28 Ketahuan

1.5K 147 5
                                    

-Masalah hati itu memang ribet, yang dulu sedekat dua jari bisa menjadi sejauh dua benua-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Masalah hati itu memang ribet, yang dulu sedekat dua jari bisa menjadi sejauh dua benua-

Di sudut café sudah ada seorang wanita bersama seorang pria, tampak menikmati alunan lagu berbahasa korea selatan yang diputar penjaga kasir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sudut café sudah ada seorang wanita bersama seorang pria, tampak menikmati alunan lagu berbahasa korea selatan yang diputar penjaga kasir. Lagu yang sebenarnya asing bagi seorang Zaidan yang tidak begitu menyukai musik, dibanding mendengar musik menonton film jauh lebih disukainya, apalagi ditemani berondong jagung dan jus naga kesukaannya, itu sempurna.

"Eh Fariz, Sheren, sorry nunggu lama?" Ya pada akhirnya Zaidan memenuhi undangan Sheren, ia kira ia hanya akan berdua dengan Sheren, awalnya ia merasa khawatir. Tapi saat melihat keberadaan Fariz ia cukup lega. Mengapa hanya merasa cukup lega? Zaidan masih merasa gelisah sampai tahu apa tujuan Sheren sebenarnya, ini benar-benar tidak biasa. Ia dan Sheren tak lagi akrab semenjak setahun lalu. Lalu sekarang mengajak bertemu, tumben banget.

"Tumben, kalian?" tunjuk Zaidan pada Sheren dan Fariz. Sejak kapan mereka akur.

"Althaf ga tahu kenapa susah banget dihubungin sekarang, jadi terpaksa aku ajak ni bocah, padahal mah males banget ajak dia!" Yang diomongin alias Fariz hanya memasang wajah 'Bodo amat!' sambil sibuk membuka lembaran menu.

Zaidan sedikit risih saat melihat Sheren yang menatapnya menilai. Dipikirannya sudah membayangkan hal yang aneh-aneh, dia salah apa sampai dipandangi seperti orang yang banyak hutang sam wanita itu?

"Pesan apa kalian?" tanya Zaidan sambil mengangkat sebelah tangannya memanggil pelayan café. Mendengar pertanyaan yang dinanti-nanti, Fariz langsung saja memesan menu-menu yang telah menggoda matanya sedari tadi.

Setelah memesan makanan, meja yang dihuni ketiga orang itu kembali sunyi, semua orang sibuk dengan pikirannya masing-masing, bahkan sampai makanan pesanan mereka tiba pun masih tetap diam. Fariz berdecih gemas, ini membuang waktunya yang berharga.

"Eh ini mau sampai adzan isya ntar diem-diemannya, tujuan mau ketemu buat apa sih?" tanya Fariz sewot. Sheren melirik Fariz sinis, jangan ngegas juga dong! Saat ingat ada zigot yang sedang berkembang di perutnya, Sheren langsung membuang jauh-jauh segala umpatan di otaknya. Memejamkan mata dan menghela napas, jangan lupakan air putih untuk meredam emosi, bukan untuk disiram ke Fariz ya, tapi untuk diminum, benar-benar diminum.

Menjemput Tulang RusukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang