31 Pilihan Hati

1.9K 160 3
                                    

-Katanya untuk mendapatkan hati seorang gadis coba dekati orang tuanya dulu-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Katanya untuk mendapatkan hati seorang gadis coba dekati orang tuanya dulu-

"Jadi kalian beneran ga jadi di jodohin?" tanya Sheren sambil sibuk mengusili cemilan yang ada di meja kerja Shafa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi kalian beneran ga jadi di jodohin?" tanya Sheren sambil sibuk mengusili cemilan yang ada di meja kerja Shafa. Pagi-pagi ibu hamil itu sudah di ruang praktik Shafa, bahkan gadis itu masih belum bersiap, padahal setengah jam lagi jam kerja dimulai. Tentu Shafa awalnya merasa tercengang mengingat pertemuan terakhir mereka tak terlalu baik, bahkan beberapa hari ini tak saling menghubungi, namun selanjutnya gadis itu histeris saat mendengar kabar kehamilan sahabatnya itu.

"Bukan karena aku, kan?" tanya Sheren lagi setelah tadi menerima anggukan Shafa.

"Nggak Sheren, memang karena kami gak cocok aja, buat apa dipaksain?" tanya Shafa penuh penekanan, karena pada dasarnya memang tak ada unsur Sheren sama sekali, tolong Shafa bukan modelan cewek mellow yang suka baper kalau dengar lagu indie di kala senja.

"Ada orang lain yang kamu suka?" Sheren yakin sekali, pasti ada. Rasanya tidak mungkin sudah lebih dari dua puluh tahun Shafa kenal dunia masa belum pernah nyicip cinta? Paling tidak pernah lah ya jatuh cinta.

Sedang Shafa hanya menatap Sheren dengan tatapan penuh arti lalu membuang pandangannya ke arah model gigi  yang tersenyum membawa sikat gigi di meja kerjanya.

"Orang itu pernah nyakitin kamu? Atau ngecewain kamu sampai kamu bisa seanti ini sama cinta?" Sheren dapat melihat bola mata Shafa yang bergetar. Sheren rasa benar, Shafa pernah punya pengalaman yang tak menyenangkan tentang cinta.

"Eh kayanya Cantika udah ada di ruangannya deh, samperin yuk!" ajak Shafa mengalihkan pertanyaan dengan wajah berubah drastis, wajah murungnya dalam sekejap penuh binar. Sheren berdecak kesal, sebegitu ga percayanya Shafa dengan sahabatnya sendiri?

Sontak Sheren menggeleng, mencoba membuang pikiran buruknya barusan. Bukan karena Shafa tak percaya pada dirinya, Shafa hanya tak terbiasa membagi isi hatinya dengan orang lain. Dia lebih senang menikmati sedih dan bahagianya sendiri. Orang-orang introvert bukannya begitu ya?

"Jangan ngalihin pembicaraan, sekali-kali berbagi itu perlu tau Shaf, kamu ga sumpek nahan semua sendirian?" Shafa menghela napas lemah, matanya menyiratkan permohonan agar tak membahas ini lebih jauh. Dia benar-benar tak ingin bahas pasal perasaan sekarang.

Menjemput Tulang RusukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang