Yura sudah memasuki gerbang sekolahnya setelah mencium tangan Ayahnya, semakin hari kantung mata gadis itu semakin membengkak dan menggelap.
Karena dia tidak bisa tidur dan menangis setiap malam, wajah cantiknya begitu kacau, juga bibirnya yang pucat pasi. Dia berjalan dengan menundukkan wajahnya.
Teman-teman Yura tidak tega hati melihat gadis itu seperti ini, Yura seperti mayat hidup. Wajahnya kacau dan pucat, tapi gadis itu tidak henti-hentinya belajar.
Tidak ada hiburan bagi gadis itu, tidak ada tawa bagi gadis itu. Yang ada hanya air mata. Bagaikan hidup segan mati tak mau.
Sebagian besar murid kelas Akuntansi sudah keluar dari kelas dan pergi ke kantin. Di dalam kelas hanya tinggallah Yura, Yusra dan Hidar. Janne dan Viya sudah pergi ke kantin terlebih dahulu, juga sudah mengajak Yura, tapi gadis itu menolak.
Yura menelungkup kan kepalanya di atas meja dan Yusra hanya memperhatikan gadis itu dari belakang.
Kelas ini sangat tenang, sampai Rio datang dan mengganggu ketenangan tidur Yura.
"Ra, lo jangan tidur aja dong" tidak mendapat respon dari Yura "Nih Ra, coklat lo"
"jangan ganggu gue Rio" jawab Yura tanpa mengubah posisinya
"ikut gue yuk Ra, ke kantin"
"gak mau Rio, gue capek"
"udah lah ayo, bentaran doang" ucap Rio sambil menarik-narik tangan Yura, sampai Yura muak dan akhirnya menuruti ajakan Rio untuk keluar kelas.
Yusra masih diam saja, dia berfikir tidak akan terjadi apa-apa sampai Yura kembali nanti.
Diluar kelas Rio berjalan di depan Yura sambil mengajak Yura berbicara, walaupun yang diajak bicara hanya diam saja.
"Ra, lo tuh gue perhatiin makin hari makin pucet"
kepala Yura mulai terasa pusing
"lo tuh makanya jangan di kelas terus. Lo tuh kekurangan sinar matahari tau nggak?"
Dia memegangi kepalanya yang terasa semakin menjadi-jadi sampai akhirnya Yura jatuh pingsan.
Koridor ini sekarang juga sepi, karena semua anak ada di kantin, jadi tidak ada yang tau kalau Yura pingsan
"sekali-kali gitu keluar kan enak" Rio terus berbicara, tapi mengetahui tidak mendapat sahutan dari Yura, dia pun merasa janggal.
"Ra, nyaut dong" Hening. Yura tidak kunjung menyahut, membuat Rio langsung membalikkan badannya.
Keterkejutan Rio tidak bisa di bendung "Ra!" panik Rio dan langsung berlari menghampiri Yura yang sudah tertidur lemas di lantai koridor sekolah.
"Ra! Ra! bangun. Bangun dong, lo kenapa?" Rio menepuk-nepuk pipi Yura berharap gadis itu akan tersadar.
Tapi nihil. Yura tetap menutup matanya dan membuat Rio semakin panik.
"Rio, Yura kenapa?" tanya Janne yang kebetulan lewat dengan Viya dari kantin, malah melihat Rio dengan Yura yang pingsan.
"gatau, tiba-tiba dia pingsan" jawab Rio seadanya.
Pasti Yusra gak bakal kasih ampun sama gue.
Tanpa basa-basi Janne langsung berlari ke kelas nya. Sedangkan Viya masih di samping Rio mencoba menyadarkan Yura. Tapi sia-sia Yura tidak kunjung membuka matanya
"udah deh, kita bawa Yura ke UKS aja" ucap Viya yang di setujui oleh Rio
"Sra! Yura pingsan!" ucap Janne saat tiba di pintu kelas. Yusra yang mendengar kalimat itu langsung berlari mencari Yura dan Rio yang tadi akan ke kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someday (Suatu Hari Nanti)
Novela JuvenilBanyak yang sudah terjadi. Rasa kehilangan, kekecewaan, air mata, kepergian, pertentangan keluarga, hadirnya cinta segitiga. Kita sudah melewatinya sampai sejauh ini. Apakah kebahagiaan akan datang, suatu hari nanti?