*Conflict*
Semua orang berdiri untuk menunggu barang bawaan mereka. Sekitar 10 menit Sara menunggu, barang yang ia tunggu pun keluar.
Sara melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. Ia menaiki eskalator secara perlahan. Bibir nya melukiskan sebuah senyuman. Sudah berapa lama ia tidak kembali ke tempat ia lahir?. Pikirnya seperti itu.
Bandara yang ramai itu juga terlihat lebih bagus dari sebelumnya.
Matanya yang sedang berkeliling melihat-lihat sekitar beralih pada handphone nya yang bergetar. Sebuah notif pesan masuk atas nama 'Dokter Kihyun'. Senyuman itu kini terasa lebih manis.
'Apa kamu sudah berada di Kanada?'
Ibu jari Sara langsung mengetikkan keyboard handphonenya
'Ya.. aku sudah sampai dengan baik. Aku tidak akan lupa dengan janji ku'
Merasa sudah hampir sampai Sara segera mematikan handphonenya dan melangkahkan kakinya keluar eskalator. Ia fokus pada jalan dan mencari supir yang bekerja pada ayahnya sejak ia masih kecil.
"Nona Sara?" panggil seseorang yang membuat Sara menoleh
"Iya? Ah... pak Restian? Apa kabar?" tanya Sara yang memulai percakapan
"Baik Non, ayo ikut saya, mobilnya saya taruh di parkiran. Karena sempat ditegur saat sedang menunggu" Jawab sang supir dan berjalan di depan Sara. Menuntunnya ke tempat ia memarkirkan mobilnya.
Sudah amat sangat lama Sara tidak melihat pemandangan ini. Rasanya ini seperti pertama kali baginya ke Kanada. Karena bandara-nya yang memang berubah menjadi lebih besar dan modern.
"Ayah dan Ibu, bagaimana kabarnya non?" tanya sang supir untuk mencairkan suasana
"Sehat semua. Keluarga bapak gimana?"
"Sama, keluarga bapak sehat semua. Kenapa sendirian pulang-nya?"
"Ayah masih ada pekerjaan di Korea, katanya ayah juga lagi ada kerja sama gitu... jadi akhir-akhir ini lagi sibuk"
"Semoga sukses kerja sama nya. Ini mau langsung pulang atau gimana?"
"Pulang dulu deh, aku kangen sama rumah"
Sang supir menginjak pedal gas dan mobil melaju cepat agar sang Nona sampai di rumah dan beristirahat untuk hari ini.
*Conflict*
Sinar matahari yang terang itu memasuki kamar yang luas melalui celah jendela. Hanya dengan melihat kamar nya, Sara langsung mengingat masa kecil ia bermain dan belajar yang di bantu oleh sang ibu. Di tariknya sehelai kain putih yang menutupi meja belajarnya. Namun, mata nya terpacu oleh sebuah kotak di atas meja nya itu.
Sara menarik bangku dan duduk. Ia melihat sekeliling kotak tersebut. "Seperti nya aku tidak pernah menaruh kotak disini. Apa aku yang lupa ya?" tanya Sara pada dirinya sendiri.
Tok... tok... tok...
Sara menoleh ke arah pintu. Terlihat pekerja rumah tangga nya yang tersenyum sambil mendekati Sara.
"Sebentar lagi waktunya makan siang. Apa ada sesuatu yang ingin nona Sara makan?"
Sara berpikir sejenak. Kemudian menggelengkan kepalanya, "Sepertinya tidak, aku hanya ingin makan apa yang ibu masak. Aku merindukan semua yang ada disini jadi aku akan menerima apa yang telah disediakan"
Sang pekerja rumah itu menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu, makan siang akan jadi setelah satu atau dua jam. Nona bisa beristirahat terlebih dahulu. Saya akan panggilkan nanti. Saya permisi ya?" ia tersenyum dan sedikit membungkukkan badannya. Layaknya memberi hormat di Korea.
Sara kembali pada kotak itu dan terlihat sebuah gembok kecil. Gembok kecil? seperti nya dulu ia tidak pernah membeli sebuah gembok, ia tidak pernah ingat kalau dirinya pernah menyentuh kotak tersebut. Atau... dirinya yang sudah lupa?.
Mungkin setelah ia mengistirahatkan tubuhnya, ingatannya kembali.
*Conflict*
"Jangan lupakan ini ya?"
Suara anak lelaki, tangan yang memberikan sebuah kado kecil, taman yang sangat indah, dan juga dua orang tua laki-laki yang sedang asik mengobrol.
"Memang nya apa ini?"
"Hanya pemberian kecil. Setelah aku dewasa nanti aku akan seperti ayah mu. Menjadi orang yang sukses dan bisa bertemu dengan mu"
"Benarkah?"
Anak lelaki itu menganggukkan kepalanya. "Aku akan memegang kata-kata ku. Jangan lupakan yaa!"
Anak laki-laki itu berlari begitu saja menuju ayah nya dan juga ayah dari anak perempuan tersebut. Entah apa yang mereka bicarakan. Tapi anak perempuan itu fokus pada pemberian dari anak lelaki tersebut, dan perlahan membukanya.
*Conflict*
Hingga saat ini, Sara masih memikirkan mimpi tersebut. Dan... apa isi kado tersebut?, siapa anak laki-laki tadi?.
"Apa makanannya kurang lezat?" tanya sang pekerja
Sara tersadar dari lamunannya. Ia menggelengkan kepalanya dan tersenyum, "Ini enak kok. Sangat enak sampai aku tidak tau harus berkata apa" Puji Sara
"Bagus kalau begitu. Makanlah yang banyak, pasti saat kuliah nona Sara kurang makan sampai kurus seperti ini"
Sara tersenyum dengan lebar. "Oh iya... aku mau tanya sesuatu, boleh tidak?" Sang pekerja menganggukkan kepalanya. "Waktu aku kecil apa aku pernah membeli sebuah kotak penyimpanan gitu?"
Sang pekerja terdiam sejenak, memutar otaknya untuk mengingat kejadian yang sudah sangat lama. "Hmm... sepertinya tidak Nona. Memangnya ada apa?"
"Oh... begitu. Tidak apa kok, Cuma buat memastikan sedikit hal saja"
"Kalau begitu silahkan lanjutkan makanannya nona. Saya akan membereskan halaman belakang. Kalau ada apa-apa, Nona bisa memanggil saya"
Sara menganggukkan kepalanya dan melanjutkan makan siangnya.
Tidak lupa dengan handphonenya yang sedari tadi bergetar. Beberapa notifikasi masuk, yang menampilkan nama sahabatnya di layar handphone. Sara menaruh sendok di atas piring, membiarkan tangan satunya untuk mengambil handphonenya.
'Kembalilah dengan selamat!'
'Aku menunggu mu!'
'Jangan lupa oleh-oleh nya!'
'Kabarkan aku jika kamu akan tidur!'
'Ah! Perkenalkan aku dengan teman lelaki mu di luar sana! Aku rasa aku mulai jenuh dengan Minhyuk. Hahaha. Aku hanya bercanda'
'Jangan lupa untuk menjadwalkan jam makan mu!'
'Daaah! Aku mau tidur! Disini sudah malam!'
Senyum itu datang untuk menghias wajah Sara yang hampir saja terlihat murung. Jika saja Yaegi tidak menolak undangannya untuk pergi berlibur bersama, mereka pasti akan membuat kenang baru di negeri yang indah ini.
Sepertinya makan siang kali ini sudah membuat perut Sara penuh. Ia berdiri dan berjalan menuju kamarnya.
Setelah membalas pesan dari Yaegi. Sara menaruh handphonenya dan duduk di teras depan. Sekali lagi, kota ini benar-benar berbeda saat ia kecil. Mata nya tidak jenuh melihat orang-orang berjalan bersama temannya menelusuri kota ini.
Kemana besok ia akan pergi berjalan-jalan?. Pikirnya ketika melihat orang-orang tersebut.
*Conflict*
semakin banyak teka teki nya... hmmm....
Bagaimana teka teki kali ini terbongkar? Kita lihat saja di chapter selanjutnya! See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETE] Conflict [Monsta X Fanfiction]
FanfictionSeorang perempuan yang masih berkuliah tersebut, memiliki masalah tertentu dengan ke-tujuh pria itu. Perpecahan sahabat yang dilakukan seseorang hingga saat ini. Perdebatan antara dia dan dia untuk mendapatkan perempuan itu. Rasa iri dengan perlaku...