Yura sedang sibuk men-scroll layar ponselnya, mengalihkan kebosanannya menunggu Yusra pulang kerja.
Yura sudah melakukan semua pekerjaan rumah nya, menyapu, mengepel, melipat baju, memasak. Lalu dia bosan menunggu.
Yura sedikit menggumam. "Pengen martabak manis deh" gumamnya.
"Tapi nanti kalau nggak jadi lagi gimana?" Yura bergidik. Mengingat beberapa percobaan martabak manisnya yang gagal dari yang sudah-sudah.
Yura bimbang, buat atau tidak. Kalau buat nanti gak berhasil lagi bagaimana? Kalaupun tidak buat Yura menginginkannya. Lagipula dia tidak ingin beli martabak manis, inginnya buat sendiri.
Ahh Yura bimbang! Sudah lah, dia buat saja. Masalah jadi atau tidak urusan belakangan, kalau tidak jadi pun. Dia akan memakannya sendiri.
Yura langsung ngacir pergi ke dapur, melakukan kegiatan memasaknya. Menyampur tepung, gula, ragi instan, dan air.
Yura mencoba tidak mengulangi kesalahan yang sebelumnya, apa bahan yang harus di kurangi dan apa bahan yang harus di tambah.
******
"Assalamu'alaikum, dek" Yusra membuka pintu rumahnya. Sebenarnya bukan rumah Yusra juga, Yusra menyewanya karena permintaan Yura yang ingin mereka hidup sendiri tanpa merepoti salah satu dari orang tua mereka.
Yusra tidak mendapat jawaban, biasanya Yura sudah duduk di ruang tengah dan langsung menghampirinya. Dimana istri nya sekarang?
Yusra melangkahkan kakinya semakin masuk ke dalam rumah, mencari dimana keberadaan istrinya. Ternyata istrinya sedang sibuk di dapur, tapi... Tidak biasanya Yura masih memasak sore-sore begini.
Saat ingin memanggil Yura, tiba-tiba sebuah ide licik menghampiri otaknya. Yusra tersenyum miring, dan segera memeluk Yura dari belakang.
Yura yang terkejut karena merasa seseorang memeluknya menjadi gugup. "M-mas Yus?"
"Hmm." Jawabnya dengan kepala yang di selipkan di sela leher jenjang Yura. Membuat bulu kuduk Yura meremang.
Yura menelan ludahnya dengan susah payah "Ngapain kamu?" Bukan tanpa alasan Yura bertanya seperti ini, dia masih gugup. Bahkan sekarang debaran jantungnya tidak bisa dia kontrol. Padahal sudah sebulan dia menjadi istri Yusra, tapi tetap saja dia malu seperti ini.
"Emang meluk istri sendiri harus ada alasannya ya?" Ucapnya. Hembusan nafas Yusra yang mengenai kulit lehernya membuatnya semakin geli.
"Lepas ih"
"Nggak."
"Aku geli, mas"
"Biarin." Yura mendesis malas. "Kamu buat apa sih?" Tanya Yusra melihat Yura mengaduk adonan di tangannya.
"Bikin martabak manis"
"Emang bisa?" Tanya Yusra meragukan.
"Masih belajar! Nanti kalo gak jadi kamu jangan ikut makan!"
"Lho kok gitu? Kan masakan istri aku sendiri"
"Ya jangan Mas Yus, nanti gak enak!"
"Ya kalo takut gagal kenapa gak beli aja? Kan udah terjamin kalau jadi"
"Aku pengennya buat sendiri"
"Kayak orang ngidam aja!"
"Biarin ih"
Yura menutupnya adonannya. "Udah lepas"
"Itu udah jadi? Mana ku makan" Yusra yang sudah semangat ingin meraih baskom adonan Yura.
![](https://img.wattpad.com/cover/190780450-288-k558025.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Someday (Suatu Hari Nanti)
Teen FictionBanyak yang sudah terjadi. Rasa kehilangan, kekecewaan, air mata, kepergian, pertentangan keluarga, hadirnya cinta segitiga. Kita sudah melewatinya sampai sejauh ini. Apakah kebahagiaan akan datang, suatu hari nanti?