Yura memasuki gerbang sekolah yang sudah enam bulan terakhir ini tidak dia pijak. Mau bagaimana lagi kan? Masa PKL lima bulan, lalu ujian dan liburannya sudah hampir satu bulan.
Tentu masuk sekolahnya ini sangat-sangat di nantikannya. Bertemu Janne, dan Yusra.
Masuk di kelas baru sebagai anak tertua sekolahan, karena sudah di bangku kelas 12. Yura duduk dengan tenang di tempat duduk terbaru nya.
Tiba-tiba Vita datang di susul Janne di belakangnya. Tempat duduk nya juga tetap, di depan Yura dan Janne.
"Huhh akhirnya naik kelas 12 juga. Gak kerasa udah tahun terakhir kita disini" ujarnya.
"Masih lama, Vi. Masih sepuluh bulan lagi" balas Janne
"Iyaa. Gue tau. Eh, btw adek-adek kelas ada cogannya gak ya?" Tanya nya pada diri sendiri dengan gelagat orang berfikir serius "Ahh gue keluar dulu, liatin adek kelas. Siapa tau ada yang ganteng kan" detik berikutnya Viya sudah hilang dari depan Yura dan Janne.
"Dasar.. gak pernah berubah, dari dulu cari cowok belom ada yang cocok bae tuh anak!" Ucap Janne sambil geleng-geleng kepala.
Sementara Yura masih diam dan tertawa kecil.
Beberapa saat setelahnya Yura merasakan seseorang mengacak-acak rambut nya. Saat dia menoleh ke belakang, Yusra duduk manis di sana dengan tersenyum lembut.
Yura membelalakkan matanya "Yusra!"
Yusra membalasnya dengan senyuman. Tapi Yura masih mengerjapkan matanya beberapa kali. "Kamu duduk di sini?" Lagi di balas anggukan oleh Yusra.
"Ta--"
"Assalamu'alaikum, anak-anak" baru saja Yura ingin menyerca beberapa pertanyaan. Bu Yun sudah masuk kelas mereka. Mau tidak mau Yura harus mengurungkan niatnya tadi.
Serempak semua murid menjawab salam Bu Yun.
"Selamat, kalian sudah naik ke kelas 12. Perjuangan kalian belum selesai, masih banyak yang harus kalian selesaikan dan kalian lakukan kedepannya."
"Saya selaku wali kelas kalian selama dua tahun ini sangat senang mendampingi kalian, kalian adalah kelas terbaik yang pernah saya dampingi"
"Tapi, untuk sekarang. Saya bukan lagi wali kelas kalian" ucapan Bu Yun membuat seluruh kelas kecewa. Suasana tiba-tiba berubah menjadi melankolis seketika
"Bu, tidak bisa kah tahun terakhir ini tetap Bu Yun saja?" Tanya salah satu dari mereka.
"Iya Bu, tahun terakhir ini saja bu"
"Bu Yun itu wali kelas terbaik kami, tidak usah di ganti Bu"
"Andai saja kewenangannya seperti itu anak-anak" ucap Bu Yun dengan penuh pengertian "Lagipula saya masih mengajar kalian di kelas 12 ini, jadi jangan khawatir. Kita masih bertemu"
******
Janne, Viya dan Yura duduk di kursi kantin. Yura dan Janne sudah melahap makanan mereka masingmasing, tapi Viya masih mengedarkan pandangannya ke sekeliling kantin.
Brakk..
Gubrakan meja dari Viya membuat Janne dan Yura yang sedang enak-enak nya makan harus terlonjak kaget.
Saking kesalnya Janne, dia menoyor kepala Viya. "Orang temennya makan maen gubrak-gubrak meja aja lo! Untung gue gak keselek anjir!!" Maki Janne kesal.
"Sorry, lagian gue tuh kayak eneg liat adek kelas cewek yang sekarang! Masih adek kelas dandan nya udah ngelebihin kakak kelasnya!!" Sinis Viya sambil mengaduk mangkuk nya yang berisi bakso.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someday (Suatu Hari Nanti)
Novela JuvenilBanyak yang sudah terjadi. Rasa kehilangan, kekecewaan, air mata, kepergian, pertentangan keluarga, hadirnya cinta segitiga. Kita sudah melewatinya sampai sejauh ini. Apakah kebahagiaan akan datang, suatu hari nanti?