Dalam keremangan malam, sesosok peri perempuan berbaring gelisah di bawah sebatang pohon besar. Peri itu merintih menahan sakit sementara kelopak matanya masih terpejam. Dari pelupuk mata setetes air bening mengalir membasahi pipi pucatnya.
Archibald perlahan mendekati peri yang kesakitan itu untuk dapat memastikan identitasnya. Ia mengamati wajah peri perempuan itu, lalu memeriksa kemungkinan adanya bekas luka ataupun memar yang membekas pada permukaan kulit peri itu. Namun, Archibald tidak dapat menemukannya. Ia berasumsi bahwa peri itu mungkin terkena luka dalam atau sihir.
Wajah peri perempuan itu tampak familiar, tapi sangat sulit bagi Archibald untuk mengingatnya saat itu. Dalam jarak yang sangat dekat, peri laki-laki itu kemudian mengulurkan jari tangannya untuk menyentuh wajah pucat tersebut. Namun, tiba-tiba mata peri perempuan itu terbuka lebar menampakan iris mata hitam yang besar, nyaris tak menampakan bagian putih bola matanya. Peri perempuan itu lantas mendesis parau. "Tolong .... !"
Archibald terbangun dari tidurnya dengan napas memburu. Keringat dingin membanjiri pelipisnya. Mimpi buruk itu lagi, batinnya. Entah sudah berapa kali ia memimpikan hal yang sama. Mimpi tentang seorang peri perempuan yang sedang kesakitan lalu meminta pertolongannya. Mimpi itu selalu berakhir dengan sesuatu yang sangat mengerikan.
Archibald bangkit dari posisinya yang tengah bersandar di bawah sebatang pohon besar. Peri laki-laki itu menyeka wajahnya dengan air yang ia bawa di dalam sebuah wadah kulit yang tersampir di pinggang. Ia berharap mimpi buruk itu enyah bersama air yang meleleh di permukaan kulit wajahnya. Setelah membasuh wajahnya, dengan sigap, ia menunggang unicornnya menjelajahi Fairyverse.
* * *
Pangeran Elwood melangkahkan kakinya memasuki gerbang Fairyfarm. Senyumnya merekah tatkala ia melihat Ammara yang sedang duduk bersungut-sungut di bawah sebatang pohon besar dengan mata tertutup. Entah apa yang menyebabkan peri cantik itu menggerutu dan mengantuk bersamaan sepagi ini.
"Mungkin lebih baik aku kembali di lain waktu, " ucap Pangeran Elwood sambil pura-pura berdeham ketika ia sampai di hadapan Ammara.
Selly menegakkan lehernya waspada, lalu memicingkan mata pada peri lelaki yang baru pertama kali dilihatnya. Unicorn itu meringkik tak suka mencoba mengusir Elwood.
Ammara tersentak. Ia tersadar dari kantuknya seraya mengucek mata.
"Hai Elwood, rupanya kau sudah datang!" Sapanya sambil menguap lebar. Ammara mengalihkan pandangan pada unicornnya yang kini memasang tampang seperti siap menendang Elwood kapan saja.
"Tenang Selly, dia Elwood temanku. Kami bertemu di Fairyfall," tutur Ammar sambil menepuk punggung unicornnya untuk menenangkan. Selly seketika mendengus, lalu ekspresinya menjadi sedikit lebih tenang. Tak ada lagi tatapan curiga pada Elwood. Makhluk berkulit putih itu kini kembali sibuk dengan aktivitasnya memakan buah plum.
"Hai Selly!" Elwood menyapa unicorn yang berada tepat di samping Ammara seraya tersenyum ramah. Namun, Selly tampak tidak menghiraukannya lagi.
"Baiklah, kita mau ke mana hari ini?" tanya Ammara bersemangat setelah kantuknya benar-benar hilang.
"Wow. Kau bersemangat sekali, Anak Muda! Aku bahkan belum sempat duduk dan mencicipi buah plum yang terkenal di Fairyfarm ini."
Elwood duduk di sebelah Ammara. Saat ia hendak mencomot sebutir plum dari keranjang yang terletak tepat di depan Selly, unicorn itu sontak meringkik tidak senang. Selly refleks melayangkan kaki depannya ke arah tangan Elwood. Namun, Elwood dengan lincah menggerakkan tangannya dengan lincah untuk mengelak dari tendangan makhluk itu. Unicorn itu mendengus marah saat Elwood akhirnya berhasil mencomot sebutir plum sambil terkekeh geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairyverse: a Fairy Tale
FantasyFantasy - Kingdom - Minor Romance Chiara Wyatt, seorang gadis biasa secara tidak sengaja masuk ke Fairyverse (dunia peri). Chiara melewati gerbang dunia peri yang tiba-tiba terbuka saat bulan purnama merah menggantung di langit. Di Fairyverse, takd...