Chapter 68

7 3 0
                                    

*Conflict*

Seusai makan malam, Sara masuk kedalam kamarnya dan duduk di bangku kamarnya. Dimana bangku tersebut digunakan oleh dirinya untuk belajar saat persiapan masuk kuliah. Meski hanya beberapa saat ia tinggal dirumah ini. Tapi baginya, tempat ini adalah tempat yang paling aman baginya.

Ia memutarkan kepalanya dan melihat bulan yang begitu terang di balik kaca jendela yang tertutup. Ia bahkan tidak pernah sempat membuka jendela, membiarkan cahaya bulan tersebut masuk ke dalam kamarnya dan menemani dirinya saat belajar.

Tok.. tok.. tok..

Sara memundurkan bangku-nya dan melihat ke arah pintu yang terhalang oleh lemari bajunya yang besar.

"Kamu sedang apa?" tanya sang ayah yang berdiri di balik pintu

"Hanya duduk-duduk saja. Ada apa?"

"Bisa turun sebentar sayang? Ayah dan ibu ingin bicara malam ini". Mulut Sara tidak terbuka sedikit pun. Ia lebih memilih untuk diam daripada menjawabnya. "Tidak keberatan kan? Atau kalau kamu mengantuk besok pagi saja kita bicarakan. Ayah dan ibu juga paham kalau kamu ingin beristirahat" lanjutnya

"Tidak. Aku akan merapihkan kamar dulu sebentar" jawab Sara dengan nada pelan

Sang ayah menganggukkan kepalanya dan menutup pintu kamar Sara. Apakah orang tuanya akan pindah lagi? Sara tidak ingin pindah kuliah hanya untuk mengikuti orang tuanya.

*Conflict*

Di ruang depan ini lah satu keluarga berkumpul. Ayah dan ibu duduk terdiam. Begitu juga dengan Sara. Hanya ada keheningan sampai Sara yang bertanya lebih dulu.

Sang ayah merubah posisi duduknya dan berdeham untuk memulai pembicaraan. Sara terlihat sudah siap mendengar apa yang akan ayah-nya bicarakan.

"Umur kamu sudah dua puluh dua tahun. Ayah tau kamu masih terlalu muda, tapi... tidak ada salahnya kalau ayah mau kamu tunangan dengan orang yang sudah ayah pilih. Iyakan?" ucap sang ayah yang cukup membuat Sara terkejut.

Bahkan topik pembicaraan ini sangat jauh sampai tidak terpikirkan oleh Sara.

"Tunangan?" ucap Sara yang sangat terkejut

"Kamu boleh protes kok. Tapi sebelumnya kamu jangan menolaknya dulu. Kamu pasti mengenal orang yang akan ayah jodohkan pada mu"

Lagi-lagi sang ayah membuat Sara terdiam. Seseorang yang ia kenal? Siapa? Banyak orang yang ia kenal di kehidupannya. Bukan hanya satu atau dua orang.

Mata Sara melihat ibu-nya yang menatap Sara. Tatapan yang membuat orang yakin.

"Apa tidak terlalu cepat? Tunangan? Kenapa harus secepat ini? Maksud ku... bukan kah ayah membahas ini ketika umur ku 23? Aku masih terlalu muda"

Rasa tidak yakin Sara membuat Sara berani untuk mengungkapkan apa yang ada dipikiran ayah-nya.

"Ya... ayah tau. Hanya saja ingin memberi tahu kalau kamu akan ayah jodohkan pada seseorang. Ayah tidak memaksa mu untuk bertunangan sekarang juga. Kamu bisa memikirkan hal itu lebih lama lagi. Apalagi setelah kamu bertemu dengan orangnya"

Sara menghela nafas beratnya. "Jadi maksud ayah aku akan dijodohkan oleh ayah? Aku tidak boleh mencari atau mendapatkan pria diluar sana yang ayah tidak kenal?. Ayah! Ini sudah abad keberapa? Kenapa harus dijodohkan? Aku bisa saja bertunangan. Tapi kenapa harus dijodohkan?"

"Itu alasan yang khusus"

"Khusus? Apa maksudnya khusus?"

Sang ayah terdiam dan menundukkan kepalanya. Sara beralih melihat ibu-nya yang juga menunduk. "Ibu! Beritahu pada ku. Apa maksudnya khusus?"

Rupanya sang Ibu juga tidak sanggup menjawab pertanyaan Sara yang satu ini. Rasa emosi tertinggal sedikit pada dirinya sehingga tanpa berkata apapun, Sara pergi ke kamarnya.

*Conflict*

Mata yang indah itu terlihat merah dan lembab, sedikit bengkak. Ia teringat pembicaraan semalam. Ia bahkan berfikir kalau itu mimpi tapi kenapa ia terlihat habis menangis?.

Ia pergi mandi dan menyiapkan dirinya untuk berolahraga. Jarang sekali ia melakukan olahraga seperti ini.

"Kamu mau pergi olahraga?" tanya sang Ibu yang sibuk menyiapkan sarapan untuk sang ayah

"Iya.. hanya berlari sekitar. Oh iya, tolong sampaikan pada ayah, aku minta maaf karena pergi begitu saja semalam. Aku tidak marah pada ayah" ucap Sara yang berdiri untuk melakukan pemanasan

Sang ibu hanya tersenyum. Ia mengeluarkan nafasnya secara perlahan.

"Aku pergi dulu ya?"

Ibu-nya bahkan belum menjawab ucapan Sara namun Sara telah pergi dengan cepat.

Benar. Lagi pula tidak ada gunanya untuk marah pada ayah-nya yang sedang berusaha melakukan hal yang terbaik bagi anaknya. Dan juga, ayah-nya memberikan kelonggaran pada Sara untuk berpikir panjang.

*Conflict*

Sekitar 1 jam Sara berlari di taman. Kemudian duduk disalah satu bangku yang kosong. Sambil melihat orang-orang yang juga meluangkan waktunya untuk berolahraga. Bahkan banyak orang yang ikut senam. Di mulai dari anak-anak sampai nenek-nenek yang terlihat sehat.

Entah kenapa tiba-tiba ia memikirkan senyum Kihyun saat ia berada di taksi. Sebuah senyuman yang berbeda dari senyuman biasanya. Seperti ada sesuatu yang salah.

Ibu jarinya menekan tombol di handphonenya dan membuka sebuah aplikasi. Ia menekan sebuah kontak dengan nama 'Dokter Kihyun'.

Sara bertanya-tanya apakah ia harus mempertanyakan tentang senyuman itu? Bisa saja itu hanya perasaannya karena tidak akan bisa bertemu dengan Kihyun selama liburan.

Terlihat begitu aneh.

Setelah pikirannya tentang Kihyun mereda. Kini timbul Hyungwon, kemana dia setelah kecelakaan? Bahkan ia tidak menemui Sara ketika ia telah sadar. Apa ia merasa sangat bersalah?. Bukan hanya itu, Wonho juga menghilang disaat bersamaan.

Ah iya, dimana ada Hyungwon, pasti akan ada Wonho di sampingnya. Meski mereka kakak beradik yang tidak terlihat begitu mirip.

*Conflict*

Hyungwonnya Author culik ke rumah muahahahahahaha

*Di gebukin readers

Bercanda bercanda. Tenang Hyungwonnya ngga kemana-mana kok, tetap di hatinya Author

*Di gebukin lagi

Gitu aja deh dari Author, sampai jumpa next chapter dan jangan lupa votenyaaaa!!!

[COMPLETE] Conflict [Monsta X Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang