"Lo nggak semangat dan nggak bergairah ngapa-ngapain di sini. Lo yakin disana Yura juga jaga hatinya buat lo?" Rio duduk di bangku di depan Yusra sekarang.
"Maksud lo apaan?" Yusra mengangkat kepalanya yang tadinya di atas meja.
"Yaa... lo yakin disana Yura juga jaga hatinya?" Rio mengulangi ucapannya
"Dia disana jaga hatinya atau enggak, itu terserah dia. Yang penting gue disini jaga hati gue buat dia"
"Lo yakin?"
"Lo ngedeketin dia aja, dia nggak tertarik kan?"
"Itu disini, ada lo. Di sana? Gak ada yang tau" ucap Rio dengan senyum licik
Meninggalkan Yusra di dalam kelas, tapi ucapan itu tidak sedikitpun mempengaruhi Yusra.
Malah Yusra menidurkan kepalanya lagi di atas meja.
Di sisi lain Yura tidak berani keluar rumah kalau ada laki-laki di samping rumah Tante Della.
"Kak, Kakak di cariin cowok-cowok di depan tuh" Goda Kevin
"Apaan sih enggak. Dah lah, Kakak mau nggoreng Bakwan. Disuruh Mama kamu tadi"
Kevin menemani Yura menggoreng Bakwan. "Huhh pantesan Kak Yusra suka sama Kakak"
Yura menaikan sebelah alisnya "emang kenapa?"
"Kak Yura pinter masak siihhh"
"Yaelah Pin, Kepin. Kalo Cuma ngegoreng doang gini mah semua cewek juga bisa" ucap Yura sambil tertawa, panggilan Kepin Yura lontarkan saat sebal dengan anak laki-laki itu.
"Enggak semua tuh, Kakak cewek aku satunya nggak bisa masak, jangankan masak. Beres-beres rumah atau cuci piring aja nggak mau"
"Masa sih?"
Kevin mengangguk mantap
******
Saat sampai di rumah, Yusra sedikit lega. Setidaknya dia tidak terlalu tersiksa seperti di sekolah saat tidak ada Yura begini.
Karena terbiasa di sekolah, dia melihat gadis itu.
Satu minggu sebelumnya dia tidak mendapat senyum gadis itu, karena dia ada masalah. Dan baru tiga hari dia mendapatkan gadisnya kembali. Sekarang harus kembali terpisah selama satu minggu lagi.
Kenapa begini sekali kisahnya?
Yusra mengambil foto polaroid Yura, memandang foto itu. Senyumnya, matanya, wajahnya. Ohhh kapankah Yura akan pulang?
******
Gadis itu celingukan sebelum memasuki gerbang sekolah. Posisi aman. Dia terus berjalan, dengan diam-diam.
Berharap tidak akan ada guru yang tau kalau sampai jam 07.35 dia belum masuk ke dalam kelas.
Misi berhasil. Dia sampai di depan kelas dengan selamat sentosa tanpa ketahuan satu mata guru pun yang akan menghukumnya.
Pintu terbuka.
"Assalamu'alaikum"
Semua mata menatap ke arahnya, termasuk guru yang sedang duduk di depan kelas.
"Yura!?" Senyum nya terukir, disaat bersamaan mata Yusra menatap gadis yang berdiri di ambang pintu kelasnya.
Fabiayyi aala irobbikumaa tukadzibaan
Yura berjalan ke meja guru, untuk menyalimi guru tersebut lalu berjalan ke bangku nya.
Saat berjalan ke bangku nya, yang ada di seberang depan Yusra. Dia melempar senyum pada Yusra
KAMU SEDANG MEMBACA
Someday (Suatu Hari Nanti)
Teen FictionBanyak yang sudah terjadi. Rasa kehilangan, kekecewaan, air mata, kepergian, pertentangan keluarga, hadirnya cinta segitiga. Kita sudah melewatinya sampai sejauh ini. Apakah kebahagiaan akan datang, suatu hari nanti?