22. Under the Spell

1.9K 243 196
                                    

Sabetan pedang berwarna putih bercahaya membelah salah satu leher Hydra yang hampir menyemburkan napas di depan wajah Claude dan Elwood. Kepalanya terputus dan menggelinding ke bawah kaki Elwood. Sang pangeran peri bergidik ngeri, sontak ia mengangkat kakinya menghindari percikan darah hijau yang keluar dari potongan kepala Hydra tersebut.

Sebuah nyala api putih menyambar tunggul leher Hydra sebelum kepala baru sempat tumbuh. Nyala api yang sama juga menyambar potongan kepala Hydra yang tergeletak di dekat kaki Elwood. Monster Hydra meraung keras, tubuhnya terhuyung tak tentu arah. Beberapa saat kemudian makhluk itu roboh menghantam salah satu sisi benteng. Namun sepersekian detik kemudian, monster itu bangkit lagi.

"Archibald!" pekik Claude yang baru saja menyadari jika peri yang menolongnya saat itu adalah Archibald.

Archibald yang kini berada di sampingnya mengangguk pelan sebagai respon. Napasnya memburu, sementara matanya masih fokus menatap Hydra yang perlahan kembali bangkit. Sang pangeran peri tidak datang sendiri. Tak jauh dari tempatnya berdiri, Ratu Breena muncul dengan kedua telapak tangan yang menggenggam dua bola api putih.

"Breena?!" pekik Maurelle dengan mata membelalak.

Ratu Breena mengerling sekilas ke arah Maurelle dengan salah satu sudut bibir tertarik ke atas. "Sudah lama tidak bertemu, Maurelle!" sapanya sarkas. Sorot matanya kembali fokus pada Hydra yang mulai mendekatinya. "Apa kau sudah bisa mengetahui di mana kepala abadinya, Maurelle?"

Maurelle terhenyak. Sang cenayang lantas mengalihkan pandang ke arah kepala-kepala Hydra yang bergerak liar sembari menyemburkan napas hijaunya, berusaha menemukan kejanggalan pada setiap kepala Hydra yang nyaris terlihat serupa. Namun, Maurelle gagal mengembalikan fokusnya dan berdecak frustrasi. "Di mana kepala abadinya?"

"Kukira mata batinmu sudah semakin tajam, Maurelle. Ternyata masih sama saja seperti dahulu!" ejek Ratu Breena yang sedang melompat untuk membakar salah satu tunggul leher Hydra yang baru saja ditebas putranya.

Rahang Maurelle mengeras, sementara salah satu tangannya sibuk mengayun pedang sihirnya untuk menangkis napas hijau Hydra yang mengarah padanya. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkataan Breena barusan merupakan sindiran keras terhadap kesalahannya di masa lampau.

"Aku tahu yang mana kepala abadinya!" teriak Claude, menyela ketegangan yang tercipta di antara Ratu Breena dan Maurelle.

Archibald dan Ratu Breena yang berdiri bersisian sontak memandangi Claude. "Cepat katakan yang mana kepala abadinya!" jerit Archibald.

Claude menatap monster Hydra di hadapannya dengan sengit. "Itu kepala yang itu!" tunjuknya pada salah satu kepala Hydra yang sedang menatap lurus ke depan, berbeda dengan kepala lainnya yang menatap liar ke sembarang arah. "Kepala yang selalu menatap ke arah Putra Mahkota Albert!" sambungnya mantap.

Mendengar itu, Albert mundur beberapa langkah dengan raut wajah mencekam. Sementara, Archibald dan Ratu Breena merangsek maju, menjadi tameng bagi Albert.

"Dia benar!" desis Ratu Breena. Serta merta, kedua telapak tangannya memunculkan kepulan bola api putih yang lebih besar. Kedua tangannya terangkat dalam posisi siaga.

Di sisinya, Archibald melompat dengan bertumpu pada satu kaki. Pedang perak bercahaya putih terhunus mantap dengan kedua tangan yang menggenggam erat pada gagangnya.

Kepala Hydra yang tadinya bergeming seraya menatap tajam Putra Mahkota Albert kini meraung dan hendak menyembur. Namun, kalah cepat dengan kibasan pedang Archibald yang lebih dulu membelah lehernya.

Dengan sigap, Ratu Breena memancarkan api putihnya yang langsung membakar tunggul leher dan potongan kepala Hydra. Serta merta, monster besar itu roboh menghantam tumpukan reruntuhan benteng. Tubuh monster itu bergeming dengan kepulan asap tipis yang menguar dari lehernya yang terbakar. Makhluk itu telah meregang nyawa.

Fairyverse: a Fairy Tale Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang