Yura berangkat sekolah diantar oleh ibunya, dia memasuki sekolah dengan langkah yang sangat yakin, dia berjalan menyusuri koridor untuk menuju kekelasnya. saat sudah sampai didepan kelas Yura memasuki ruang kelas yang masih sepi "Assalamu'alaium". Sapa Yura saat memasuki ruang kelasnya
"wa'alaikumussalam". Jawab seorang anak didalam kelas Yura
Yura kembali pada sikap cuek dan dinginnya dan murid-murid yang lain bisa merasakannya, merasakan perbedaan Yura hari ini dengan Yura yang berhari-hari lalu.
Yura yang selama beberapa hari lalu selalu menyunggingkan senyumnya, kini kembali pada raut wajah temboknya yang tanpa ekspresi itu.
Selang beberapa menit, Janne datang dan duduk disebelah Yura. Janne sudah merasa ada yang aneh dengan Yura, karena hari ini raut muka temboknya kembali lagi.
Hingga pelajaran pertama sudah dimulai Yura masih diam, tidak mengatakan satu katapun. Yura masih ingat betul semuanya dia melalui pelajaran demi pelajaran yang sangat dia sukai, sampai waktu istirahat tiba.
"hai Ra.... gimana udah gak pusing lagi?". Tanya Yusra
"udah enggak lo tenang aja". Yusra mengerjap beberapa kali. Heran dengan sikap Yura yang dingin lagi, begitupun Janne yang dari tadi tidak bebicara dengan Yura juga heran.
"Yura..?". Yusra mencoba bicara lagi pada Yura
"apa an sih !?". Yura sudah mulai sebal lagi
"kamu kok berubah lagi ?"
"kenapa ? bukannya dari dulu gue juga kaya' gini, kenapa baru herannya sekarang ?!". Yura berdiri dan ingin beranjak dari tempat duduknya.
Tapi, ada seseorang yang menahan pergelangan tangannya dan menariknya untuk keluar dari kelas, siapa lagi kalau bukan Yusra.
Yura terus mencoba menarik pergelangan tangannya dari Yusra supaya dia melepaskannya, tapi tidak.
Tenaga Yusra lebih kuat darinya, sangat sulit untuk melepaskan tangannya dari genggaman Yusra, sampai saat sudah berada diluar kelas Yusra mau melepaskan tangan Yura."kamu kenapa ?". tanya Yusra yang juga sudah agak kesal dari tadi, tapi dia menahannya
"aku kenapa? Ada yang salah?"
"kamu kenapa kasar lagi ?"
"bukannya aku dari dulu juga kaya' gini?"
"apa jangan-jangan ingatan kamu udah balik?"
Kedua sudut bibir Yura terangkat membuat senyum di wajahnya dan dia menganggukkan kepala "iya"
Yusra menghela nafas lega sambil memutar bola matanya dan tersenyum "kenapa kamu nggak bilang? Hah?! Jawab kenapa?"
Yura melipat kedua tangannya didepan dada "sengaja bikin kejutan, dengan tiba-tiba seorang Yura yang lembut bisa jadi Yura yang kasar lagi"
"harusnya kamu bilang dulu ke aku, biar aku gak terkejut gini"
"hehehe.... kan emang tujuannya buat semua terkejut, ya udah lah masuk lagi yuk". Ajak Yura
"iya ayo"
Saat memasuki ruang kelas Yura mendengar keributan diruang kelas sebelah, Yura pun segera berlari ke kelas tersebut dia ingin tau keributan apa yang terjadi dan ternyata Saril yang berkelahi dengan seorang siswa.
Saat melihat Saril dengan penuh luka memar diwajahnya dan darah diujung bibirnya, entah mengapa Yura merasakan dorongan untuk melerai keduanya.
"SARIL...?!?!?!". Yura berlari menahan tangan Saril yang akan melayangkan pukulan untuk siswa yang berkelahi dengannya "udah, lo ngapain? Berhenti Ril.". ucap Yura sambil menahan tangan Saril
KAMU SEDANG MEMBACA
Someday (Suatu Hari Nanti)
Teen FictionBanyak yang sudah terjadi. Rasa kehilangan, kekecewaan, air mata, kepergian, pertentangan keluarga, hadirnya cinta segitiga. Kita sudah melewatinya sampai sejauh ini. Apakah kebahagiaan akan datang, suatu hari nanti?