Archibald menggenggam beberapa buah Apel merah, kemudian mengarahkan lemparan pada seekor unicorn putih yang sedang terdiam lesu di sudut taman istana Avery. Unicorn itu sepertinya tidak tertarik sedikit pun dengan apel ranum di hadapannya.
Archibald mendengus kesal seraya melempar apel itu ke sembarang arah. Ia sudah menawarkan unicorn itu beberapa jenis buah yang ada di istana Avery, tetapi tampaknya unicorn itu tak tertarik sama sekali. Padahal unicorn berwarna putih itu telah berdiam di sana untuk beberapa hari tanpa makan.
"Apa maumu, hah?!" desis Archibald sambil memelototkan matanya ke arah unicorn malang di hadapannya. Unicorn putih itu meringkik pelan. Sebuah ringkikan yang bernada sedih.
"Sayang sekali sepertinya unicorn itu tidak dapat berbicara," ucap sebuah suara lembut yang datang mendekati Archibald. Sesosok peri cantik bersurai panjang berwarna perak telah berdiri tepat di sampingnya.
Archibald menoleh sekilas, kemudian kembali fokus menatap unicorn putih di hadapannya. "Kau sudah sembuh?" tanyanya datar.
"Aku sudah merasa jauh lebih baik," sahut Tatianna. "Aku dengar kau akan pergi ke Hutan Larangan dengan para pangeran lainnya?"
"Iya," sahut Archibald tanpa minat.
"Kalian rela menantang bahaya demi peri dari Fairyfarm itu? Begitu istimewakah peri itu bagi kalian?"
Pertanyaan Tatianna itu membuat Archibald tertegun. Ia menatap iris cokelat peri cantik itu sejenak. "Dia tidak bersalah. Aku merasa harus menolongnya. Yang lain juga merasa seperti itu."
"Kalau aku yang ada di posisi peri Fairyfarm itu, apakah kau akan menolongku?"
"Putra Mahkota Albert tidak akan membiarkan itu terjadi," sahut Archibald singkat.
Entah mengapa Tatianna merasa sedikit kecewa dengan jawaban itu. Satu bagian di dalam dadanya terasa sakit.
"A-aku hanya ingin memberikan ini padamu." Tatianna menyerahkan sebuah gelang perak dengan mata berbentuk daun Semanggi berdaun empat. "Ini untuk keberuntungan dan cinta. Para leluhur kita membawa ini ketika berhadapan dengan peri jahat," tuturnya pelan.
Archibald menatap gelang perak yang diulurkan Tatianna padanya. Kemudian, tatapannya beralih pada peri perempuan itu. Archibald menggeleng seraya menyunggingkan seulas senyum miring. "Kau berikan saja pada kakakmu. Aku tidak memerlukan benda seperti itu."
Archibald hendak beranjak pergi meninggalkan Tatianna, tetapi langkahnya terhenti. Ia teringat sesuatu. "Boleh aku meminta tolong?"
Tatianna mengangkat wajah muramnya dengan sorot mata berbinar antusias. "Tentu saja. Apa yang bisa kubantu?"
"Tolong, sediakan buah plum yang banyak untuk unicorn itu. Sepertinya ia hanya menginginkan buah plum," ucap Archibald datar. Kemudian, peri tampan itu berlalu dari hadapan Tatianna. Ia bergabung bersama Claude dan Elwood yang telah datang dengan menuntun unicorn masing-masing.
Tatianna masih bergeming. Sesuatu terasa sangat sakit dan menyesakkan di dalam dadanya. Peri perempuan itu meremas gelang peraknya kuat-kuat, menahan kesedihan dan amarah yang nyaris terbit menjadi air mata di pelupuk matanya.
"Untuk siapa itu? Apa itu untuk Archibald?" sapa Elijah yang tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya.
Tatianna terkejut. Wajah cantiknya memerah karena merasa tertangkap basah oleh Elijah. "Bukan urusanmu!" desis Tatianna mengalihkan rasa malunya.
Elijah terkekeh."Aku merasa iri dengan saudaraku itu. Bahkan, Adik putra mahkota pun menaruh hati padanya."
Tatianna memandang Elijah dengan tatapan tidak suka. "Jangan berpikir yang tidak-tidak!" katanya ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairyverse: a Fairy Tale
FantastikFantasy - Kingdom - Minor Romance Chiara Wyatt, seorang gadis biasa secara tidak sengaja masuk ke Fairyverse (dunia peri). Chiara melewati gerbang dunia peri yang tiba-tiba terbuka saat bulan purnama merah menggantung di langit. Di Fairyverse, takd...