8 Perhatian

2.8K 219 0
                                    

-Menduga hanya menimbulkan asumsi semu, kalau terus menebak kamu tidak akan berani maju, siapa yang tahu relung hatinya terdalam kalau bukan dia sendiri dan Allah SWT-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Menduga hanya menimbulkan asumsi semu, kalau terus menebak kamu tidak akan berani maju, siapa yang tahu relung hatinya terdalam kalau bukan dia sendiri dan Allah SWT-

-Menduga hanya menimbulkan asumsi semu, kalau terus menebak kamu tidak akan berani maju, siapa yang tahu relung hatinya terdalam kalau bukan dia sendiri dan Allah SWT-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Riz tungguin kenapa sih?"

Fariz menoleh ke belakang melihat Shafa yang bermuka masam sambil membawa beberapa map. Fariz berdecak, kenapa wanita itu ribet sih? Masa bawa kaya gitu aja ga bisa? Masa harus dia juga yang turun tangan? Katanya sekarang sudah zamannya kesetaraan gender.

"Lama banget deh, Shaf!" Shafa menggigit bibirnya gemas, Ya Allah kenapa lelaki di depannya itu tidak ada perasaan sama sekali?

"Ga gentle!" desis Shafa, suaranya memang cukup kecil tapi masih tertangkap di pendengaran Fariz.

"Mau aku bawain? Maaf ya Shaf, aku memang ga gentle sama cewek yang bukan siapa-siapanya aku." Shafa mendengus, wanita itu melangkah lebar-lebar lalu saat melewati Fariz ia sengaja menyenggol lengan pemuda itu dengan map yang ditentengnya.

Fariz menggelengkan kepalanya, coba saja wanita itu minta tolong baik-baik, ga pakai tarik urat dan muka masam, pasti Fariz mau kok bantuin. Meski katanya sudah zamannya kesetaraan lelaki dan wanita tapi Fariz juga punya rasa tidak tega membiarkan wanita bawa-bawa barang sedangkan ia bertangan kosong.

Fariz akhirnya bisa mengejar Shafa yang kini berdiri di depan lift. Wanita itu melihat ke satu titik, di depan ruang administrasi, ada dua orang yang sedang berbiara di sana. Shafa yang sedang melamun, terkejut saat map-map di tangannya direbut.

"Itu ruang administrasi Rumah Sakit Pratama, besar banget kan? Namanya juga rumah sakit pusat." Shafa menatap Fariz lalu mengangguk-angguk pelan.

"Nanti yang presentasi kamu ya Shaf, kan aku udah bawain ini semua." Fariz menunjukkan map-map di tangannya.

***

"Selamat siang Dok Althaf!" Aku terkejut mendengar sapaan Nayla tiba-tiba, padahal sudah dibela-belain bersembunyi, masih ketahuan juga. Buat apa juga wanita ini sampai di ruang administrasi? Bukannya dia diminta bantuin operasi usus buntu pagi tadi?

Menjemput Tulang RusukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang