42. Hail to the King

1.4K 165 178
                                    

Elijah mendobrak pintu gerbang balairung Istana Avery setelah menebas leher dua kesatria elf yang menghalanginya masuk. Serpihan salju yang menumpuk di depan pintu berukir lambang Kerajaan Avery itu seketika berubah warna akibat terkena percikan darah segar. Bunyi berdebam dari salah satu daun pintu yang roboh menghantam lantai marmer balairung menggema saat peri laki-laki itu berjalan masuk. Beberapa sosok peri yang tengah berunding di dalamnya kaget bukan kepalang.

"Pangeran Elijah!" desis sesosok peri dengan jubah perak. Tatapannya membulat tak percaya akan keberadaan sosok yang kini berdiri tepat di hadapannya. Sosok yang dianggap penghianat dan telah lari dari Kerajaan Avery.

"Bukankah dia telah berkhianat dan kembali pada ibunya?"

"Jadi dia memang berniat mengkudeta Raja Brian sejak lama. Benar-benar anak durhaka!"

"Benar-benar tidak layak menjadi pangeran!"

Bisik-bisik mulai terdengar di antara para Dewan Peri itu. Bisik-bisik tersebut bagaikan api dalam sekam yang seketika menyulut kemarahan sang pangeran peri.

Elijah berteriak marah seraya mengayunkan bilah pedang sihirnya yang berlumuran darah kepada sesosok kesatria elf terdekat. Matanya kemudian menatap nyalang para Dewan Peri yang mulai panik saat ia merangsek maju.

Tanpa ragu, peri laki-laki itu menebas leher kesatria Elf yang menghalangi jalannya. Beberapa anggota Dewan Peri lainnya lari terbirit-birit dengan panik, sementara sebagian lagi bertahan dengan menghunuskan senjata masing-masing.

Salah satu Dewan Peri dengan jubah berwarna perak diam-diam menggunakan mantra setelah mundur beberapa langkah ke sudut Balairung. Bola cahaya berwarna putih melesat cepat ke arah Elijah yang seketika terpental menghantam salah satu sisi dinding Balairung.

Baju zirah sang pangeran peri seketika terbelah menjadi dua, lalu masing-masing belahan itu jatuh menghantam lantai marmer di bawahnya. Setetes darah segar mengalir pelan di sudut bibir Elijah. Seolah tak merasakan sakit sedikit pun, ia mengusap darah di sudut bibirnya kasar dengan punggung tangan. Tatapan nyalangnya kini menyorot pada Dewan Peri yang baru saja menyerangnya.

Jubah perak sang Dewan Peri berkibar tertiup angin yang berembus dari daun pintu Balairung yang terbuka. Napasnya memburu dengan netra menantang pada Elijah. Peri laki-laki itu mulai mengumpulkan bola cahaya lagi di kedua tangannya. Namun, kalah cepat dengan sebilah belati yang seketika dilontarkan oleh Elijah.

Belati itu menancap dalam tepat di kening Dewan Peri yang baru saja hendak merapal mantra. Bunyi tercekat terdengar dari mulutnya yang menganga, lalu tubuh besar tinggi yang tengah meregang nyawa itu ambruk menghantam lantai.

Tanpa membuang banyak waktu, Elijah kembali menyerang dua sosok Dewan Peri lain yang menyambutnya dengan sabetan pedang. Denting pedang yang beradu seketika bergema di dalam Balairung. Beberapa sosok peri Unsheelie kemudian memasuki tempat itu dan membantu Elijah menghalau beberapa kesatria Elf dan Dewan Peri yang menyerangnya bersamaan.

Beberapa Dewan Peri yang tersisa tengah berkumpul di salah satu sudut Balairung, saat sesosok kesatria Elf memasuki ruangan itu dengan gesit. Kesatria Elf itu rupanya sedang menyampaikan sebuah berita penting kepada para dewan. Bisik-bisik keresahan mulai terdengar sesaat setelah berita tersampaikan.

Elijah mengerling sekilas pada para tetua peri itu ketika sabetan pedang terakhirnya mengenai leher salah satu Dewan Peri di dekatnya. Ia dapat menebak berita apa gerangan yang disampaikan sehingga salah satu sudut bibirnya terangkat.

Di belakangnya, Minerva berjalan cepat memasuki balairung, dengan sebilah tongkat sihir panjang di tangan yang satu, sementara sebuah topeng baja di tangan lainnya. Beberapa sosok peri Unsheelie  mengekornya. Aura Balairung seolah menggelap tiba-tiba dan sontak membuat para peri Sheelie yang tersisa memandangnya dengan waspada.

Fairyverse: a Fairy Tale Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang