5 Kamu!

3.6K 278 1
                                    

-Akan datang orang yang tepat, di waktu yang tepat, dan cara yang tepat. Percayalah, tinggal pastikan kita terus memperbaiki diri sendiri, agar tetap siap saat momen itu tiba- Tere Liye

Lantunan kalam Ilahi membuatku begitu tenang, lelah seharian ini dengan berbagai urusan dunia terangkat sudah dari pundakku, otak yang penat pun menjadi lapang kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lantunan kalam Ilahi membuatku begitu tenang, lelah seharian ini dengan berbagai urusan dunia terangkat sudah dari pundakku, otak yang penat pun menjadi lapang kembali. Itulah yang aku rasakan setiap mendengar ayat suci Alquran dibacakan. Saat sedang asik fokus dengan bacaan surah Ar-rahman di Masjid Al Falah sambil memejamkan mata, aku merasa pundakku ditepuk seseorang.

"Kenapa Bang Ikhsan?"

"Kamu diundang nikahannya Dok Alfa?" Aku mengangguk, aku baru mendapat undangannya tadi pagi.

"Ga nyangka ya, satu per satu rekan kita melepas masa lajangnya." Aku mengangguk menyetujui. Lalu mataku terarah pada halaman masjid, interaksi sepasang suami istri di parkiran menarik perhatianku. Mereka tampak bahagia berkomunikasi dengan bayi kecil mereka walau sepertinya bayi kecil itu sama sekali tidak mengerti dengan yang dilakukan orang tuanya, pemandangan yang indah.

"Lalu kapan nih undang aku? Ga mau kaya pasangan itu?" tanya Bang Ikhsan menunjuk arah pasangan yang masih saja kupandangi, aku menghela napas mendengar pertanyaan yang sudah amat sering kudengar. Kalau ditanya ya aku mau banget lah kaya gitu, bukan cewek aja yang bisa baper liat pasangan suami istri, cowok juga bisa kali.

"Mau nikah gimana Bang, calonnya ga ada," jawabku dengan sedikit tertawa, ga papa lah ya curhat sama Bang Ikhsan siapa tahu dia punya kenalan yang bisa aku jadikan calon ibunya anak-anak.

"Mbak Nia aja gimana?" Aku melotot, Bang Ikhsan nawarin aku janda anak lima? Mbak Nia itu single parent, anaknya lima dan suka banget godain bujangan-bujangan di sekitar rumah sakit, termasuk aku.

"Jangan remehin janda Thaf, dia juga wanita kali." Bukan maksudku meremehkan, merendahkan, atau menatap sebelah mata, hanya saja-

"Abang kaya ga tahu Mbak Nia aja."

"Kamu dapat bonus bisa langsung jadi ayah lima anak Thaf, apa lagi Mbak Nia kan berpengalaman secara dia-"

"Bang!" sahutku jengkel, tanpa sadar nada suaraku sedikit naik, menjadikan kami pusat perhatian, Bang Ikhsan berusaha membungkam tawanya. Aku meringis, memohon maaf pada jama'ah lain. Bang Ikhsan ini bikin aku malu aja!

"Kenapa ga sama Nayla, kayanya dia suka sama kamu." Aku terdiam mendengar nama yang diajukan Bang Ikhsan. Nayla sering bertanya hal diluar profesianalitas kami, tidak jarang memberiku segala macam, kadang sarapan, kadang cemilan. Wanita itu tidak pernah menyatakannya secara langsung, tapi aku tahu tingkah tersiratnya, tidak pernah menyatakan bukan berarti tidak punya rasa, hanya saja aku memilih naif agar tidak ada hati yang terjebak dalam pengharapan dan sakit hati.

"Nayla kan cantik, baik, pintar, memang belum berhijab, tapi bisa lah nanti kamu ngarahin dia." Aku tersenyum kecil, kalau dipikir-pikir lelaki di seluruh dunia memang pasti akan memaki sikap bodohku ini, wanita baik-baik kok disia-siakan.

Menjemput Tulang RusukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang