Chapter 70

7 3 0
                                    

*Conflict*

Kaos tipis putih yang tertutupi kemeja kotak-kotak hijau lumut itu yang akan menemani Sara pergi untuk berkeliling kota di negara Kanada ini. Dan tas selempang berwarna hitam panjang itu untuk menyimpan dompet dan handphonenya.

"Yakin tidak mau naik mobil saja?" tanya sang supir

Sara menggelengkan kepalanya, "Saya hanya berkeliling untuk melihat-lihat. Meskipun banyak perubahan pada negara ini, saya masih ingat jalannya"

"Ya sudah kalau begitu. Hati-hati di jalan. Kalau ada apa-apa telpon saja"

"Saya jalan dulu ya?"

"Baik nona"

Sara melangkahkan kakinya. Ia hanya mengikuti kakinya melangkah, melewati beberapa gang yang tidak terlalu ramai, namun banyak anak-anak yang sedang bermain bola. Dan beberapa orang tua yang menyirami tanaman yang mereka tanam didepan rumah.

"Nona Sara?" sapa salah seorang ibu

"Iya? Oh... ibu Frans? Iya kan?" untunglah ingatan Sara masih bagus, meski sebelumnya ia pernah kecelakaan yang mengakibatkan dirinya harus melakukan bedah otak.

"Iya benar... apa kabar mu? Apa orang tua mu ada disini?"

"Saya baik. Mereka masih di Korea, ibu sudah tidak bisa pergi menggunakan pesawat lagi sekarang"

"Ya tuhan... Tapi beliau masih sehat untuk beraktifitas kan?"

Sara menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Ya... masih seperti biasa. Ibu sendiri bagaimana? Dan Frans juga"

"Ibu baik... Frans juga baik... Frans juga sudah bekerja. Kamu akan menikah dengan Frans bukan?"

Pertanyaan ibu Frans cukup membuat Sara terkejut. "Tidak dengan itu"

Ibu Frans menepuk lengan Sara dan tertawa kecil, "Ibu hanya bercanda, Frans juga sebentar lagi sudah menikah. Tunggu sebentar ya, ibu ambilkan undangannya"

Sara terdiam sejenak. Frans, adalah teman Sekolah nya dulu. Mereka memiliki hobi yang sama, yaitu menulis. Mereka saling berbagi cerita dan mendukung. Bahkan orang tua mereka, menganggap mereka seperti sepasang kekasih kecil. Tapi sayangnya ayah Sara tidak mendukung jika Sara benar-benar akan berjodoh dengan Frans.

"Sedang apa anda didepan rumah saya?" tanya seorang pria yang tinggi dan putih

Bukannya menjawab tapi malah terdiam dan beberapa kali Sara menerjapkan matanya. "Frans? Kamu lupa dengan ku? Ini aku, Sara"

Kini gantian, Frans yang mengerutkan alisnya. "Sara? Oh.. Sara? Kim Sara?"

Sara tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Kamu ingat aku?"

"Tentu saja. Kita berteman lima tahun kurang lebihnya, bagaimana bisa aku melupakan mu?"

"Nah... ini dia undangannya. Eh? Frans? Kenapa kamu kembali lagi?" tanya sang ibu yang terkejut melihat anaknya sudah pulang, padahal orang lain sudah berangkat dari pagi.

"Charger laptop ku tertinggal. Aku akan mengambilnya sebentar" ucap Frans dan masuk ke dalam rumahnya

"Lihat? Frans sudah menjadi tampan dan dewasa sekarang, iyakan?" tanya sang ibu

"Iya benar. Padahal saat kecil dulu dia terlihat sangat lucu"

Ibu Frans langsung menoleh dengan cepat dan melihat Sara yang tersenyum-senyum. "Apa kamu mulai menyukainya?"

"Eh? Tidak. Saya mengatakan yang sejujurnya"

"Kamu tidak boleh menyukainya. Dia akan menikah sebentar lagi"

Sara menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "memang kapan pernikahannya?"

"Oh iya, ini undangannya, sampai lupa saya ingin memberikannya"

Mata Sara terbuka lebar dan tersenyum sangat senang. "Apa yang kamu senyumkan?" tanya Frans yang baru keluar dari rumahnya

"Ah.. bukan apa-apa"

"Aku tau banyak ingin kamu tanyakan. Bagaimana kalau bicara di kantin kantor ku?"

"Itu ide bagus"

*Conflict*

Tapi sepertinya mereka akan membicarakan hal ini di sekolah mereka. Lagi pula kapan lagi Sara akan kembali ke Kanada seperti ini?

Mereka duduk di taman sekolah dan melihat anak-anak berolahraga di lapangan yang luas. "Di saat yang lain istirahat bermain bola. Hanya aku anak laki-laki yang berada di perpustakaan. Hanya untuk mencatat dan mencatat, sampai akhirnya, cita-cita ku sebagai jurnalistik terwujudkan. Kebiasaan ku di dalam perpustakaan tidak pernah hilang setelah kamu pindah ke Indonesia. Bagaimana dengan mu?" tanya Frans yang memulai pembicaraan

"Hmm... setelah aku pindah ke Indonesia, ayah ku selalu melihat berita tentang Indonesia. Dan entah kenapa aku mulai tertarik dengan hukum. Dan mulai saat itu aku selalu meminta buku tentang hukum pada ayah ku. Dan juga, aku selalu membeli koran di halte busway setiap berangkat sekolah, sampai aku ketinggalan busway dan harus menunggunya lagi. Cerita ku sangat panjang jika di bicarakan. Oh iya, bagaimana dengan Raish? Bukankah dia wanita yang kamu sukai sejak SD? Bagaimana bisa kamu akan menikah dengannya? Saat SD saja kamu selalu menitipkan surat pada ku dan meminta ku untuk memberikan surat itu pada nya."

Frans tersenyum. Pipinya terlihat sedikit memerah. Apakah dia tersipu malu?

"Aku mengikutinya sampai sekarang. Ternyata dia juga ingin menjadi seorang jurnalistik, tapi dia malah menjadi reporter. Tapi tak apa, kami satu kantor meski berbeda lantai"

"Dasar penggemar rahasia"

Frans menyenggol pundak Sara yang tertawa kecil. "Bagaimana dengan mu? Apa kamu sudah memiliki seorang kekasih? Ah iya... kamu kan terikat janji dengan seseorang"

Senyum di bibir Sara perlahan hilang "Janji? Janji apa?"

"Apa kamu lupa? Aku melihat mu dengan anak laki-laki sedang menyatukan jari kelingking kalian"

"Menyatukan jari kelingking?" Sara mencoba untuk mencontohkannya dan memperlihatkannya pada Frans, "Seperti ini?"

Frans menganggukkan kepalanya. "Aku tidak ingat pernah melakukan hal ini dengan anak laki-laki" lanjut Sara

"Benarkah? Tapi aku melihat dengan jelas anak perempuan itu diri mu. Tapi aku tidak kenal anak laki-lakinya. Tapi sepertinya dia anak kelas 6"

"Kelas berapa kita saat itu?"

"Kalau tidak salah kelas 2 atau 3. Aku juga lupa"

Sara terdiam untuk mengingat kejadian yang sudah sangat lama itu.

"Yah... sudahlah tidak usah diingat kalau lupa. Nanti pasti teringat sendiri. Aku akan kembali ke kantor sekarang. Kamu mau kemana sekarang?"

"Hmm... sepertinya aku akan pergi ke sungai dimana kita sering belajar bersama saat sore tiba. Dan tempat dimana aku terjatuh dan kamu malah tertawa"

Frans langsung mengingat kejadian itu dan tertawa, "Aku terkadang masih mengingat itu dan tertawa sendiri. Ayo kita ke halte bersama"

*Conflict*

Ini Frans modelan Vernon Seventeen cakep lho ya haahhaahahhahahaha. Author masih mencari bias author di Seventeen hiks😔

Ya sudah sampai bertemu di chapter selanjutnyaaaa jangan lupa untuk vote nya ya!

See you♡

[COMPLETE] Conflict [Monsta X Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang