Hari-hari berikutnya Yura bersekolah diantarkan oleh Ibunya, dia memasuki ruangan kelasnya seperti biasa dan dia mulai terbiasa dengan Sekolahnya itu. Tidak lama satu persatu muridpun silih berdatangan, pada jam 07:00 WIB bel jam pertama dimulai, dan jam pertama itu adalah pelajaran Matematika
Awalnya Yura tidak terlalu gugup saat guru Matematika yang super killer itu menjelaskan, tapi saat mengerjakan soal otak Yura serasa ingin pecah.
Dia sangat kesulitan dengan pelajaran itu dan lama-kelamaan pelajaran yang mengerikan bagi Yura itupun berakhir, digantikan oleh pelajaran-pelajaran yang lain hingga waktu istirahat tiba.
Saat istirahat Janne di ganggui terus oleh Hidar hingga membuat Janne jengkel dan memarahi Hidar serta berdebat dengan Hidar di bangku belakang.
"Ra, lo liat pulpen gue dimana gak?". Ucap Janne sambil mencari cari barang dengan melihat kolong mejanya
"itu pulpen kan?". Yura menunjuk salah satu pulpen yang ada di meja Janne
"bukan ini, satunya lagi yang diatasnya ada unicorn-nya"
"nggak tau tuh. Tadi ada di meja kamu kok"
"masa?". Ucapnya dengan wajah yang mencoba mengingat-ingat dimana pulpennya.
"ini pulpen siapa sih ada kuda poninya gini, kaya pulpen anak kecil aja!" teriak Hidar dari bangku belakang.
Ucapan itu sukses membuat Janne terbelalak dan menoleh ke bangku belakang, dia melihat pulpen kuda poninya ada ditangan Hidar, sambil memandang Hidar dengan tatapan mematikannya.
"woy! Lo kapan ngambilnya sih?!". Geram Janne, dia tidak tau kapan Hidar mengambil pulpennya. Dia langsung berjalan ke arah Hidar untuk mengambil pulpen kuda poninya "siniin gak Dar?". Ucap Janne yang sudah naik pitam.
"enggak". Ucap Hidar dengan wajah konyolnya yang membuat Janne semakin naik pitam.
"siniin Dar! Lo tuh nyebelin banget sih jadi orang. Siniin gak?!". Janne sudah sangat emosi
"enggak. Kalo lo bisa ambil sendiri". Ucap Hidar yang berdiri sambil jinjit supaya Janne tidak bisa mengambil pulpen itu. Sebenarnya Hidar tidak berjinjit pun Janne tidak bisa mengambilnya.
"ihh lo mah nyebelin. Pak Fer, bantuin gue lah. Lo kan tinggi ya? Ayo lah bantuin cewek cantik yang teraniyaya ini. Biar nanti dapet pahala". Ucap Janne pada Feri.
Kenapa dia memanggilnya 'Pak Fer'? karena Feri itu anaknya tinggi banget dan ketua kelas lagi. Jadi Yura dan Janne memanggilnya dengan sebutan 'Pak Fer'
"ogah. Lo ambil aja sendiri". Ucap Feri
"ihhh au ah semua pada tega ama gua. Serah lu". Rajuk Janne "tapi Dar. Penghapus lo masih ada di gua loh". Ucap Janne sambil tersenyum smirk
"hahaha bodo-. Eh tunggu apa kata lo? Penghapus gue? Kapan lo ngambilnya woy?". Sekarang ganti Hidar yang sewot
"waktu hari pertama Yura ngilang hari itu, gue kan langsung balik ke tempat duduk gue waktu Pak Ugik dateng". Ucap Janne dengan sombong nya
"masa sih?". Tanyanya karena tak percaya sambil mengingat-ingat kejadian itu "ah, lo pasti boong. Ngada-ngada kan lo?". Ucap Hidar menyergah ucapan Janne
"gak percaya? Nih apa?". Ucap Janne dengan menunjukkan satu penghapus yang dia pegang sambil menaik turunkan alisnya
"eh bener. Gue bego banget ya gak sadar kalau penghapus gue selama seminggu ilang?". Ucap Hidar yang masih dongo
"ya emang dari sono nya tuh lo bego wahahaha". Tawa Janne pecah
"sini balikin Janne!". Sekarang Hidat yang mencak-mencak tidak jelas karena penghapusnya ada di tangan Janne, dan bodohnya lagi dia tidak menyadarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someday (Suatu Hari Nanti)
Teen FictionBanyak yang sudah terjadi. Rasa kehilangan, kekecewaan, air mata, kepergian, pertentangan keluarga, hadirnya cinta segitiga. Kita sudah melewatinya sampai sejauh ini. Apakah kebahagiaan akan datang, suatu hari nanti?