu sisi aula tersebut. Lebih baik aku beristirahat sebentar sebelum beranjak pulang. Kuharap Jaesung tidak banyak bicara tentang hal-hal yang menyebalkan.

"Apakah aku membuatmu sekesal itu? Aku heran kenapa kau memukulku lebih dulu. Padahal seharusnya jelas-jelas aku yang memukul wajahmu dengan sangat kuat," ujar Jaesung. Ia meletakkan kain pelnya di salah satu sisi ruangan.

"Apa masalahmu dengan Arven sebenarnya?" tanyaku heran sambil memperhatikan Jaesung yang kembali berjalan menghampiriku.

"Kau berbicara seakan-akan kau bukan Arven. Aku kesal sekali mendengarnya. Kau masih bermimpi aneh itu? Mungkin mimpi itu membuatmu stress?"

Jaesung mulai mengambil tempat di hadapanku. Ia terduduk di lantai sambil memperhatikanku dengan heran. Kenapa anak ini tidak langsung pulang saja? Apa setelah bertengkar ia mau berbincang-bincang bersamaku soal mimpi?

"Astral projection? Berhenti membicarakan hal tersebut. Memangnya jika aku bilang tubuhku tertukar kau akan percaya?"

Aku mengalihkan pandanganku ke arah lain. Kesal sekali melihatnya duduk di depan sana sambil menatapku seakan kami adalah teman lama. Padahal dia sama sekali tidak mengenali diriku yang sebenarnya. Aku kesal sekali dengan Jaesung ini.

"Memangnya kalau tubuhmu tertukar, kau jadi siapa sekarang Arven?" tanya Jaesung sambil tertawa mengejek. Sudah kubilang dia tak akan percaya.

"Aku bilang tubuhku tertukar saja kau sudah tidak percaya, Jae. Bagaimana aku bisa bercerita tentang siapa diriku sebenarnya? Dan aku bukan gila, bodoh."

Aku kembali mengarahkan tatapanku padanya karena mendengar tawa mengejeknya yang mengesalkan.

"Cukup beritahu saja, maka setelah itu aku akan memberitahukan kesalahan Arven padamu? Membuatmu berhenti berpura-pura tidak bersalah?" ujarnya dengan nada mengejek.

"Sungguh saat ini aku harus benar-benar sabar dalam menghadapimu."

"Kurasa, seharusnya aku yang mengatakan hal itu selama kau masih ada di dalam hidupku."

"Oh lupakan saja... Kau tau Richie Bang? Dia lah yang saat ini berada di hadapanmu berbicara padamu mengenai Arven temanmu yang menyebalkan."

Tiba-tiba saja Jaesung tertawa keras sekali. Ia menunjuk-nunjukku atau sesekali bertepuk tangan karena menurutnya kalimat yang barusan kuucapkan sangatlah lucu. Oh biar aku tebak isi pikirannya, 'Orang sepertimu disama-samakan dengan Richie Bang.'

SWITCH SOUL ft.StraykidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang