Sudah hampir seminggu setelah kejadian yang membuat Yura kehilangan senyumnya. Yusra pun menyadari perbedaan sikap Yura, dia yang biasanya selalu tersenyum saat melihat Yusra kini memilih menyibukkan diri dengan pelajaran.
YUSRA POV
Sekarang aku sedang duduk disudut kelas bersama Hidar, Feri, dan Dilan. Kita sedang apa? Pastinya sedang nge-game. Biasa mumpung jamnya free, setelah setiap hari kita disibukkan oleh tugas-tugas dan materi yang sangat banyak.
Jadi kalau ada jam kosong harus dimanfaat kan sebaik-baiknya, setelah selesai nge-game aku melihat Yura duduk didepan kelas dengan Janne dan beberapa teman sekelas.
Sepintas aku terpikir dengan sikap Yura akhir-akhir ini padaku, dia jarang sekali melihatku. Saat aku menghampirinya pun dia selalu sibuk dengan buku-buku pelajarannya tanpa menghiraukanku.
Padahal biasanya, jika aku menghampirinya dia akan tersenyum lalu mengatakan sepatah dua patah kata, barulah dia fokus pada buku pelajarannya lagi.
Tapi sekarang dia tidak menghiraukan siapapun, jika ada waktu senggang dia malah menidurkan kepalanya di mejanya. Jarang juga aku melihat dia tersenyum sekarang, kalaupun senyum itu hanya senyum tipis saat berpapasan denganku.
Atau mungkin Yura ada masalah? Tapi dia tidak pernah bilang apapun padaku. Mungkin aku harus menanyakannya.
Kini aku memutuskan untuk bangkit dari dudukku dan berjalan menghampiri Yura
YUSRA POV END
Yusra memutuskan untuk menghampiri Yura yang ada didepan kelas bersama Janne, saat Yusra sedang berjalan keluar kelas. Tiba-tiba salah satu teman Yura menutup pintu kelas tanpa mengetahui Yusra yang akan lewat.
Alhasil dahi Yusra menjadi korban dari pintu yang ditutup tiba-tiba itu.
Braakkkk suara pintu tertutup sangat keras dan menghantam dahi Yusra hingga membuat dahinya berdarah karena terbentur pintu.
Suaranya sangat kecang Yura pun menoleh ke sumber suara itu, dan menemukan Yusra yang memegangi dahinya yang menjadi korban benturan pintu durhaka itu.
Aassshhhhh Yusra mengeluh kesakitan. Ya bagaimana tidak sakit terbentur pintu kayu dengan sangat keras seperti itu. "duuhh, siapa sih yang nutup pintu keras banget? Jadi kejedot kan gue!". Ucap Yusra
"maaf Sra, maaf. Tadi gue gak tau kalo lo mau lewat, jadi gue langsung banting aja pintu nya. Gue gak tau kalo pintunya gampang banget didorong". Jelas temannya.
Yura langsung menghampiri Yusra yang masih kesakitan "kenapa ni?". Tanya Yura
"ini Ra, gua gak sengaja nutup pintunya kekencengan. Jadi ngenain Yusra"
Yura hanya ber-oh ria saja "sini Yus coba liat dahinya"
Yusra membuka tangannya yang sedari tadi memegangi dahinya karena kesakitan, saat Yusra membuka tangannya ada darah didahi Yusra karena tergores pinggiran pintu dengan keras.
"Yus, berdarah". Ucap Yura panik saat melihat darah didahi Yusra "aku obatin ya?". Tawar Yura
"nggak usah Ra"
"Cuma dibersihin sama diobatin, gak aku plester kok kalo kamu gak mau". Risau Yura
"nggak usah Ra"
"dengerin aku dulu aja Yus, biar gak infeksi. Ya?"
Akhirnya Yusra mengangguk setuju untuk diobati lukanya oleh Yura.
Memang begitulah Yura, dia tidak bisa melihat Yusra terluka. Dia tidak pernah tega, sebenarnya dia juga tidak bisa menghindari Yusra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someday (Suatu Hari Nanti)
Teen FictionBanyak yang sudah terjadi. Rasa kehilangan, kekecewaan, air mata, kepergian, pertentangan keluarga, hadirnya cinta segitiga. Kita sudah melewatinya sampai sejauh ini. Apakah kebahagiaan akan datang, suatu hari nanti?