43. The Expelled Queen

1.4K 166 151
                                    

Fairyverse, sebelum pemerintahan Raja Brian.

Fajar mulai menyingsing dan kelopak bunga satu per satu meredup. Namun, para peri di seluruh taman Kerajaan Avery telah sangat sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Aura suka cita memancar dari setiap wajah penghuni istana. Sebuah perhelatan besar akan segera tiba dalam beberapa hari, yaitu perayaan penobatan Raja dan Ratu Kerajaan Avery.

Bertolak belakang dengan keceriaan di sekitarnya, Maurelle berjalan cepat menyusuri salah satu koridor Istana Avery. Wajah peri laki-laki bersurai cokelat tua sewarna batang pohon itu tertekuk gusar. Sesekali bahkan terdengar embusan napas beratnya.

Peri laki-laki itu bahkan tak menyahut sama sekali sapaan para kesatria Elf yang kebetulan berpapasan dengannya. Pikirannya kini berkelana jauh lebih cepat dari langkahnya, menuju salah satu sudut istana, tempat Breena bersemayam.

Langkah Maurelle akhirnya berhenti tepat di depan sebuah pintu berwarna putih dengan ukiran lambang Kerajaan Avery. Sepasang Kesatria elf yang berjaga di depan pintu itu membungkuk takzim padanya, lalu seorang dayang mendekat dan memberi salam.

"Selamat pagi, Tuan Maurelle, Putri Breena telah menanti Anda!" sambutnya formal.

Keraguan meliputi hatinya sesaat hingga ia menggigit bibir bawahnya. Peri laki-laki itu tampak berpikir. Setelah menimbang beberapa saat, Maurelle akhirnya menarik napas panjang lalu mengangguk. Dengan cekatan, kedua kesatria Elf  di hadapannya membukakan pintu.

Breena seindah yang selalu ia ingat, tengah duduk termangu di hadapan jendela besar. Pandangannya sendu menatap langit pagi. Pemandangan seperti ini membuat hati Maurelle seketika tersayat. Pikirannya berkecamuk kalut karena masalah yang menimpa sahabatnya itu.

Maurelle tersentak gelagapan saat peri perempuan bersurai keemasan yang dipandanginya tiba-tiba menoleh. "Maurelle ... Aku tidak bersalah, katakan kalau kau mempercayaiku?" lirihnya dengan suara serak. Mata itu terlihat kuyu seolah telah menangis semalaman.

Peri laki-laki itu bergeming di tempatnya. Mulutnya mengatup. Susah payah ia mengunci setiap perkataan yang menjejali pikirannya agar tak terlontar keluar dan semakin menyakiti hati Breena.

Breena beranjak dari tempat duduknya, lalu mendekatinya. Setetes air bening bergulir di pipi sang ratu. Isak pelan mulai mengalun. "Katakan kau mempercayaiku, Maurelle? Kau satu-satunya yang kuharapkan untuk percaya."

Maurelle menatapnya lekat, tetapi alih-alih menjawab pertanyaannya, peri laki-laki itu malah mengutarakan hal lain yang menambah kalut perasaan sang ratu. "Aku mencintaimu, Breena." Maurelle menggeleng pelan. Wajahnya menyiratkan kekecewaan mendalam hingga netra mereka saling menumbuk. Sementara, Breena membelalak tanpa mampu menanggapi ucapan sang peri cenayang.

"Namun, aku tak bisa melakukan apa pun jika kau telah mengkhianati Putra Mahkota Brian. Dia sahabatku, Breena, sama seperti dirimu. Kau telah melukainya Breena, sama halnya dengan kau telah melukai hatiku." Maurelle masih menggeleng pelan.

"Akan tetapi, aku tidak mengkhianati Raja. Aku bersumpah. Peri itu adalah Lucifer, bukan Pangeran Andrew. Setelah kau keluar dari kamar, peri yang awalnya kukira Pangeran Andrew itu mengubah wujudnya menjadi Lucifer. Tidakkah kau dapat melihatnya?!" sembur Breena dengan tangisan yang seketika pecah. Semetara Maurelle hanya tertunduk, tak sanggup melihat kesedihan sahabatnya itu.

"Aku ..." Netra Maurelle seolah mencari ceceran kata-kata yang seolah terserak pada lantai marmer di bawah kakinya. Sedetik kemudian bunyi dobrakan keras terdengar menghantam pintu bilik Breena yang tertutup. 

Mereka tersentak lalu menoleh ke arah suara tersebut.

Sepuluh kesatria Elf dengan senjata lengkap menerobos masuk. Rombongan itu membentuk dua barisan dengan jarak satu lengan peri elf dewasa, lalu Putra Mahkota Brian muncul melewati celah di antara barisan tersebut. Dua sosok Dewan Peri yang sangat Maurelle kenal mengekor di belakang sang putra mahkota.

Fairyverse: a Fairy Tale Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang