Bagian 14 (Yusra yang Sekarang)

37 8 6
                                    

Cukup aku merasakan kehilanganmu saat kau Amnesia. Sekarang, aku tak ingin lagi merasakan kehilanganmu apalagi benar-benar kehilanganmu. Karena sungguh aku tak akan mampu.

_Yusra Satria N_

Beberapa bulan telah berlalu, semua murid sudah menjalani Ujian Tengah Semester Genap dan tinggal menunggu pembagian rapor hasil Ujian yang telah mereka jalani. Tidak berbeda jauh dengan para murid yang lain Yura menunggu hasil Ujian yang sudah dia usahakan semaksimal mungkin.

Tentunya setelah beberapa bulan banyak yang berubah, seperti Janne dan Dilan yang tidak seakrab dulu karena Janne sudah mempunyai kekasih untuk sekarang ini.

Hari ini adalah hari yang sangat Yura khawatirkan, karena besok adalah hari dimana Ayah Yura akan kembali ke Pulau Kalimantan lagi setelah dua minggu menghabiskan waktu dirumah bersama keluarga tercinta. 

Yura selalu bingung akan hal itu, karena dia bingung harus bagaimana. Memang ini bukan pertama kalinya dia melepas Ayahnya untuk kembali bekerja diluar Provinsi, tapi entah mengapa yang kali ini Yura merasa sangat lemah.

Dia sudah mencoba untuk menghubungi Yusra untuk menceritakan apa yang mengganggu hatinya malam ini, sekaligus untuk menemani Yura agar dia bisa tidur sedikit lebih larut, supaya besok Yura bisa bangun sedikit lebih siang dari rutinitasnya dan tidak melihat atau mendengar Ayahnya berangkat.

Yura mengirimkan banyak pesan untuk Yusra. Tapi, belum ada satu balasanpun yang dia terima, bahkan laporan pesan terbaca juga belum ada.

"yusra kemana sih?". Batin Yura

"apa Handphone-nya rusak lagi? Atau dia gak punya kuota? Aahhh dimana sih kamu Yusra?". Pertanyaan itu terus berputar dikepala Yura dan semakin membuatnya bingung. 

Akhirnya dia memutuskan untuk menonton youtube saja. Tapi setelah lama Yura menonton dia tidak mengantuk sama sekali, hingga akhirnya dia putuskan untuk memaksakan matanya untuk tertidur. 

******

Yura kira dia akan bangun lebih siang, karena dia tidur lebih malam dari jam tidurnya, ternyata tidak Yura malah bangun lebih pagi dari kebiasaannya.

Yura tidak keluar dari kamarnya meski dia sudah bangun, karena dia tidak mau melihat Ayahnya pergi, dia tetap berada didalam kamar dan memejamkan matanya seolah-olah bahwa dia sedang tertidur, tapi dia bisa mendengar semuanya. 

Dia bisa mendengar bahwa mobil travel yang menjemput Ayahnya datang, Ayahnya naik kedalam mobil itu, dan mobil itupun melaju meninggalkan rumah Yura, serta perlahan-lahan suara mobil itu lenyap karena jaraknya yang semakin menjauh.

Yura hanya bisa memejamkan matanya dan menutupi wajahnya dengan selimut, dan perlahan air mata keluar dari matanya, suara tangisnya sebisa mungkin dia tahan supaya tidak ada orang yang mendengarnya. 

Yura memang seperti itu, dia tidak mau memperlihatkan kelemahannya kepada semua orang. Tidak lama setelah itu adzan Shubuh berkumandang, Yura menghentikan tangisnya dan mengerjakan Sholat Shubuh.

Mentari telah menyambut pagi dengan indahnya, Yura berangkat sekolah diantar oleh Ibunya seperti biasa, dia masuk ke kelasnya seperti biasa. 

Tapi Yusra tidak datang bersama dengan Hidar, saat Yura ingin bertanya pada Hidar tiba-tiba Yusra datang dan tersenyum pada Yura, lalu duduk di tempat duduknya.

Semua berjalan seperti biasa hingga waktu pulang sekolah tiba, dan semua siswa-siswi keluar dari kelas masing-masing untuk pulang ke rumah. 

Saat akan turun dari tangga Yusra berhenti dan kebetulan Yura ada dibelakang Yusra hingga secara otomatis Yura menghentikan langkahnya juga, Janne dan Hidar sudah turun terlebih dahulu.

Someday (Suatu Hari Nanti)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang