-Kalau sudah ditakdirkan berjodoh di sudut bumi yang berbeda pun berasal akan tetap bertemu-
"Huft capek banget."
Aku langsung jatuh ke kasur saat baru sampai di rumah, hari ini juga masih melelahkan. Pasien lagi banyak-banyaknya, rapat yang panjang sampai masalah dengan Dokter Radit. Saat-saat seperti ini enaknya dipijat, coba saja ada istri.
Saat mata baru terpejam setengah, aku merasa ada getaran di dekatku, aku melirik smartphone yang tidak jauh dari kepalaku.
"Yaelah, Line Today, nasib jomblo gini banget," ujarku mengejek diri sendiri.
"Bang!" Aku spontan terduduk saat pintu kamar tiba-tiba terbuka kasar. Aku berdecak melirik sinis si pembuka pintu.
"Iya sorry-sorry, aku ulangin deh." Ali langsung keluar menutup lagi pintu, tidak lama aku mendengar pintu diketuk disertai salam.
"Waalaikumsalam," jawabku pelan. Melihat cengiran adik semata wayangku ini membuatku menggeleng kepala, benar-benar bocah.
"Ngapain sih ribut banget, masuk ga pakai santai lagi." Ali meminta maaf kembali sambil menyengir lebar.
"Abangku yang ganteng dan rajin menabung." Aku mengangkat alisku sebelah, tumben...
"Ga usah panjang lebar, to the point, capek nih mau istirahat."
"Abang kan dokter nih, ada kenalan ga yang bisa dimintain gigi?"
"Gigi apa? Buat apaan?"
"Aku perlu gigi asli untuk Skills Lab." Aku mengangguk-angguk, lalu menjatuhkan tubuhku ke kasur menatap langit-langit kamar. Seperti yang aku bilang di bab 2, dia juga mengambil bidang yang sama denganku walau tidak sama persis, kalau aku dokter umum, adikku lebih memilih kedokteran gigi.
"Kalau beli mahal, kan mending nyari dulu sama kenalan siapa tahu bisa dapat murah, syukur-syukur bisa gratis." Aku jadi teringat dengan kejadian sehabis zuhur tadi, Shafa, dia kan dokter gigi.
"Bang, bisa gak?" tanyanya duduk berjongkok di samping tempat tidur.
"Oke deh, nanti abang tanyain penjaga kamar mayat, kalau ada pasokan baru abang minta mereka amanin dulu giginya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjemput Tulang Rusuk
Ficción GeneralAlthaf sedang sangat bingung mencari tulang rusuknya, alias penyempurna iman, kalau kata lumrahnya, jodoh. Apalagi teman-teman sebaya sudah mulai naik pelaminan. Mama dan keluarga juga sudah mendesak dengan pertanyaan, "Kapan nikah?" Dikira nyari j...