6. Avery Kingdom

3.5K 404 302
                                    

Matahari baru saja terbit, kelopak bunga di Fairyfarm bahkan belum padam seluruhnya. Namun, sepagi itu Ammara telah sibuk memetik buah plum di kebun ayahnya.

Selly tampak masih berusaha keras menahan kantuk sambil sesekali mengintip Ammara memetik plum dari balik kelopak matanya yang berat. Biasanya, unicorn itu selalu bersemangat jika menemani Ammara memetik plum karena ia dapat dengan leluasa mencomot buah plum sesuka hatinya. Namun, pagi itu, entah mengapa, Selly masih sangat mengantuk. Aroma plum ranum seakan tak ada apa-apanya. Beberapa saat kemudian unicorn itu bahkan tampak telah mendengkur pelan di tempatnya.

Pagi itu, Ammara tidak sendirian. Ia juga ditemani dua sahabat perinya, yaitu Marybell dan Tally. Marybell tampak terbang dengan lincah memetik buah plum yang letaknya agak tinggi. Sementara Tally berdiri di samping Ammara menyambut plum yang dilempar peri perempuan itu, kemudian menempatkannya pada keranjang-keranjang yang telah tersedia. Dwarf itu tampak menggumamkan sesuatu yang tidak jelas selama ia bekerja.

"Untuk apa Avery Kingdom memerlukan buah plum sebanyak ini?" tanya Tally di sela-sela gumamanya.

"Tentu saja untuk dimakan Tally, kau pikir untuk apa lagi!" sahut Marybell asal dengan suara melengkingnya. Jawaban peri pixie ini sudah barang tentu akan mengundang perdebatan.

"Astaga! Demi leluhur para peri! Aku juga tahu kalau buah-buah plum ini untuk dimakan. Maksudku, apa kerajaan akan menyelenggarakan pesta atau apa." Tally mendengus kesal. Wajahnya yang separuh tersembunyi di balik kumis dan janggut tebal itu berubah masam.

"Memangnya kenapa kalau kerajaan akan mengadakan pesta? Apa kau pikir mereka akan mengundangmu? Kau sudah terlalu tua untuk berpesta, Tally. Lihat saja kumis dan janggutmu yang sudah memutih semua itu!" Tawa melengking Marybell memecah keheningan pagi di Fairyfarm. Ammara sampai harus menutup telinganya dengan kedua tangan.

Wajah Tally memerah seketika. Jelas jika Ia sangat jengkel dengan apa yang diucapkan Marybell. Ia menatap plum yang ada di genggamannya, kemudian melirik jahil ke arah Marybell. Saat peri pixie itu lengah, ia melancarkan aksinya. Setelah membidik dengan baik, ia lantas melempar buah plum itu pada Marybell.

Peri perempuan yang tidak siap itu hanya bisa terdiam saat plum menghantam tubuh mungilnya dan meninggalkan noda berwarna kemerahan yang sangat banyak pada gaunnya. Marybell menjerit marah.

Sementara, dwarf itu tertawa terbahak-bahak memegangi perutnya seraya berguling-guling di rerumputan. Hatinya terasa puas karena telah memenangkan satu lemparan.

Peri pixie yang kini berpenampilan mengenaskan itu menatap Tally sengit. Wajahnya memerah dan napasnya memburu. Ia harus membalas perbuatan makhluk kerdil itu. Dengan cepat Marybell mengambil plum, membidik wajah menyebalkan rekannya itu, lalu melemparkan plum tepat ke wajahnya.

Plum itu melesat cepat, kemudian menumbuk tepat pada hidung besar Tally. Kejadian itu sukses membungkam tawa Tally. Ia menyeka wajahnya yang bernoda merah dengan geram dan melotot marah pada Marybell yang kini menertawakannya.

Tally, menarik napas dalam-dalam, lalu kembali meraup beberapa plum sekaligus dalam genggaman. Ia melemparkan buah-buah itu ke arah Marybell bertubi-tubi. Namun, peri pixie itu terbang menghindar dengan lincah.

Tanpa Tally sadari, sebuah plum yang paling besar menyasar menghantam pipi Ammara. Kedua peri yang tadinya sedang berseteru itu sontak terdiam, menanti responnya.

"Oh, tidak!" desis Tally.

Ammara menggeram tertahan seraya mengusap wajahnya kasar. Ia mendelik ke arah kedua makhluk itu. Wajah putihnya terlihat mengerikan, memerah dengan pecahan plum yang masih menempel di pipi.

"Kalian membuat kesabaranku habis!" teriak Ammara penuh penekanan.

Marybell dan Tally menggigil di tempat. Tally bahkan sampai harus menutup matanya karena tak ingin ditatap wajah seram Ammara saat itu. Marrybell tak jauh berbeda, tubuhnya seolah menciut di udara.

Fairyverse: a Fairy Tale Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang