Epilog

5.4K 243 26
                                    

-Kelak akan kau jumpai jodohmu pada orang yang tepat, di tempat yang tepat dan pada waktu yang tepat-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Kelak akan kau jumpai jodohmu pada orang yang tepat, di tempat yang tepat dan pada waktu yang tepat-

"Sebelum itu boleh aku yang tanya duluan?" tanyaku tepat setelah mendengar ajakan Shafa yang masih mambuatku bingung, masalahnya ini sesi ­deep talking-nya mesti sekarang banget nih? Tengah malem? Malam pertama pula?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebelum itu boleh aku yang tanya duluan?" tanyaku tepat setelah mendengar ajakan Shafa yang masih mambuatku bingung, masalahnya ini sesi ­deep talking-nya mesti sekarang banget nih? Tengah malem? Malam pertama pula?

"Tentang aku kayanya udah transparan banget, semua aib kayanya udah jadi rahasia umum, sedang kamu? Kamu terlalu misterius," sahutku dengan kekehan kecil, kudapati Shafa mengangguk pelan. Lalu menatap tepat di mataku, lalu berkata dengan pelan, "Oke, silahkan."

Aku terdiam sesaat, memikirkan dari sekian banyak pertanyaan yang bercokol di kepalaku, yang mana dulu yang harus kutanyakan. Banyak, sangat banyak malah hal yang tidak aku ketahui tentang Shafa, bahkan setelah menggali lebih jauh dari keluarganya serta Sheren pun tak banyak yang bisa ku ambil. Kalau adiknya bilang, "Kak Shafa tuh jarang mau curhat mellow gitu, kalau sama kami paling suka ngalor-ngidul ga penting, kalian semua ga tahu aja se-random apa dia." Dan ini pun disetujui baik oleh Ayah, Bunda dan Sheren.

Tentu aku cukup terkejut, seorang Shafa memang bisa se-random apa?

"Mmm sebelum itu boleh ga kita sepakatin dulu mau manggil apa, satu sama lain?" tanyanya yang membuyarkan lamunanku.

Sejauh ini aku cukup terkejut dengan progres komunikasi kami beberapa jam setelah menjadi suami-istri, sepertinya aku mulai paham, mengapa gadis ini dikatakan berpikiran sangat random.

"Memangnya maunya apa? Sayang? Honey? Baby? Atau Mami?" Bisa kulihat pipinya memerah lagi.

Aish jadi gemes, pingin nguyel! Pingin gigit!

"Ihh, serius!"

"Mas-adek gimana? Ya walau kita cuman beda bulan lahir dan bahkan bisa dibilang sepantaran tapi aku rasa panggilan itu imut juga." Wajah Shafa semakin kikuk dan aku semakin tidak yakin bisa menahan diri lebih lama lagi untuk menggigit pipinya, tapi ini bukan saatnya.

"Oke, Mas, aku panggil Mas, sekarang Mas boleh kasih aku pertanyaan, truth or truth yang sebenernya dimulai."

Ingatanku tiba-tiba terputar ke saat prosesi akad tadi pagi, tangisannya yang mebuatku tak bisa tenang selama acara resepsi.

Menjemput Tulang RusukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang