12. Farewell

2.3K 323 189
                                    

Hari beranjak petang. Kunang-kunang mulai keluar dari persembunyian, memendarkan cahaya kekuningan di sela-sela pepohonan di Fairyverse. Tak lama lagi, kelopak-kelopak bunga pun akan mengeluarkan cahaya pertanda malam telah tiba.

Ammara duduk termenung menghadap keluar jendela biliknya di Kastel Timur. Matanya menatap langit lembayung yang hampir gelap, tetapi nyatanya pikiran sang peri sedang berkelana menuju Fairyfarm, ke rumah cendawan. Ia tak beranjak dari tempat itu barang sejenak pun sejak kepergian para pangeran peri siang tadi.

Ammara sangat merindukan ibunya. Bayangan Ella yang sedang melakukan aktivitas di setiap penjuru rumah cendawan seakan menari-nari di pelupuk mata hingga tetes-tetes air bening bergulir di pipinya yang pucat.

Setelahnya, bayangan Ella berganti dengan kejadian terakhir di kebun plum Ailfryd. Kemarahan sang ayah justru menjadi sesuatu yang ia rindukan sekarang. Ammara juga merindukan Marybell dan Tally yang menyebalkan, serta Kebisuan Selly yang menenangkan, dan Fairyfarm yang damai. Ammara mendadak mengingat unicornnya yang ia tinggalkan di halaman istana Avery begitu saja saat mengikuti cahaya berwarna ungu. Ia berharap ada yang berbaik hati mengurus dan memberi buah-buahan pada unicorn berwarna putih itu.

Ammara mengembuskan napas panjang. Ia merasa sesak memikirkan nasib yang menimpanya. Ia merasa dijebak. Hidupnya yang aman dan tenang di Fairyfarm mendadak berubah jadi petaka gara-gara kalung zamrud yang ia miliki, dan anehnya ia tak dapat mengingat sama sekali dari mana kalung zamrud itu berasal. Ia juga tidak tahu bagaimana kalung itu bisa mengeluarkan cahaya ungu.

Apakah kalung itu pemberian orang tuanya? Ataukah ada peri lain yang memberikannya? Ammara tidak tahu pasti. Satu hal yang sangat ia yakini adalah orang tuanya tidak mungkin melakukan hal yang dapat mencelakakannya.

Tiba-tiba terdengar suara derit pintu bilik Ammara. Peri perempuan bersurai keemasan itu sontek menoleh seraya menghapus sisa air mata di pipinya.

Ella, ibunya, secara mengejutkan, berdiri dengan mata sembab yang sama di depan pintu bilik. Seorang peri ksatria Elf penjaga bilik telah membukakannya pintu. Sementara, sesosok peri Pixie dengan sayap kupu-kupu mengekor di belakang Ella.

"Ibu! Marybell!" jerit Ammara senang. Ia langsung menghambur ke pelukan Ella. Tangisnya mendadak pecah.

Untuk beberapa saat lamanya Ammara melepaskan raungannya, seumpama anak kecil kehilangan permen. Sementara, Ella pecah dalam kesedihan yang sama sembari mengusap punggung anaknya lembut. Kedua peri perempuan itu larut dalam keharuan dan kesedihan yang serupa.

Marybell yang mengambang di samping Ella turut menitikkan air mata. Bahu peri kecil itu bergetar. Pemandangan pertemuan ibu dan anak di hadapannya itu benar-benar mengoyak hatinya. Benar-benar senja yang penuh haru.

"Kau terlihat sangat menyedihkan, Nak," gumam Ella pelan setelah melepaskan pelukannya dari Ammara. Iris mata hijaunya menatap Ammara lekat dan kedua tangannya menyeka pipi peri perempuan itu lembut.

"A-aku merindukan ibu," ucap Ammara lirih. Ia kembali membenamkan wajahnya di dada sang ibu, meminta untuk dipeluk lagi.

Ella memeluk putrinya lagi seraya mengelus surai emas Ammara. Wajahnya sendu, tetapi ia memaksa dirinya untuk tersenyum tegar agar putrinya tidak bertambah sedih.

"Apa kau tidak merindukanku, Ammara?" Celetuk Marybell di antara isak tangisnya.

Ammara mengangkat wajahnya dari pelukan Ella demi mendengar suara melengking Marybell yang parau. Ia tersadar bahwa Marybell sedari tadi terbang mengambang di sebelah ibunya. Ia menatap Marybell, kemudian memeluk erat peri Pixie itu.

Marybell terkejut. Tangisnya terhenti seketika. Bukannya ia tidak senang dipeluk Ammara yang dirindukannya. Akan tetapi, pelukan peri elf pada tubuh kecilnya itu terlalu erat hingga membuatnya susah bernapas.

Fairyverse: a Fairy Tale Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang