"Sebentar lagi kalian akan melalui masa PKL yaitu singkatan dari Praktek Kerja Lapangan. Dimana kalian akan terjun langsung dalam dunia kerja, sesuai jurusan kalian. Untuk pengalaman kalian dalam dunia kerja"
Bu Yun menjelaskan secara terperinci mengenai program tahunan sekolah ini.
"Kalian bisa mengisi berapa kelompok kalian, nanti pembagian tempat akan di atur oleh pihak guru. Serahkan kelompok kalian hari ini, saya tunggu di kantor sepulang sekolah nanti. Bisa di fahami?"
"Bisa, Bu!" serempak seluruh kelas
Mendapat jawaban dari seluruh murid nya, Bu Yun keluar dari kelas.
Tentu saja semua ribut sendiri masuk kelompok mana. Apalagi sekarang sudah menjelang jam terakhir sebelum bel pulang sekolah berbunyi.
"Pokoknya kita bertiga harus satu kelompok!" ucap Viya mengawali
"Iya-iya, bawel lu"
Diantara mereka bertiga, Yura ragu akan benar satu tempat dengan Janne dan Viya. Kalau nanti tempat PKL hanya butuh dua orang, maka pasti salah satu dari mereka harus terpisah.
"Kalo tempatnya Cuma nerima dua orang aja gimana?" di tengah perdebatan Janne dan Viya pertanyaan Yura mendiamkan mereka berdua.
Viya dan Janne saling menatap satu sama lain.
"Nggak lah, Ra. Tenang aja, kalo ada kita berdua lo pasti ada juga" Ucap Janne
"Bener tuh" Viya pun menyetujui
Yura mengangguk lemah, meski hatinya tidak yakin dengan ucapan itu.
Keesokan harinya, jam istirahat.
Mading sekolah dikerumuni banyak siswa-siswi yang ingin melihat pembagian tempat PKL mereka. Dugaan Yura benar, dia tidak satu tempat dengan Janne dan Viya.
Yura sudah mengira ini akan terjadi, karena pembagian tempat untuk jurusan Akuntansi kebanyakan diisi hanya maksimal dua siswa. Maka dari itu, sekarang Yura lah yang terpisah.
"Kita satu tempat Janne" Ucap Viya kegirangan
Dan, sekarang mereka bertiga ada di Kantin.
Yura tersenyum tipis, di anatara kebahagiaan temannya. Dia mengaduk air jeruk hangat nya itu dengan tidak semangat.
Oohh ayolah Yura, tidak baik jika kau tidak senang atas kebahagiaan orang lain.
Kurang lebih begitulah mantra yang Yura ucapkan untuk dirinya sendiri.
Yura menarik nafasnya dalam-dalam, dan tersenyum tulus sebisanya. Meski tidak bisa dipungkiri, ada sedikit sisi hatinya yang bersedih.
"Febb!" Yura satu tempat dengan Febby, hanya mereka berdua. Sama seperti Janne yang berdua dengan Viya
"Ada apa, Ra?"
"Nanti kalo PKL gue kayaknya mau di anter Ibuk"
"Jangann!" Yura menaikkan satu alisnya. "Berangkat barengan aja, gue jemput. Kan nggak lucu, kalo salah satu dari kita nyampe duluan belom ada orang. Malah kayak orang ilang nanti"
Jika difikir-fikir benar juga kata Febby. Yura tidak mau di hari pertamanya masuk, dia datang paling pagi dan seperti orang bodoh disana.
"Gitu?"
Febby mengangguk antusias
"Yudah, gapapa lo jemput"
"Oke Ra, sampai ketemu nanti ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Someday (Suatu Hari Nanti)
Novela JuvenilBanyak yang sudah terjadi. Rasa kehilangan, kekecewaan, air mata, kepergian, pertentangan keluarga, hadirnya cinta segitiga. Kita sudah melewatinya sampai sejauh ini. Apakah kebahagiaan akan datang, suatu hari nanti?