2 Inginnya Mama

5K 340 4
                                    

-Yang terpenting itu bukan asal yang sama, melainkan akhir yang sama- Fiersa Bersari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Yang terpenting itu bukan asal yang sama, melainkan akhir yang sama- Fiersa Bersari

-Yang terpenting itu bukan asal yang sama, melainkan akhir yang sama- Fiersa Bersari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah salat dan mendengarkan sedikit siraman rohani hatiku terasa lebih ringan. Kalam Ilahi memang paling ampuh meringankan segala masalah. Setelah sedikit bercakap-cakap dengan jama'ah lain aku segera kembali ke rumah sakit, masih banyak yang harus diselesaikan karena sore ini aku harus pulang ke rumah. Kalau tidak bisa panjang urusannya.

"Dokter Althaf!" Dari arah ruang administrasi seorang wanita dengan rambut yang dikucir berjalan ke arahku, dia Nayla dokter umum junior di rumah sakit ini juga.

"Dokter baru habis salat ya?" tanyanya sesaat setelah berdiri di hadapanku, tidak lupa dengan senyumannya yang kadang muncul cekungan di pipinya, orang-orang sering bilang dengan lesung pipit.

"Iya Nay, ini baru selesai," ucapku seraya tersenyum.

"Kata Suster Aura, Dokter minta ganti shift ya sore ini?"

"Iya nih ada acara keluarga, bisa ngomel mama saya kalau sampai ga ikut." Lagi-lagi ia tersenyum, Dokter Nayla memang terkenal murah senyum, dan jujur saja senyumnya memang menawan.

"Kalau gitu biar saya saja ya yang gantiin Dokter, sekalian saya ada janji sama pasien sore ini."

"Eh ga apa-apa?" Ia menggeleng.

"Oh oke kalau gitu, nanti biar saya kasi tahu Dok Alfa, sebelumnya terima kasih banyak ya Nayla." Setelah menjawab ucapan terima kasihku, wanita itu langsung pamit untuk visit pasien.

Tiba-tiba aku merasa saku celanaku bergetar, aku melihat panggilan masuk dari mama, pasti tentang janji sore ini.

***

Aku baru sampai di rumah tepat saat adzan ashar berkumandang. Syukurlah tidak terlambat, jalan pulang cukup ramai tadi, jam-jam segini memang waktunya anak pulang sekolah, dan pegawai kantoran kembali dari istirahat makan siangnya, tidak heran kalau lalu lintas sibuk.

"Bang Althaf, baru balik?" Aku melihat adik semata wayangku, Ali, ia baru masuk tingkat 2 perkuliahan. Ia mengambil bidang yang sebenarnya serupa denganku namun tidak terlalu persis sama sih, intinya kami masih dibidang nyembuhin orang sakit.

"Dari mana?"

"Abang si baliknya telat, jadi aku kan yang disuruh-suruh mama," sungutnya, dasar anak manja, ga mau ngeluarin tenaga lebih.

"Padahal aku kan baru balik dari Yogya, nuntut ilmu jauh-jauh demi masa depan yang lebih baik, malah disuruh-suruh," keluhannya membuatku tidak bisa untuk tidak tertawa, adikku yang satu ini memang sebelas dua belas dengan mama, suka ngedrama.

"Kalau ngeluh terus, pahala kamu nolongin orang tua luntur semua lho." Ia segera mengangkat kedua tangannya seraya istighfar berkali-kali sudah seperti habis melakukan dosa besar, bocah manja itu padahal sudah mau masuk kepala dua tapi masih kekanakan, bagaimana aku tidak senang menjahilinya. Rumah ini sangat sepi kalau dia sudah kembali kuliah.

***

"Assalamualaikum Ma, Althaf pulang."

"Ali juga, ini telurnya taruh di mana, Ma?" seorang wanita paruh baya keluar dari arah dapur, menghampiriku sambil mengelap tangannya yang basah.

"Wa'alaikumsalam, taruh belakang aja Li, kamu kok baru pulang sekarang sih, Thaf?

"Tadi masih banyak pasien Ma, ini aja aku minta tolong teman gantiin aku." Aku mengedarkan pandanganku, rumah sudah siap dan bersih. Aku tersenyum senang tugasku jadi tidak akan terlalu berat. Sekarang aku mulai mengira-ngira harus perlu berapa tikar yang disediakan? Kira-kira dari keluarga mama berapa orang yang hadir? Lalu keluarga papa siapa saja yang datang?

"Bude Heni datang, Ma?"

"Kenapa? Takut diteror kapan nikah lagi?" Aku hanya meringis melihat wajah menuduh dari wanita yang melahirkanku, adik papa yang satu itu memang bermulut culas, dia salah satu provokator yang selalu memanas-manasi mama supaya aku cepat dinikahkan. Tujuannya bagus, dan aku juga mau banget secepatnya nikah, hanya saja aku sedikit kurang nyaman dengan gaya bicaranya, nyinyirnya itu loh nusuk banget. Aku takut ngelunturin pahala karena kebanyakan ngumpatin dia dalam hati. 

Astaghfirullah belum datang saja orangnya aku sudah su'udzon saja.

"Makanya cepet dong bawa cewek ke Mama."

Nah kan, mulai deh.

"Ga boleh pacaran, Ma."

"Mama ga nyuruh pacaran kok."

"Ga boleh terlalu sering deketan sama yang bukan mahram, Ma."

"Banyak banget si alasan bujang satu ini." Aku hanya tertawa, memeluk mama yang sepertinya mulai ngambek. Akan berbahaya kalau mood mama jelek, sebentar lagi kan ada acara keluarga.

"Kan pernah Ma temen perempuan abang datang." Mama mencubit pinggangku dengan gemas, aku meringis, cubit gemas sih, tapi tetap aja pedes bro.

"Itu kan rekan kerja kamu semua, temen-temen sekolah kamu dulu, udah pada nikah juga sekarang, maksud mama yang kamu kenalin sebagai calon mantu mama gitu. Apa lagi coba yang kamu tunggu? Kerja udah, punya usaha sampingan juga, rumah udah, kendaraan juga udah."

"Rumah sama kendaraan kan masih nyicil Ma, usaha sampingan aku juga ga gede-gede banget," elakku.

"Tapi setidaknya kamu sudah mampu lahir batin buat bangun rumah tangga, ga baik membujang lama-lama, emang ga mau nikah?" 

Padahal umurku masih 25 lho mama sudah segininya pingin aku nikah, gimana kalau ntar umur 30 belum juga dapat jodoh ya? Apa bakal dicoret dari kartu keluarga?

"Mau lah Ma, doain yang terbaik aja ya, Ma."

"Doa iya, usaha juga iya, Bang," sahut mama dengan gaya culas, matanya menatapku sinis.

Mama bener-bener udah pingin punya menantu.


Author's note:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Author's note:

Memangnya para readers punya target nikah kapan?

Kalau aku menunggu takdir Allah aja, intinya waktu itu akan tiba Insya Allah

Menjemput Tulang RusukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang