2. Blood Moon

6.9K 718 392
                                    

31 Maret 1866, Cottingley, pinggiran Kota Bradford, West Yorkshire, Inggris (Dunia Manusia).

Chiara Wyatt membuka pintu belakang rumahnya sambil membawa sebuah mangkuk berisi susu segar. Seperti biasa, ia hendak memberikan susu segar untuk anjing  golden retriever kesayangannya, sebelum mengajak makhluk itu masuk ke dalam rumah.

"Max!" Chiara berteriak lantang ketika ia tidak menemukan anjingnya di depan pintu. Chiara merasa heran, tidak biasanya Max pergi meninggalkan teras belakang rumahnya pada malam hari. Terlebih Max termasuk anjing yang penakut dan tidak suka berkeliaran di malam hari.

Chiara mengedarkan pandangan ke sekeliling pekarangan rumah. Namun, ia tak dapat menemukan Max di sisi pekarangan mana pun. Suasana malam itu tidak terlalu gelap sehingga gadis bersurai keemasan itu dapat melihat dengan jelas pada tiap sudut pekarangan walaupun tanpa penerangan lampu.

Chiara menatap langit malam yang tampak lebih terang dari biasanya. Gadis itu tertegun sesaat memperhatikan bulan purnama yang tampak sedikit berbeda dari biasanya. Bulan purnama itu tampak lebih besar dan berwarna kemerahan. Blood moon, batin Chiara.

Ia mengingat-ingat informasi yang ia baca di koran tadi pagi bahwa malam ini akan terjadi fenomena langka yang disebut blood moon. Netra hijaunya membelalak takjub. Jadi inilah blood moon. Chiara benar-benar terpesona menatap keindahan purnama berwarna merah itu hingga ia nyaris lupa untuk mencari Max.

Chiara meletakkan mangkuk susunya di depan pintu berharap saat Max kembali, anjing itu bisa langsung meminumnya. Sementara, ia mulai berjalan menyusuri pekarangan belakang rumahnya yang terhubung dengan pekarangan rumah tuan Parker. Ia pernah memergoki Max bermain-main ke tempat itu untuk mengejar kunang-kunang yang sesekali muncul di sana pada suatu malam musim panas. Asumsi itulah yang mengarahkan Chiara untuk mencarinya ke sana.

"Max!" Teriak Chiara lantang.

Nihil. Ia juga tidak menemukan keberadaan Max di sana.

Udara malam semakin terasa menusuk kulit Chiara. Gadis itu mengeratkan sweaternya ke tubuh untuk mendapat sedikit kehangatan.

Ia terus melangkah dalam keremangan cahaya di pekarangan rumah Tuan Parker. Tempat itu tampak sepi. Si empunya rumah barangkali telah terlelap atau Tuan Parker sedang tidak di rumah karena tak ada satu lampu pun yang menyala di sana. Penerangan satu-satunya yang membantu Chiara melihat ke seluruh penjuru pekarangan hanya berasal dari purnama merah yang sedang bertakhta di langit.

Netra Chiara terpaku pada salah satu sisi pekarangan rumah tuan Parker yang berbatasan langsung dengan hutan. Pagar kayu berwarna putih kusam dengan beberapa bagiannya tampak terkelupas membatasi pekarangan dan hutan. Beberapa bagian pagar kayu itu terlihat telah rusak dan patah hingga membuat celah yang dapat dilewati hewan seperti kucing atau anjing.

Entah apa yang menggerakkan gadis itu hingga ia mendekati celah pagar kayu tersebut. Chiara berasumsi bisa jadi Max melewati pagar itu lalu masuk ke dalam hutan. Pandangan gadis itu kini teralih pada pemandangan hutan yang lumayan gelap.

Chiara menghelat napas. Baiklah, barangkali ia akan mencoba peruntungannya. Rencananya adalah ia akan masuk tidak begitu jauh ke dalam hutan untuk mencari Max, siapa tahu anjing itu ada di sana. Jika ia tidak menemukannya, Chiara berjanji dalam hati bahwa ia akan segera kembali ke rumah.

Dengan hati-hati, Chiara pun akhirnya melewati celah pada pagar kayu rusak itu setelah menyingkirkan sebilah kayu rapuh yang melintang di depan celah pagar. Setelah melewati pagar itu, ia mempercepat langkah menuju hutan berharap dapat segera menemukan Max.

"Max!" Chiara berteriak memecah keheningan hutan. Gadis itu memelankan langkahnya saat telah memasuki hutan seraya mengedarkan pandangan ke sekeliling untuk mencari sosok Max. Lagi-lagi cahaya purnama merah membantunya melihat setiap sudut hutan yang ia lalui.

Fairyverse: a Fairy Tale Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang