Ella berbaring gelisah di atas lantai batu ruang tahanan Kerajaan Avery. Pelipisnya dibanjiri keringat dingin. Napasnya memburu. Tiba-tiba ia berteriak nyaring bersamaan dengan matanya yang membelalak terbuka.
Ia mengedarkan pandangan ke sekitar dan hanya ruang gelap dan nyaris pekat yang menyambut penglihatannya. Aroma lembab dan amis seketika menyergap hidungnya. Bau yang sangat ia kenali. Bau darah.
Ella menggeser tubuhnya dengan panik ke arah jeruji besi berkarat yang terkunci. Ruangan tahanan itu terasa begitu lenggang, tidak seperti biasanya. Tidak ada pula suara obrolan para penjaga yang biasanya bergema di sana.
Tunggu dulu, sepertinya ada yang aneh di sini, batin Ella.
Ella terkesiap, jangan-jangan mimpinya barusan adalah sebuah pertanda. Baru saja ia memimpikan melihat bunga Camelia merah tumbuh di setiap penjuru istana Avery. Bunga Camelia merah yang biasanya hanya tumbuh jika ada peri anggota kerajaan yang wafat.
Apa jangan-jangan ...
Bulu kuduk Ella meremang, membayangkan siapakah gerangan yang akan wafat. Semoga mimpi itu tidak menjadi kenyataan, batin Ella lagi.
"To-tolong! Tolong...!" Tiba-tiba sebuah suara parau terdengar dari kegelapan di luar jeruji besi.
Ella berusaha menajamkan penglihatannya, mencari berkas cahaya yang memungkinkannya untuk melihat sedikit saja. Namun, sia-sia. Kegelapan itu terlalu pekat.
"Tolong!" Suara itu terdengar lagi. Kali ini seperti suara tercekik disertai bunyi napas yang memburu.
Ella mendekatkan telinganya ke sela-sela jeruji besi di hadapannya, memberanikan diri. "Si-siapa?!" tanyanya dengan suara bergetar. Sedikit rasa takut terbit di hatinya.
Suara itu mendadak lenyap. Hening yang janggal mendadak hadir di kegelapan ruang tahanan. Ella tanpa sadar menahan napas dan bergeming di tempatnya. Ia menajamkan pendengarannya dan menegakkan punggung waspada.
Suara geraman perlahan tertangkap telinga Ella. Suara itu semakin lama semakin nyaring dan terdengar mendekat. Ella sontak mundur, menjauhi jeruji besi, seraya memeluk tubuhnya yang menggigil ketakutan.
Tiba-tiba suara hantaman jeruji besi menggema, disusul dengan suara raungan marah.
Ella terhenyak di tempatnya meringkuk. Ia semakin erat memeluk tubuhnya sendiri.
Segaris cahaya dari sela-sela pintu tahanan membentuk siluet mengerikan peri Elf yang meraung marah di depan jeruji besi tahanannya. Makhluk itu masih menggeram marah dan menghantamkan tubuhnya pada jeruji besi tahanan Ella berkali-kali. Ia seolah dapat melihat raut ketakutan Ella dari balik kegelapan dan ingin menyergap Ella.
Tubuh Ella gemetar tak terkendali. Ia membungkam mulutnya dengan telapak tangan agar suara tangisnya teredam.
Bunyi dobrakan pada pintu tiba-tiba terdengar. Pintu berayun terbuka dan menutup kembali, bersamaan dengan langkah kaki lain mendekati ruang tahanan Ella. Makhluk yang meraung di depan jeruji besi itu sontak mengalihkan fokusnya pada sosok si pendatang.
Ella mengangkat wajahnya setelah rasa takut mereda. Ia segera menyadari jika ia tidak sendirian lagi di ruang tahanan bawah tanah itu. Sesosok makhluk serupa peri Elf dengan luka-luka menganga yang mengerikan di sekujur tubuhnya, berdiri tepat di depan jeruji besi. Liur kental berceceran dari sela-sela gigi runcingnya. Sesuatu yang buruk pasti telah terjadi pada peri Elf itu. Sementara, sesosok kesatria Elf, berdiri di depan ambang pintu tahanan menantang makhluk mengerikan itu dengan pedang terhunus canggung dan gemetaran.
Namun, dengan sekali tebas, Claude berhasil menancapkan ujung pedang sihirnya tepat pada jantung mayat hidup yang meraung bringas itu. Seketika, si mayat hidup ambruk dan tergeletak tak bernyawa. Setelahnya, Claude mendekati jeruji besi ruang tahanan Ella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairyverse: a Fairy Tale
FantasyFantasy - Kingdom - Minor Romance Chiara Wyatt, seorang gadis biasa secara tidak sengaja masuk ke Fairyverse (dunia peri). Chiara melewati gerbang dunia peri yang tiba-tiba terbuka saat bulan purnama merah menggantung di langit. Di Fairyverse, takd...