Bagian 29 (Terulang?)

19 6 9
                                    

"Sraaa.... Ajarin gue dong main Mobile Legend" Vani berteriak pada Yusra yang sedang bermain game di ponselnya.

"jangan suruh ajarin gue, gue tuh kalah terus. Hidar tuh jago"

"gak mau gue, pokonya lo aja Sra" ucap Vani yang sekarang sudah ada di samping Yusra "nah nah udah selesai kan lo? Sini, ajarin gue" Vani langsung merebut ponsel Yusra dan meminta diajari memainkan permainan itu.

"yaelah, lo mah. Main ambil-ambil aja HP orang"

"siapa nih musuh gue?"

"Hidar tuh" ucap Yusra

"oohhh lo Dar? Ah gampang gue makan habis lo"

Vani pun bermain dengan HP Yusra serta dipandu Yusra yang ada disamping kanan nya dan Janne yang melihat di samping kirinya. Yura? Dia masih diam duduk di kursinya. Sebenarnya, Yura sedikit sesak melihat Yusra mengajari Vani. Ya tapi sudahlah, tak kan apa.

"ah anjay... kalah gue" ucap Hidar

"wah wah waaaahhhh gue menang Sraaaa wuuuuhhhhh" sekarang Vani berteriak bangga

Hidar pun terlihat kecewa dengan kekalahannya. Sampai dia melihat Janne yang hanya melihat Vani "Janne mau diajarin main?" tawar Hidar

Janne pun mengangguk dan duduk disebelah Hidar, sedangkan Yura tertohok sendiri. Bukan karena sekarang dia hanya seorang diri ditinggalkan Vani dan Janne bermain.

Tapi sikap Yusra, tidak terpikirkah dia perasaan Yura sekarang? Bahkan Hidar pun menawari Janne yang hanya diam saja.

Yusra? Dia mengajari Vani? Sebenarnya senyum Yura sudah hilang saat ini. Tapi dia masih tersenyum dengan senyum palsunya. Sesak di dadanya.

Lama kelamaan Yura tidak kuat untuk tersenyum, sampai akhirnya dia memilih untuk menelungkupkan kepalanya diantara lipatan tangannya di atas meja. Memejamkan matanya berharap dia akan tertidur.

Tapi tidak. Yura justru terfikir kalimat Yura di pantai waktu itu

"sahabat setengah dari kehidupanku, aku mencintai kehidupanku, setengah dari kehidupanku adalah perasaan hati, perasaan hati adalah yang aku cintai, yang aku cintai adalah kehidupanku, dan kehidupanku adalah sahabatku. Artinya aku mencintai sahabatku"

Ucapan Yusra itu terngiang di kepala Yura membuat gadis itu serasa muak sendiri, ditambah suara Vani yang sangat senang bermain dengan ponsel Yusra.

Ingin sekali pada saat itu saja Yura menulikan telinganya, agar tidak mendengar apapun yang bisa menyesakkan hatinya. Tangan Yura mengepal sangat kuat menahan sesak yang dirasakkanya.

"Apa ini Yus, yang kamu sebut sayang? Apa ini yang kamu sebut cinta? Kenapa kamu gak bisa rasain apa yang sekarang aku rasain?" batin Yura dalam hati.

Dia terus berdo'a agar air matanya tidak jatuh untuk sekarang, tapi dia terlalu lemah untuk menahan air mata ini. Akhirnya pun air matanya menetes, isakan tangis dia tahan sekuat tenaga agar tiada orang yang mendengar. Sungguh ini sangat menyiksa dan menyakitkan.

Menahan isakan tangis di rumahnya mungkin sudah sering dia lakukan, tapi didalam kelas seperti ini? Yang dihuni penuh dengan semua temannya, sungguh lebih sangat menyiksanya.

Yura terus menutup matanya meski air mata terus mengalir, sampai akhirnya Janne duduk disebelah Yura.

"Ra, gua habis di ajarin nge-game sama Hidar" ucap Janne, yang membuat Yura sebisa mungkin menahan air matanya, agar tidak keluar lagi.

"hmm"

"lo tidur gak sih Ra?"

"hmm"

"lo gak minta Yusra ngajarin lo?"

Someday (Suatu Hari Nanti)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang